Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DINAS Kesehatan DKI Jakarta menilai belum ada kedaruratan dari segi jumlah penyakit yang diakibatkan polusi udara di Ibu Kota. Plt Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, dinamika jumlah kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) masih wajar dan belum ada kenaikan yang signifikan.
Pada 2020 dan 2021 saat terjadi pandemi covid-19, angka kesakitan yang terkait dengan saluran pernapasan relatif turun. Namun, Ani menyampaikan pada 2023, tren angka kesakitannya masih relatif sama dibandingkan tahun 2018 dan 2019, sebelum pandemi. Dengan kata lain, angka kesakitan tidak mengalami perubahan signifikan, masih naik turun karena terpengaruh kondisi cuaca.
"Secara umum saya bisa sampaikan, untuk tahun 2023, tren kesakitannya tidak berbeda dengan jumlah kasus sebelum pandemi di 2018 dan 2019,” ujar Ani di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Rabu (16/8).
Baca juga: Polusi Memburuk, Pidato Kenegaraan Jokowi Justru Minim Singgung Soal Lingkungan
Rata-rata jumlah kasus ISPA yang tercatat di DKI Jakarta selama 2023 adalah 146 ribu kasus. Kasus ISPA, sambungnya, justru naik tinggi di awal tahun atau saat musim hujan.
"Biasanya tinggi di awal tahun," tutur Ani.
Baca juga: DPRD Usul Bentuk Pansus Polusi Udara Jakarta
Sementara itu, ia menegaskan meskipun sudah terlihat ada penurunan kasus ISPA, namun penurunannya tidak signifikan.
Ia juga mengingatkan bahwa tidak ada penyebab tunggal dalam suatu penyakit. Polusi udara tidak berdiri sendiri menjadi penyebab ISPA.
Untuk itu, ia mengimbau agar warga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di mana menghindari aktivitas di luar rumah, menggunakan masker saat tidak sehat, mencuci tangan, makan makanan sehat, diet seimbang, istirahat yang cukup, dan tidak merokok.
"Ini untuk menguatkan daya tahan tubuh. Sakit itu adalah kondisi ketika tubuh tidak dalam keadaan sehat lalu bertemu lingkungan yang tidak sehat. Tubuh yang tidak sehat pun kalau ketemu lingkungan yang biasa saja bisa tidak sehat. Karena jika daya tahan tubuh kuat tapi lingkungan tidak sehat pun tubuh akan cukup kuat," ujarnya.
Ia menambahkan, jika warga merasa ada keluhan gangguan saluran pernapasan seperti batuk dan pilek, segera datang ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas. Puskesmas di DKI akan siap melayani warga 24 jam. (Put/Z-7)
Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di urutan ke-2 terburuk di dunia dengan angka 177 atau masuk dalam kategori tidak sehat.
Kualitas udara Jakarta tercatat tidak sehat bagi kelompok sensitif pada Senin (22/7) pagi ini seperti dinyatakan dalam laman IQAir, Msyarakat disarankan mengenakan masker saat keluar rumah.
Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini setara 12,2 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (16/7) pagi masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dan Jakarta menduduki peringkat keenam sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di Jakarta pada Senin (15/7) pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki posisi kelima sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di DKI Jakarta kembali menjadi salah satu yang terburuk di dunia atau masuk kategori tidak sehat setelah beberapa hari sebelumnya membaik.
Dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) RTRW Tahun 2024-2044, Pemprov DKI mendorong agar 70% penduduk di Jakarta dapat berkegiatan disimpul transportasi massal.
Masalah utama pada polusi di Jakarta ialah sektor transportasi. Dalam studi yang tengah dilakukan, memperbaiki emisi dari kendaraan berat seperti truk dan mengkonversi kendaraan bensin
penggunaan motor konvensional dinilai menjadi masalah utama dalam perubahan iklim yang saat ini terjadi tidak hanya di Indinesia, tapi juga di seluruh dunia.
Kualitas udara di Jakarta pada Sabtu (27/7) pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki posisi kedua sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di Jakarta pada Jumat (26/7) pagi masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. Jakarta menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved