Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
AKIBAT musim angin utara, banyak nelayan di pesisir Batam tidak dapat turun melaut untuk mencari nafkah. Kuatnya tiupan dan tingginya gelombang membuat nelayan di daerah ini mengurungkan niat melaut.
"Ombaknya mencapai 1,5 meter sudah beberapa hari ini, sehingga kami untuk sementara tidak dapat melaut. Biasanya tangkapan ikan satu harinya bisa untuk menghidupi keluarga dalam dua hari ke depan. Untuk saat ini, kami berharap pada berjualan jagung bakar di sekitar Jembatan Barelang kepada turis asing," kata, Syaifudin salah seorang nelayan di kawasan Tanjung Uncang, Kecamatan Tanjung Uncang, Batam, Selasa (29/1).
Tidak hanya di kawasan Tanjung Uncang saja yang tidak bisa melaut. Hal yang sama juga terjadi kepada nelayan di kawasan pesisir lainnya. Seperti nelayan di Pulau Nipah, pulau yang berdekatan dengan Pulau Batam tersebut juga mengalami hal yang sama. Begitu pula dengan nelayan di kawasan Rempang, dan Galang.
Kecepatan angin, Selasa (29/1) siang, berdasarkan laporan dari BMKG Bandara Hang Nadim Batam kecepatan angin di sekitar Batam mendekati 30/km per jam.
Baca juga: PKPU Salurkan Bantuan Perahu ke Nelayan Pandeglang
Hal ini diakui juga oleh nelayan Pulau Nipah, Muin, 45, dia mengatakan dengan adanya cuaca buruk ini berpengaruh terhadap keadaan ekonomi mereka. Untuk saat ini, dia juga mengaku hanya dapat mencari ikan di seputaran pulau dan memilih untuk tidak mencari ikan terlalu ke tengah atau ke arah laut lepas.
"Bukan hanya kami saja, masih banyak nelayan di Batam yang merasakan hal serupa. Cuaca buruk tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi keuangan kami," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Batam Muhammad Rudy meminta nelayan untuk tidak melaut terlalu jauh pada musim angin utara untuk mengantisipasi kecelakaan di laut. Nelayan diminta untuk selalu memperhatikan kondisi cuaca ketika akan pergi melaut dan memberitahukan kepada orang tedekat posisi saat mereka melaut.
"Saat ini untuk melacak keberdaan mereka cukup menggunakn GPS dari telepon seluler. Jadi tetap memberitahu orang terdekat, karena banyak kasus nelayan hilang setelah putus kontak dengan orang terdekatnya," ujarnya.
Dia berharap, kondisi perangkat keselamatan saat mencari nafkah di laut diperhatikan dengan baik. Sebab, cuaca tidak mendukung berpontensi rawan kecelakaan. (OL-3)
RIBUAN lampu Penerangan Jalan di Kota Depok, Jawa Barat (Jabar) padam.
CUACA buruk berupa hujan deras disertai angin kencang masih terus terjadi di sejumlah wilayah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), sejumlah tanggul dan bendungan dalam status siaga.
Prakiraan cuaca BMKG Sabtu 15 Juni 2024
Penggunaan layanan internet berbasis fiber optik bisa dijadikan backbone atau tulang pungung keberlangsungan operasional tenant di Kawasan Industri Kendal.
Meskipun kondisi cuaca buruk, tim pencarian sedang berusaha mendekati lokasi jatuhnya helikopter Presiden Iran, Ebrahim Raisi, usai menentukan koordinat geografisnya.
Tim penyelamat belum menemukan lokasi jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Masih banyak nelayan yang terkendala, dalam hal mendapatkan BBM bersubsidi.
Taiwan dan Tiongkok mencapai kesepakatan mengenai tanggapan terhadap kematian dua nelayan Tiongkok setelah pengejaran oleh penjaga pantai Taiwan.
Untuk mewujudkan program strategis, seluruh pengurus HNSI agar bergandengan tangan dengan pemerintah daerah.
PENCARIAN terhadap enam anak buah kapal (ABK) KM Soneta yang tenggelam di Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, berlangsung hingga Sabtu (13/7) sore.
KAPAL nelayan KM Soneta asal Rembang dengan dengan 16 awak buah kapal (ABK) mengalami kecelakaan dan tenggelam di perairan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah.
KAPAL nelayan asal Kabupaten Rembang, KM Soneta, yang mengangkut 16 anak buah kapal (ABK) di Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tenggelam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved