Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
LEMBAGA pengawas konflik, Airwars, menyebutkan hampir 3.000 warga Palestina tewas dalam hampir 350 insiden terpisah selama 17 hari pertama perang di Gaza, Palestina. Data ini sebagai langkah pertama untuk mengidentifikasi setiap warga sipil yang terbunuh selama genosida militer Israel.
Meskipun 2.993 korban yang disebutkan hanyalah sebagian kecil dari total kematian sebanyak 39.000 yang disebutkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Airwars mengatakan bahwa upaya tersebut menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk menyebutkan nama mereka yang terbunuh saat perang sedang berlangsung.
"Militer sering kali mengatakan kepada kami bahwa mustahil mengetahui siapa yang terbunuh dan bagaimana caranya. Namun salah satu pesan utama kami ialah menunjukkan bahwa hal tersebut mungkin terjadi. Satu-satunya hal yang menghambat kami yaitu ukuran tim kami," kata direktur Airwars, Emily Tripp.
Baca juga : Netanyahu: Iran Paksakan Islam Radikal dan Demiliterisasi Gaza
Airwars berhasil menambahkan 65 orang yang tewas dalam serangan udara Israel di suatu pasar kamp pengungsi Jabalia pada 9 Oktober, insiden tunggal paling mematikan yang pernah terjadi pada periode awal, dua setengah minggu pertama tahun ini.
Penyelidik mengandalkan serangkaian laporan, terutama postingan Facebook dari kerabat dan teman, untuk mencantumkan identitas mereka yang tewas dalam serangan tersebut. Itu terjadi pada pukul 10.30 pagi waktu setempat di jalan pasar yang ramai dikunjungi orang.
Imad Hamad yang berusia 19 tahun ialah salah satu orang yang terbunuh. Saat itu, ayahnya, Ziyad Hamad, bertanya alasan putranya pantas dibunuh ketika dia mencoba membeli roti, menurut laporan Amnesty International yang dikumpulkan oleh Airwars.
Baca juga : Israel Bunuh 20 Warga Gaza setelah Perintahkan Evakuasi
"Kehilangan anak saya, kehilangan rumah, tidur di lantai ruang kelas? Anak-anakku mengompol, karena panik, karena takut, karena kedinginan. Kami tidak ada hubungannya dengan ini. Kesalahan apa yang kami lakukan? Saya membesarkan anak saya, sepanjang hidup saya, untuk apa? Melihat dia meninggal saat membeli roti," kata Ziyad Hamad.
Setiap kematian yang tercatat terkait dengan salah satu dari 346 insiden spesifik yang telah diperiksa sejauh ini. "Kami tahu bagaimana dan kapan setiap orang terbunuh," kata Tripp.
Menurutnya, tujuan Airwars ialah menghasilkan dokumen pada setiap episode yang dapat menjadi dasar upaya masa depan untuk mencapai akuntabilitas. "Tugas kami ialah bertindak sebagai jembatan antara kekacauan dan keadilan untuk melayani warga sipil korban aksi militer di seluruh dunia. Kami melihat yang kami lakukan sebagai pekerjaan awal yang penting sebelum penyelidikan lebih lanjut dapat dilakukan," tambah Tripp.
Baca juga : Unjuk Kekuatan Militer, Israel Serang Yaman
Anak-anak mewakili kelompok terbesar dari mereka yang tercatat terbunuh oleh Airwars, yaitu 1.129 atau 37,7%. Ini terdiri dari 28,4% laki-laki dan 23,5% perempuan. Usia sisanya tidak diketahui sehingga tidak dapat dikategorikan secara pasti.
Kelompok ini juga mampu memvalidasi lebih lanjut hampir 75% nama korban yang diperoleh yakni 2.236 pria, Wanita, dan anak-anak, dengan melakukan referensi silang dengan daftar 7.000 nama yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza pada akhir Oktober. Pada saat itu, Kementerian Kesehatan berusaha membantah kritik yang menyebutkan daftar korban tidak akurat atau terlalu banyak untuk dipercaya.
"Angka-angka dari Kementerian Kesehatan dapat dipercaya. Anda tidak perlu menunggu bertahun-tahun untuk memastikannya," ujarnya.
Baca juga : 48 Warga Gaza Tewas akibat Tiga Serangan Udara Israel dalam Sejam
Sejumlah kecil orang yang tewas diketahui ialah komandan Hamas. Namun tidak jelas jumlah pejuang kelompok tersebut yang masuk dalam daftar Airwars.
Israel mengatakan pihaknya tidak menargetkan warga sipil dan menuduh Hamas menggunakan rumah sakit dan bangunan sipil lain untuk operasi militer.
Pemantau konflik mengatakan intensitas perang Israel-Gaza, yang dimulai setelah pejuang Hamas tiba-tiba keluar dari jalur tersebut untuk menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, jauh melebihi konflik apa pun yang telah terjadi selama dekade terakhir.
Airwars sejauh ini telah mencatat lebih dari 4.450 korban sipil sejak dimulai perang dan telah menganalisis 550 di antaranya, termasuk 346 dari 17 hari pertama.
Sebanyak 200 lain sedang ditinjau oleh tim yang terdiri dari 10 hingga 15 penyelidik yang sebagian besar bekerja dalam bahasa Arab, melacak laporan media dan media sosial. Salah satu ciri konflik ini ialah banyak korban jiwa yang diakibatkan oleh setiap serangan.
Meskipun di luar rentang tanggal 17, Airwars telah mencatat lebih dari 100 kematian akibat beberapa insiden lainnya, termasuk tiga insiden pada akhir Oktober; serangan udara di al-Taj, penyerangan terhadap kamp pengungsi Jabalia dan pemboman menara di sebelah timur kamp Nuseirat.
"Sebelum konflik ini, sangat jarang ditemukan kasus yang menewaskan lebih dari 10 warga sipil,” kata Tripp. "Namun di sini, tiba-tiba, kami menemukan bahwa dalam sepertiga kasus kami terdapat laporan bahwa 10 warga sipil terbunuh," pungkasnya. (Theguardian/Z-2)
PEMIMPIN kelompok Houthi Yaman, Sayyed Abdul Malik al-Houthi, mengatakan pembunuhan Kepala Politik Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel telah meningkatkan pertempuran ke lingkup lebih luas.
KETUA Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyampaikan berbelasungkawa atas kematian petinggi Gerakan perlawanan Palestina Hamas, Ismail Haniyeh.
Serangan yang menewaskan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh akan berdampak pada upaya gencatan senjata dan meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah.
UPACARA pemakaman Ismail Haniyeh, pemimpin biro politik kelompok perlawanan Hamas, dimulai pada Kamis (1/8) di ibu kota Iran, Teheran, yang dihadiri sejumlah besar warga dan pejabat.
MENTERI luar negeri Turki pada Rabu (31/7) mengatakan bahwa dengan menghabisi kepala politik Hamas Ismail Haniyeh, Israel juga telah membunuh perdamaian.
WAKIL Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menilai sosok pemimpin biro politik organisasi perlawanan Palestina Hamas Ismail Haniyeh sebagai pejuang kemerdekaan Palestina.
Tindakan Israel selama ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).
Pasukan pendudukan Israel menargetkan Sekolah Dalal al-Maghribi di Gaza.
Selain 16.314 anak, 10.980 wanita, 885 petugas medis, 165 jurnalis, dan 79 personel pertahanan sipil juga tewas dalam serangan Israel.
PEMIMPIN Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berjanji akan memberikan hukuman berat dan membalas dendam terhadap Israel akibat pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved