Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
FASE tantrum diyakini merupakan kondisi normal yang secara alami bakal memudar seiring pertumbuhan anak. Bentuk tantrum yang dikeluarkan anak pun beragam, seperti menjerit, menangis, memukul, menggigit hingga melempar.
Salah satu alasan anak mengalami tantrum yakni kesulitan mengekspresikan keinginannya. Hal tersebut lantas membuat anak merasa frustrasi, dan keluar dalam berbagai bentuk salah satunya amukan. Jika anak dapat berbicara banyak, ia cenderung tidak akan mengamuk. Biasanya juga, durasi tantrum berkurang saat anak memasuki usia 4 tahun.
Saat anak tantrum, beberapa orangtua bingung menghadapinya. Ada yang memilih untuk langsung menghentikan tantrum sang anak dengan meminta diam, memberikan gawai dan lainnya.
Baca juga : Durasi Bermain Gawai Bisa Picu Tantrum Anak
Dokter Spesialis Anak dr. Debby Andina L., Sp.A. dan dr. Hendra Wardhana, Sp.A membagikan beberapa kiat yang bisa dilakukan orangtua saat menghadapi anak yang tantrum dilansir dari Instagram @bicarasikecil;
Apabila anak terlihat rewel karena lapar atau lelah, solusinya lebih sederhana. Namun, apabila anak merasa frustasi karena tidak merasa dipahami atau iri terhadap saudaranya, tentu lebih kompleks, sehingga membutuhkan waktu, perhatian dan kasih sayang. Komunikasi dengan anak merupakan salah satu cara untuk meredakan tantrumnya.
Apabila kita marah dapat lebih mudah untuk mengutarakan apa isi hati kita, namun bagi si kecil mengutarakan perasaannya sangatlah kompleks sehingga salah satu caranya dengan tantrum.
Baca juga : Ini Metode RIDD untuk Redakan Tantrum Anak
Kita harus lebih paham dan menerima emosi si kecil. Berikan gestur seperti memeluk, memberi waktu, bersikap tenang akan sangat membantu si kecil dan orangtua dalam menjalani fase tantrum.
Kadang saat tantrum anak dapat melakukan hal agresif seperti mencubit, memukul, menendang, atau menggigit. Bukan berarti anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kasar. Dalam hal ini, orangtua dapat memberi pengertian dan ketegasan bahwa perilaku mereka tidak baik untuk dilakukan.
Memberi ruang, berkomunikasi, memberi pengertian terhadap perilaku si kecil sangat penting. Apabila tantrum si kecil sudah mereda, orangtua dapat memberi apresiasi serta menunjukan kasih sayang kepada anak.(M-3)
Apabila orangtua tidak biasa mengenalkan variasi makanan kepada anak maka anak akan cenderung memilih mengonsumsi makanan tertentu.
Orangtua mestinya sejak dini membiasakan diri untuk memenuhi kebutuhan anak, secara fisik maupun emosi, dengan berkomunikasi di dalam pengasuhan.
Orangtua disarankan melarang anak usia di bawah satu tahun menatap layar gawai serta membatasi waktu layar anak usia satu sampai tiga tahun maksimal satu jam.
Dengan memberikan banyak pilihan aktivitas selama mengisi liburan akan membuat tamu semakin betah tinggal di Midtown Residence Jakarta.
Anak-anak lebih rentan terhadap hipotermia karena tubuh mereka yang lebih kecil kehilangan panas lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Usia remaja itu kan masa-masa ingin tahu yang tinggi. Kalau kita larang, mereka malah akan semakin penasaran dan mencari tahu sendiri.
POLA asuh yang diterapkan oleh orangtua bisa memengaruhi kebiasaan makan anak, termasuk mendorong anak untuk memilih-milih makanan.
Anak-anak mungkin membenci sebuah lelucon yang basi, namun lelucon buruk yang sama mungkin menjadi kunci untuk membuat mereka selamanya mencintai Anda
DEPUTI Bidang Koordinasi Peningkatan Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum menjelaskan kehadiran ayah dalam pengasuhan menjadi penting.
Studi terbaru dari Health Collaborative Center mengungkap tingginya kejadian mom shaming di Indonesia. Sebagian besar pelaku justru berasal dari keluarga dan orang-orang sekitar.
KELUARGA merupakan unit terkecil dari komponen bangsa Indonesia. Namun demikian, masih banyak permasalahan yang meliputi keluarga, seperti stunting hingga masalah kekerasan.
Pola asuh positif pada bayi usia tersebut mampu menurunkan hingga 52% kemungkinan anak berperilaku agresif dan untuk melakukan tindakan penganiayaan pada kemudian hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved