Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
RATUSAN nelayan di tujuh kabupaten/kota di Bengkulu berhenti melaut akibat cuaca ekstrim di Samudera Hindia. Yakni nelayan di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Kaut, Bengkulu Selatan, Seluma, dan Kota Bengkulu, merupakan perairan yang langsung berhadapan dengan samudera Hindia.
Ujang, 43, nelayan di Desa Pondok Kelapa, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, mengatakan, sudah sepekan terakhir berhenti melaut karena gelombang tinggi dan juga demi keselamatan.
"Nelayan sudah satu pelan terakhir tidak turun melaut mencari ikan akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi di samudera Hindia dapat membahayakan keselamatan," kata Ujang, Kamis (28/5).
Jika paksakan untuk melaut, lanjut dia, akan berpengaruh terhadap keselamatan dan dalam kondisi seperti ini nelayan jarang mendapatkan ikan.
Saat ini nelayan yang lain banyak yang menganggur dan sambil menunggu cuaca baik sebagian nelayan memperbaiki alat tangkap atau menjadi buruh bangunan.
Buyung, 40, nelayan di Kelurahan Malabero,Kecamatan Teluk Segara,Kota Bengkulu mengatakan, dengan kondisi cuaca yang tak menentu sebagian nelayan lebih baik menepikan perahunya.
"Sumber mata pencarian hidup sehari-hari nelayan hanya menangkap ikan dengan kondisi seperti ini maka penghasilan tidak ada hanya menganggur saja di rumah," imbuhnya.
Untuk sekali turun melaut, kata dia, dibutuhkan biaya Rp150 ribu untuk BBM dan operasional. Dengan membawa tiga orang nelayan untuk membantu menjaring karena jaring ikan yang dibawa mencapai belasan jaring dengan cara diupah.
Sementara itu, Stasiun BMKG Bengkulu, perkiraan cuaca hujan dan angin kencang saat ini akan berlangsung sampai akhir Mei mendatang. BMKG telah mengimbau kepada nelayan dan masyarakat di Provinsi Bengkulu, agar selalu waspada dan terutama para nelayan untuk sementara tidak melaut. (OL-13)
Masih banyak nelayan yang terkendala, dalam hal mendapatkan BBM bersubsidi.
Taiwan dan Tiongkok mencapai kesepakatan mengenai tanggapan terhadap kematian dua nelayan Tiongkok setelah pengejaran oleh penjaga pantai Taiwan.
Untuk mewujudkan program strategis, seluruh pengurus HNSI agar bergandengan tangan dengan pemerintah daerah.
PENCARIAN terhadap enam anak buah kapal (ABK) KM Soneta yang tenggelam di Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, berlangsung hingga Sabtu (13/7) sore.
KAPAL nelayan KM Soneta asal Rembang dengan dengan 16 awak buah kapal (ABK) mengalami kecelakaan dan tenggelam di perairan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah.
KAPAL nelayan asal Kabupaten Rembang, KM Soneta, yang mengangkut 16 anak buah kapal (ABK) di Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tenggelam.
Kenaikan harga kopi merupakan sejarah baru dan termahal di Provinsi Bengkulu. Meskipun harga kopi naik, tetapi masyarakat menjadi takut pasalnya aksi pencurian kopi semakin beringas.
SEORANG bocah berusia 7 tahun berinisial AV di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, menjadi korban penculikan yang dilakukan oleh seorang pria yang tidak dikenal. Kejadian itu terekam cctv.
Peristiwa ini viral di media sosial setelah Galih Cahyo Atmojo membagikan video amatir yang merekam suasana pasca kejadian.
WARGA Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, digemparkan dengan peristiwa tewasnya ibu dan bayi dengan kondisi sangat mengenaskan. Korban ibu ditemukan bersimbah darah dalam kamar mandi.
BMKG mengungkapkan gempa 5,8 magnitudo dan 5,4 magnitude yang mengguncang Bengkulu disebabkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi gempa bumi dengan skala lebih dari 5 magnitudo mengguncang sejumlah daerah di Bengkulu dan sekitarnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved