Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan agar masyarakat, khususnya di Jakarta, saat ini, sebisa mungkin membatasi aktivitas di luar ruangan mengingat polusi udara yang masuk kategori tidak sehat.
Tjandra mengatakan jika masyarakat harus berada di luar ruangan, sebenarnya belum ada rekomendasi waktu maksimal demi mengurangi risiko dampak buruk polusi pada kesehatan mengingat sejumlah hal.
"Tentu tidak ada lama waktu yang pasti karena kita tidak tahu persis di lokasi kita berapa tinggi polutannya, bagaimana arah anginnya, bagaimana kelembaban dan lainnya," kata Tjandra melalui pesan elektronik, dikutip Kamis (17/8)
Baca juga: Legislator: Kualitas Udara Buruk Sudah Menyebar di Berbagai Wilayah
Tjandra, yang juga menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, menambahkan daya tahan tubuh dan ada tidaknya penyakit kronik juga ikut menentukan risiko seseorang terkena masalah kesehatan karena berada di lingkungan dengan polusi udara.
"Yang penting, bila mungkin membatasi aktivitas di luar ruangan lebih baik," saran dia.
Tjandra juga mengatakan perlunya upaya maksimal dari Pemerintah untuk menurunkan kadar polutan di udara, baik itu Nitrogen oksida (NOx), Ozon (O3), Karbon Monoksida (CO) dan partikulat utamanya PM 2.5 atau materi partikulat atmosfer yang berukuran sekitar 2,5 mikron atau mikrometer, yang lebih kecil dari diameter rambut manusia.
Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan saat Kualitas Udara Buruk
Berbicara dampak kesehatan akibat polusi udara, dia menyebut infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA merupakan salah satunya, yang menyerang saluran pernapasan, baik saluran atas maupun bawah.
"Tentu kalau ISPA tidak kunjung membaik maka (pada sebagian kecil kasus) dapat berkembang menjadi infeksi yang lebih berat, sampai ke pneumonia dan lainnya," kata dia.
Menurut dia, sebagian besar ISPA disebabkan oleh virus sehingga tidak memerlukan antibiotik namun cukup dengan obat simtomatik atau sesuai gejala, pola hidup baik dan cukup istirahat.
Selain ISPA, batuk juga menjadi dampak polusi bagi kesehatan. Tjandra menyarankan pasien batuk banyak minum air untuk mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan dan jalan napas menjadi bersih.
Kemudian, apabila ingin mengonsumsi obat batuk maka sesuaikan dengan kebutuhan karena saat ada tiga jenis obat beredar yakni pengencer dahak, pengeluar dahak dan penekan batuk kering.
Dia merujuk pada data Organsisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2019 yang menyebut polusi udara berhubungan dengan 6,7 juta kematian di dunia dan polusi udara ambien atau luar ruangan diperkirakan menyebabkan 4,2 juta kematian.
WHO secara tegas menyebut polusi udara sebagai salah satu risiko lingkungan terbesar bagi kesehatan.
Oleh karena itu, menurut Tjandra, dengan menurunkan kadar polusi udara maka negara-negara di dunia termasuk Indonesia akan dapat menurunkan beban penyakit dari penyakit-penyakit stroke, gangguan jantung, kanker paru serta penyakit paru dan pernapasan akut dan kronik. (Ant/Z-1)
Dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) RTRW Tahun 2024-2044, Pemprov DKI mendorong agar 70% penduduk di Jakarta dapat berkegiatan disimpul transportasi massal.
Masalah utama pada polusi di Jakarta ialah sektor transportasi. Dalam studi yang tengah dilakukan, memperbaiki emisi dari kendaraan berat seperti truk dan mengkonversi kendaraan bensin
penggunaan motor konvensional dinilai menjadi masalah utama dalam perubahan iklim yang saat ini terjadi tidak hanya di Indinesia, tapi juga di seluruh dunia.
Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di urutan ke-2 terburuk di dunia dengan angka 177 atau masuk dalam kategori tidak sehat.
Kualitas udara di Jakarta pada Sabtu (27/7) pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki posisi kedua sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di Jakarta pada Jumat (26/7) pagi masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. Jakarta menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara Jakarta tercatat tidak sehat bagi kelompok sensitif pada Senin (22/7) pagi ini seperti dinyatakan dalam laman IQAir, Msyarakat disarankan mengenakan masker saat keluar rumah.
Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini setara 12,2 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (16/7) pagi masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dan Jakarta menduduki peringkat keenam sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di Jakarta pada Senin (15/7) pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki posisi kelima sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di DKI Jakarta kembali menjadi salah satu yang terburuk di dunia atau masuk kategori tidak sehat setelah beberapa hari sebelumnya membaik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved