Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MENGONSUMSI susu secara rutin memberikan banyak manfaat bagi seseorang. Selain memelihara kesehatan tulang dan gigi, minum susu menjaga imunitas atau daya tahan tubuh.
Sayangnya, ada anggapan yang membuat orang enggan minum susu. Salah satunya bahwa minum susu dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas. Pembawa acara program kesehatan sekaligus dokter spesialis kecantikan, dr Haekal Anshari, menampik hal tersebut. Ia menegaskan anggapan 'susu menyebabkan obesitas' ialah mitos.
"Selama ini orang hanya tahu susu itu lemaknya tinggi sehingga takut gemuk karena minum susu. Padahal, ada penelitiannya dari International Journal of Obesity pada 2004 yang menunjukkan kandungan kalsium dan protein susu itu justru membantu menurunkan berat badan pada orang dewasa yang mengalami obesitas," terang Haekal, saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca juga : 10 Manfaat Susu Beruang Bagi Tubuh
Lebih lanjut, Haekal menjelaskan bahwa protein yang ada pada susu akan membuat orang lebih cepat kenyang sehingga seseorang akan terhindar dari makan berlebihan. Satu gelas susu hanya mengandung 146 kalori atau sama dengan 10% kebutuhan kalori harian.
Maka dari itu, tegas Haekal, penyebab obesitas sebenarnya bukanlah susu, melainkan asupan makan yang berlebih, termasuk pola hidup yang tidak aktif.
"Kebanyakan main gim, duduk, tidak berolahraga. Ini yang menjadi penyebab dari gemuk atau obesitas," tegasnya.
Baca juga : Prabowo-Gibran Ingin Beri Susu Gratis, tapi Mayoritas Susu masih Impor
Haekal tidak menampik ada faktor lain yang menjadi penyebab orang dewasa tidak mengonsumsi susu, salah satunya intoleransi laktosa ketika seseorang tidak dapat menghasilkan enzim laktase. Enzim ini berfungsi menyerap laktosa atau kandungan gula yang ada di dalam susu. Di Asia, jumlah orang yang intoleran laktosa mencapai 90% dari total populasi.
Ketika tubuh seseorang tidak dapat menghasilkan enzim laktase, tubuh tidak akan dapat memecah dua kandungan dalam susu, yaitu glukosa dan galaktosa, yang nantinya akan diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dimanfaatkan sebagai energi.
Kandungan itu terbuang begitu saja lewat usus besar dan hanya dipecah bakteri sehingga memunculkan gejala, seperti kram, kembung, sakit perut, mual, dan diare.
Baca juga : Susu Formula Bertahan Berapa Jam? Begini Tandanya saat Sudah Basi
"Gejala seperti itu biasanya muncul 20-30 menit setelah minum susu atau produk olahannya. Adapun tingkat keparahannya tergantung dari laktosa atau jumlah susu yang diminum," jelas Haekal.
Sampai saat ini, belum ada pengobatan untuk mengatasi intoleransi laktosa. Satu-satunya cara yang dapat dilakukan ialah dengan cara menghindari konsumsi produk susu maupun olahannya.
Kabar baiknya, seseorang yang tidak bisa minum susu dapat mengonsumsi yoghurt. Yoghurt pada dasarnya merupakan produk susu yang proteinnya difermentasi dan laktosanya dipecah bakteri baik.
Manfaat yoghurt juga tidak kalah bagus untuk menjaga kesehatan dan pencernaan. Menurut Haekal, kandungan pada susu dan yoghurt kurang lebih sama, hanya yoghurt tidak mengandung vitamin C yang hilang saat melewati proses fermentasi.
Intoleransi laktosa adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat mencerna laktosa, yaitu gula yang ditemukan dalam susu dan produk susu lainnya, karena kekurangan enzim laktase.
Dengan gerakan minum susu ini, diharapkan masyarakat terus meningkatkan konsumsi susu agar anak-anak lebih sehat dan melahirkan generasi muda yang cerdas
Provinsi Jawa Timur mencatat produksi susu sapi tahunan sebesar 456,34 ribu ton pada tahun 2021
Konsumsi susu sapi memang sudah menjadi bagian dari menu harian banyak orang. Tapi tidak dipungkiri ada banyak orang yang tidak bisa mengkonsumsi nya diakibatkan berbagai hal.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi Budi Setiabudiawan mengungkapkan bahwa prevalensi anak Indonesia yang mengalami alergi susu sapi (ASS) mencapai 0,5 hingga 7,5 persen.
DOKTER spesialis anak menyampaikan bahwa anak yang telah didiagnosis alergi susu sapi tidak boleh diberi susu kambing maupun produk turunannya.
Berikut 7 manfaat susu soya yang perlu diketahui bagi mereka yang tidak cocok dengan susu sapi.
Pada penderita intoleransi laktosa, tubuh tidak menghasilkan enzim laktase dalam jumlah yang cukup. Laktosa yang tidak tercerna, masuk ke usus besar dan terfermentasi oleh bakteri.
Dokter spesialis gizi klinik, dr. Christin Santun Sriati Lumbantobing, M.Gizi, SpGK, mengatakan mitos bahwa minum susu di malam hari membuat kita jadi gemuk.
Jika ada salah satu organ pencernaan yang bermasalah atau terganggu, akan mempengaruhi kerja dari sistem pencernaan manusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved