Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PENYEMPROTAN air ke jalan untuk mengurangi polusi udara di Jakarta memiliki hasil yang beragam. Metode penyemprotan air sebenarnya sudah dilakukan di berbagai negara, bahkan terdapat berbagai penelitian yang menilai metode tersebut tidak efektif. Namun ada juga menilai cukup untuk mengurangi menurunkan debu di jalanan.
"Dengan beberapa penjelasan maka memang harus betul-betul dianalisa secara ilmiah cara apa yang akan kita gunakan untuk mengatasi polusi udara yang masih terus buruk pada hari-hari ini," kata Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan resmi, Minggu (27/8).
Penelitian di Tiongkok, yang dimuat dalam jurnal ilmiah Toxics, pada Juni 2021, menyebutkan Large-Scale Spraying of Roads with Water Contributes to, Rather Than Prevents, Air Pollution, atau disebutkan bahwa metode itu bukan mencegah tapi justru manambah polusi.
Baca juga: Tak Hanya Ganggu Pernapasan, Polusi Juga Picu Masalah Kulit
Hasil penelitian secara lengkapnya menyebutkan penyemprotan air keran atau air sungai dalam jumlah besar ke jalan menyebabkan peningkatan konsentrasi dan kelembapan PM2.5 dan penyemprotan yang terus menerus setiap hari menghasilkan efek kumulatif pada polusi udara.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan menyemprot jalan dengan air justru meningkatkan, bukan menurunkan, konsentrasi PM2.5 sehingga merupakan sumber baru aerosol antropogenik dan polusi udara.
"Jadi tegasnya penelitian ini menyatakan menyemprotkan air dalam jumlah besar ke jalan cenderung meningkatkkan konsentrasi PM2,5 dan juga kelembaban," ujar dia.
Baca juga: Penyiraman Jalan Tak Efektif Tangani Polusi, Ini Kata Heru Budi
Tjandra menjelaskan India pernah juga mencoba menyemprotkan air di polusi udara kota New Delhi, tetapi tidak memberikan hasil yang memadai, dan dituliskan di The Times of India pada November 2020 bahwa mungkin penyemprotan air akan ada gunanya hanya pada daerah yang sedang banyak membangun gedung dan mengeluarkan banyak debu, yang jika terbawa angin dapat berbahaya.
"Di taman kota New Delhi seperti Nehru Park pernah pula dicoba disemprotkan semacam uap atau kabut air, melalui cerobong besar, jadi air dari tangki lalu disalurkan ke mesin dan disemprotkan sudah dalam bentuk uap atau kabut air, walau ini tentu juga belum ada kajian ilmiah yang tegas pula," ungkapnya.
Di sisi lain, penelitian yang berjudul Environmental Chemistry Letters volume pada 2014 menyebutkan penyemprotan air secara geoengineering dapat menurunkan kadar polusi PM 2.5 secara efisien.
"Tetapi memang metodologi penelitian pada 2014 ini tidaklah selengkap penelitian di jurnal Toxic yang juga tahunnya lebih baru yakni pada 2021 sehingga secara ilmiah kita jelas membandingkan ke duanya," ucapnya.
Sementara pada laporan penelitian lanjutan di Maret 2022 yang dipublikasi di Jurnal ilmiah Proc. ACM Interact. Mob. Wearable Ubiquitous Technol memberi perspektif yang berbeda pula. Peneliti ini menggunakan metode iSpray (Intellegent Spraying), suatu desain software baru tentang tehnik penyemprotan air yang lebih baik.
Hasil penelitian mereka menyebutkan iSpray reduces the total sprayer switch-on time by 32%, equivalent to 1, 782 m3 water and 18, 262 kwh electricity in our deployment, while decreasing the days of poor air quality at key spots by up to 16%. Artinya, iSpray dengan intelegensia memberi cara penyemprotan yang lebih efisien dan memberi dampak baik pula pada penanganan polusi udara. (Z-1)
Dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) RTRW Tahun 2024-2044, Pemprov DKI mendorong agar 70% penduduk di Jakarta dapat berkegiatan disimpul transportasi massal.
Masalah utama pada polusi di Jakarta ialah sektor transportasi. Dalam studi yang tengah dilakukan, memperbaiki emisi dari kendaraan berat seperti truk dan mengkonversi kendaraan bensin
penggunaan motor konvensional dinilai menjadi masalah utama dalam perubahan iklim yang saat ini terjadi tidak hanya di Indinesia, tapi juga di seluruh dunia.
Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di urutan ke-2 terburuk di dunia dengan angka 177 atau masuk dalam kategori tidak sehat.
Kualitas udara di Jakarta pada Sabtu (27/7) pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki posisi kedua sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di Jakarta pada Jumat (26/7) pagi masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. Jakarta menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara Jakarta tercatat tidak sehat bagi kelompok sensitif pada Senin (22/7) pagi ini seperti dinyatakan dalam laman IQAir, Msyarakat disarankan mengenakan masker saat keluar rumah.
Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini setara 12,2 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (16/7) pagi masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dan Jakarta menduduki peringkat keenam sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di Jakarta pada Senin (15/7) pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki posisi kelima sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di DKI Jakarta kembali menjadi salah satu yang terburuk di dunia atau masuk kategori tidak sehat setelah beberapa hari sebelumnya membaik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved