Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PERSETERUAN Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok kian memanas. Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, melontarkan pernyataan sekaligus kritik pedas terhadap Tiongkok yang diduga tengah mengumpulkan informasi rahasia dari wilayah Kuba.
Antony Blinken menuturkan negaranya telah mengetahui aksi spionase Beijing di Kuba sejak tahun 2019, dan kegiatan memata-matai ini semakin intens dilakukan Tiongkok.
Orang nomor satu di Kementerian Luar Negeri AS ini mengklaim Washington terus memantau perkembangan aksi spionase Beijing dengan seksama, dan sudah mengambil langkah-langkah untuk meredam aksi ilegal tersebut.
Baca juga: CIA : Kesalahan Putin Beri Peluang Amerika Rekrut Mata-Mata
Pernyataan keras ini disampaikan Antony Blinken menjelang kunjungannya ke Beijing, Tiongkok.
Waspadai Aksi Spionase Tiongkok
Merespons hal ini, Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII) meminta negara-negara dunia khususnya Indonesia untuk mewaspadai aksi spionase Ilegal, seperti yang dilakukan Tiongkokdi Kuba.
Ketua PB PII bidang komunikasi ummat, Furqan Raka menilai kegiatan atau aktivitas ilegal mata-mata Tiongkokdi Kuba, patut di curigai juga dilkukan Beijing di negara-negara dunia lainnya, termasuk Indonesia.
“Perlu diketahui, jarak negara Tiongkok dengan Kuba itu 13.622 KM, wajar jika Amerika Serikat bereaksi keras dengan aktivitas intelejen Beijing di sana,” kata Furqan Raka kepada Wartawan, Sabtu, (8/7/2023).
Dicurigai, lanjut Furqan Raka, Tiongkok memang berkeinginan untuk menjadikan Kuba sebagai markas mata-mata Beijing, seperti pernyataan kolega Antony Blinken, yakni Juru Bicara Gedung Putih, Jhony Kirby.
Baca juga: Tiongkok Tolak Tuduhan Memata-matai Infrastruktur Penting Barat
Seperti dilansir banyak media massa dan media sosial, Jhony Kirby menegaskan Amerika Serikat saat ini sangat khawatir dengan Pemerintah Kuba usai Havana disebut akan menjadi markas spionase Beijing.
Kekhawatiran ini muncul setelah dua pejabat Amerika Serikat mengetahui bahwa pemerintah Kuba telah memberi izin Tiongkok untuk membangun fasilitas mata-mata.
“Meski Wakil Menteri Luar Negeri Kuba, Fernandez de Cossio, telah membantah laporan itu, Amerika Serikat tetap memgkhawatirkan pembangunan fasilitas semacam itu semakin membuat China lebih leluasa untuk memata-matai Negeri Paman Sam,” ujar Furqan Raka.
Kubu Diduga Beri Akses pada Spionase Tiongkok
Fasilitas yang diberikan Kuba kepada Tiongkok dimulai pada tahun 1999, ketika Kuba mengizinkan Beijing mengakses fasilitas era Soviet di Bejucal, sebuah kota di selatan ibu kota Kuba, yang tujuan diduga untuk mengumpulkan informasi tentang AS.
Baca juga: Gunakan CIA, AS Provokasi Warga Rusia untuk Membelot
Laporan The Wall Street Journal terkait langkah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang berinvestasi secara komprehensif di Kuba saat kekurangan uang dengan imbalan akses ke fasilitas pengumpulan intelijen elektronik (ELINT), semakin memperkuat dugaan AS.
Apalagi The Wall Street Journal juga memuat laporan terkait kelihaian Beijing merundingkan kesepakatan untuk melatih tentara Tiongkok di sisi utara pulau si Kuba.
“Dalam sejarah yang saya ketahui, Kuba memang kerap menjadi incaran negara-negara ‘musuh’ Amerika Serikat sebagai lokasi strategis untuk menempatkan senjata atau markas intelijen,” ungkap Furqan Raka.
Sebagai contoh, terangnya, saat era Perang Dingin, Uni Soviet hampir menempatkan senjata nuklirnya di Kuba.
Baca juga: Dituduh Mata-mata, Rusia Perpanjang Hukuman Penjara Wartawan AS
Sementara dalam laporan New Times, disebut jika pembangunan markas mata-mata ini terkonfirmasi berisi beragam fasilitas yang memperkuat teknologi Tiongkok untuk memantau seluruh operasi militer yang berlangsung di kawasan tenggara Amerika Serikat.
Dalam beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat memang gencar-gencarnya menuding Tiongkok terus berupaya melancarkan operasi mata-mata terhadap negaranya.
Insiden paling baru yakni ketika balon asing diduga balon pengintai Tiongkok sempat terbang menyusuri sejumlah fasilitas militer Amerik Serikat pada Februari lalu.
“Melihat gelagat Beijing, saya kira wajar jika negara-negara dunia khususnya Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya Tiongkok membentuk negara boneka sebagai markas intelejen Tiongkok,” pungkas Furqan. (RO/S-4)
Pemerintah terus lakukan negoisasi dengan Vietnam terkiat wilayah tumpang tindih ZEE dan landas kontingen
Untuk pertama kalinya, di pertemuan Doha III ini, hadir otoritas de facto atau de facto authority (DFA) di Afghanistan, yaitu Taliban.
Para duta besar disuguhkan kuliner seafood khas Labuan Bajo seperti Ikan Kerapu, Lobster, Cumi, Ikan Kua Asam. Olahan seafood itu berasal dari lapak-lapak UMKM kuliner Kampung Ujung.
KBRI di Beireut telah menetapkan wilayah Lebanon selatan sebagai daerah siaga 1. Sementara, kawasan Beureut dan sekitarnya siaga 2.
KEMENTERIAN Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI) mengecam blokade dan perusakan yang dilakukan pemukim Israel terhadap konvoi bantuan kemanusiaan Gaza.
Kelompok ekstremis sayap kanan Israel, Senin (13/5), kembali memblokir truk bantuan di persimpangan Tarqumiya dan menghancurkan bantuan kemanusiaan bagi warga Jalur Gaza.
AMERIKA Serikat akan terus mengupayakan gencatan senjata di Jalur Gaza meskipun ketua biro politik Hamas Ismail Haniyeh meninggal. Ini dikatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Menlu AS, Antony Blinken, bertemu Presiden Terpilih Indonesia, Prabowo Subianto diskusi ini berfokus pada pentingnya Hamas menerima proposal gencatan senjata yang disetujui DK- PBB.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan beberapa amandemen yang diusulkan oleh Hamas terhadap proposal gencatan senjata AS di Gaza tidak dapat dilaksanakan.
Israel menyatakan akan melanjutkan operasi militernya di Gaza dan tidak akan terlibat dalam negosiasi yang dianggap tidak bermakna dengan Hamas.
Menlu AS, Antony Blinken, berkunjung ke Mesir sebagai bagian dari turnya ke Timur Tengah. Kunjungannya bertujuan mendorong gencatan senjata terbaru yang diusulkan AS
Menlu AS, Antony Blinken akan bekerja sama dengan parlemen untuk mengenakan sanksi ke ICC setelah jaksa penuntut meminta surat perintah penangkapan bagi Israel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved