Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
BAYANG-BAYANG kekeringan sudah ada di depan mata petani di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan, Sutatang, menyatakan ada empat kecamatan yang mulai terdampak bencana kekeringan.
"Selain Kandanghaur, ancaman juga terjadi di Kecamatan Terisi, Gabuswetan, dan Losarang. Saat ini, umur tanaman padi berkisar 30-50 hari dan sangat membutuhkan pasokan air," jelasnya, kemarin.
Kekeringan di depan mata karena daerah ini berada di ujung irigasi. Pasokan air dari Waduk Jatigede dan Jatiluhur tidak sampai ke empat kecamatan tersebut. Saat ini, belum ada bantuan dari pemerintah kabupaten. Petani berusaha menyelamatkan tanaman mereka dengan membuat sumur pantek. Biayanya lumayan besar men capai Rp5 juta-Rp10 juta. "Untuk menghemat biaya, petani patungan," tambah Sutatang.
Kekeringan juga mengancam Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Tidak hanya krisis air bersih, lahan persawahan juga berpotensi puso. "Kami sudah bersiap meng antisipasi kekeringan dengan mengerahkan potensi yang ada," kata Camat Cibeber Ali Akbar.
Untuk jangka pendek, Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah menggulirkan perbaikan bendung irigasi Cikondang yang jebol karena banjir. "Butuh waktu 4-5 bulan, pekerjaan kelar. Bendungan akan menyelamatkan pasokan air ke persawah an di sembilan desa," lanjut Ali.
Saat ini, pemerintah kecamatan juga menggiatkan warga untuk melakukan penghijauan di kawasan perbukitan. Selain itu, pembuatan sumur bor juga dilakukan di sejumlah desa dengan dana dari pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi.
"Kami berharap dengan banyak langkah itu, pada musim kemarau ini bencana kekeringan tidak berdampak parah buat masyarakat yang juga sedang dikepung pandemi," tambahnya.
Perbaikan jaringan irigasi dan penyiapan pompa air juga dilakukan Dinas Pertanian Bangka Belitung untuk menghadapi ancaman kekeringan. "Kami akan berusaha sekuat te naga untuk membantu petani agar tidak gagal panen di musim ke marau ini," janji Kepala Dinas Pertanian Juaidi.
Ia mengakui lahan persawahan di wilayahnya dihadang sejumlah masalah. Belum maksimalnya saluran irigasi menyebabkan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Karena itu, saat ini di salah satu sen tra penghasil padi, di Desa Rias, Kabupaten Bangka Selatan, perbaikan irigasi terus dilakukan.
Sementara itu, di areal persawahan Bangka Tengah, Bangka, dan Belitung, dinas pertanian menyiapkan pompa air yang mengalihkan air dari sungai ke persawahan.
"Musim tanam Juni-September, kami menargetkan produksi gabah kering 15.510 ton. Target ini akan kami kawal demi menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi," tegas Juaidi.
Target itu akan dicapai dari lahan tanam seluas 5.170 hektare selama Juni-September. Penanaman baru sudah dimulai bulan ini di lahan seluas 1.445 hektare. (UL/BB/RF/N-2)
Puluhan hektare sawah di Purwakarta terancam gagal panen setelah pasokan air mengering.
Petani di daerah tersebut berharap ada perhatian dan solusi dari pemerintah untuk mengatasi kekurangan air untuk lahan persawahan agar panen tetap berkelanjutan.
Akibatnya bencana alam kekeringan lahan sawah yang sebelumnya melanda sekitar 100 ha (hektare) di Kabupaten Pidie, kini terus meluas ke Kabupaten Aceh Besar. Itu karena sejak dua bulan terakhir
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tenggara mencatat sekitar 400 hektare lahan sawah milik warga di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, terendam banjir.
Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo meninjau langsung pelaksanaan pemberian bantuan 300 unit pompa untuk pengairan sawah
Sekitar 100 hektare (ha) sawah di Pidie, Aceh, kini mengalami kekeringan. Lahan seluas itu tersebar di Kecamatan Indrajaya, Sakti, Mila dan Kecamatan Delima.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved