Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DOMINASI Amerika Serikat (AS) dan negara Barat dalam perpolitikan dan ekonomi dunia sepertinya mulai terancam. Sering ikut campurnya AS dan negara Barat dalam urusan geopolitik dunia ternyata justru mengundang kemarahan. Hal ini yang kemudian mendorong hadirnya BRICS sebagai alternatif kekuatan yang mendominasi dunia.
Berawal dari inisiatif Rusia, kini BRICS terus mencoba memperbanyak anggota. Ditambah dengan melemahnya kondisi perekonomian AS, BRICS dirasa menjadi alternatif penantang terkuat bagi 'Negeri Paman Sam' itu.
Lahirnya BRICS diawali dari obrolan di sela-sela rapat PBB. Saat itu Rusia secara tidak langsung menawarkan ide penguatan kerja sama multilateral kepada beberapa negara yang memiliki populasi dan kekuatan ekonomi besar di dunia. Bak gayung yang bersambut, Tiongkok, India, Brasil, dan Afrika Selatan merespons obrolan itu pada 2006.
Baca juga : AS cuma Minta Jeda di Gaza, Bukan Gencatan Senjata
Dari obrolan tersebut, diadakan KTT yang dilaksanakan di Yekaterinburg, Rusia, pada 2008.
Dalam pertemuan itu, BRICS membahas berbagai agenda dan isu panas yang terjadi di dunia. Dari pembicaraan tersebut, akhrinya untuk pertama kali BRICS mengeluarkan komunike bersama.
BRICS akhirnya terus berkembang dengan penguatan ekonomi dan pengaruh negara-negara anggotanya. Hingga pada 2013, negara-negara anggota BRICS sudah menyumbang 27% dari PDB dunia dan menyumbang 42% dari seluruh populasi global. Melihat potensi besar yang dimiliki anggotanya, BRICS membuat New Development Bank yang dianggap mengancam Bank Dunia dan IMF.
Baca juga : BRICS Digandrungi, AS Klaim Belum Kalah Pengaruh
Ancaman bagi AS
Selama ini, AS telah berperan besar dalam berbagai keputusan di dunia ini. Kehadiran BRICS tidak bisa dianggap remeh karena potensi kekuatan negara-negara anggotanya. Bahkan, sekarang BRICS sedang berupaya mengurangi kebergantungan pada dolar AS dengan menciptakan standardisasi baru pada sistem keuangan.
Rencananya sistem keuangan baru ini akan menggantungkan dan mengikat dirinya pada aset keras, seperti minyak dan emas. Apabila kehadirannya benar terlaksana, kemungkinan ini akan menjadi tantangan terberat bagi AS, apalagi jika melihat saat ini kondisi ekonomi AS yang sedang babak belur. Rencana BRICS ini dinilai akan membuat posisi AS dapat semakin lemah dalam sistem perekonomian dunia.
Baca juga : Tiongkok Dekati Negara BRICS dan Asia Pasifik untuk Tekan Dominasi AS
Rencana BRICS memperbanyak anggotanya serta berbagai kemajuan yang dapat dilakukan tampaknya menjadi daya tarik bagi berbagai negara. Apalagi, kini BRICS telah dilengkapi dengan New Development Bank yang setara dengan Bank Dunia dan IMF.
Tentu saja hal ini membuat negara lain tertarik untuk bergabung dengan BRICS untuk menghilangkan kebergantungan terhadap AS.
Saat ini, diperkirakan terdapat 19 negara yang sudah menyatakan ingin bergabung dengan BRICS. Dari 19 negara tersebut, 13 negara telah menyatakan dan mendaftar secara langsung kepada BRICS dan 6 negara lainnya sudah menanyakan secara tidak langsung terkait cara bergabung dengan BRICS.
Baca juga : Peneliti Kembangkan Sistem Deteksi Tornado dengan Infrasonik
Indonesia menjadi salah satu negara yang berencana bergabung dengan BRICS dan saat ini masih mempertimbangkan baik buruknya bergabung dengan BRICS.
Hadirnya dua kekuatan besar sebenarnya baik untuk memberikan keseimbangan dan keadilan. Apalagi, hal ini akan memberikan warna baru dalam geopolitik di dunia. Setidaknya hal ini akan menghadirkan pilihan bagi berbagai negara untuk bergabung dalam komunitas dunia.
Namun, sejarah mencatat jika ada dua kekuatan besar, biasanya akan terjadi gesekan. Hal ini biasanya tidak terhindarkan karena negara-negara tersebut tidak ingin kehilangan pengaruh dalam sistem perpolitikan dunia.
Baca juga : Mark Rutte Dapat Banyak Dukungan untuk Jadi Sekjen NATO
Di masa lalu pernah terjadi saat Perang Dunia I dan II, yaitu terdapat persaingan antara kubu sekutu dan kubu axis.
Kejadian ini harus kita ingat-ingat, apalagi saat ini Indonesia sedang mempertimbangkan bergabung dengan BRICS.
Dalam sejarah serta prinsip politik luar negeri kita selalu mengedepankan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Hal ini membuat posisi Indonesia menjadi netral dan bebas dalam menentukan keputusan politik.
Jika benar Indonesia bergabung dengan BRICS, pastinya akan membuat Indonesia harus menentukan sikap apabila terjadi konflik antara kedua kubu, yaitu BRICS dan AS serta sekutunya. (Z-1)
Sinyal pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat menjadi perhatian bagi Bank Indonesia.
AMERIKA Serikat akan terus mengupayakan gencatan senjata di Jalur Gaza meskipun ketua biro politik Hamas Ismail Haniyeh meninggal. Ini dikatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
PEMBUNUHAN terhadap Kepala Biro olitik kelompok perjuangan Palestina, Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, dapat mengakibatkan perang masif di Timur Tengah.
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (31/7) sore ditutup menguat di tengah pelaku pasar bersikap wait and see terhadap kebijakan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed).
NILAI tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (31/7) ditutup menguat saat pasar menunggu kebijakan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate.
Kamala Harris membawa kampanye presidennya ke Georgia, sebuah negara bagian yang kini dianggap sebagai kunci dalam pemilihan mendatang.
PRESIDEN Argentina Javier Milei mengumumkan bahwa negaranya tidak akan bergabung dengan blok Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan (BRICS).
“Saat ini, seluruh dunia sedang berjuang ketika kita menyaksikan langsung kekerasan dan kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Palestina di Jalur Gaza."
Akar penyebab situasi Palestina-Israel adalah kenyataan bahwa hak rakyat Palestina untuk bernegara, hak untuk hidup, dan hak untuk kembali telah lama diabaikan.
KELOMPOK negara-negara yang tergabung dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan) akan mengadakan Pertemuan Gabungan Luar Biasa pada Selasa (21/11).
Seusai KTT BRICS di Afrika Selatan, 40 negara di berbagai belahan dunia juga disebut tertarik untuk bergabung, tidak terkecuali Indonesia.
Indonesia sampai saat ini masih melakukan kajian untuk mempertimbangkan keuntungan bergabung dalam keanggotaan BRICS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved