Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
ANGKA pernikahan dini secara global tercatat mengalami penurunan. Tapi, trennya tidak terlalu signifikan. UNICEF mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya dan ada hasil posifit yang didapat dalam 10 tahun terakhir. Namun, itu dinilai belum memuaskan.
Menurut data UNICEF, sekitar 640 juta anak perempuan dan perempuan dewasa saat ini menikah di bawah usia 18 tahun. Setidaknya 12 juta anak perempuan jadi pengantin setiap tahunnya.
Dalam 25 tahun terakhir, tren pernikahan dini sudah mengalami penurunan. Pada 1997, ada 25% perempuan berusia 20-24 tahun yang menjalani pernikahan dini. Rentang usia mereka ialah 12-17 tahun. Pada 2012, angka tersebut turun menjadi 23% dan tahun lalu menjadi 19%.
Masih ada 9 juta anak perempuan yang diperkirakan bakal menikah saat mereka masih di bawah 18 tahun pada 2030.
Baca juga: UNHCR Salurkan Bantuan ke 1,5 Juta Pengungsi Sepanjang 2021
"Dengan laju seperti sekarang, kita masih harus menunggu hingga 300 tahun untuk bisa menghapus pernikahan dini," kata perwakilan UNICEF Claudia Cappa.
Cappa khawatir situasi global sekarang, seperti pandemi covid-19 dan perang di sejumlah negara akan menghambat upaya menekan angka pernikahan dini. Pandemi saja bisa berpotensi menambah 10 juta anak perempuan yang bakal menjalani pernikahan sebelum waktunya pada 2020-2030.
"Dunia dilanda krisis yang menghancurkan harapan dan impian anak-anak yang rentan, khususnya anak perempuan yang harusnya pergi sekolah, bukan ke pelaminan," kata bos UNICEF Catherine Russell menanggapi hasil riset pihaknya.
Baca juga: PBB Kirim Utusan Khusus ke Sudan
UNICEF menemukan fakta mengapa kerap terjadi pernikahan dini karena argumen bahwa itu dilakukan untuk melindungi sang anak dari segi finansial, sosial, dan fisik. Selain itu juga jadi cara orang tua untuk mengurangi jumlah anak yang harus diberi makan. Padahal pernikahan dini adalah pelanggaran terhadap hak anak.
Lebih lanjut, UNICEF mengatakan tren penurunan pernikahan dini terjadi di Asia Selatan. Namun, di wilayah tersebut, 45% dari 640 juta perempuan yang sudah menjadi orang tua, adalah yang menikah di bawah usia 18 tahun.
Sementara yang tidak terjadi perubahan positif adalah di Afrika sub-Sahara. Anak perempuan di sana sangat berisiko menjalani pernikahan sebelum waktunya. "Dengan 1 dari 3 anak perempuan menikah sebelum berusia 18 tahun," kata data UNICEF yang menyebutkan pernikahan dini di sana bisa meningkat 10% pada 2030. (AFP/Z-6)
CALON presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan mendapat pertanyaan soal pernikahan dini yang kerap terjadi di masyarakat Indonesia saat dialog Desak Anies.
Ketua MPR sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menerima lamaran Avicenna Athalla Zaki Ghani Alli (Athalla) kepada salah satu putri Bamsoet, Saras Shintya Putri.
MAHKAMAH Konstitusi (MK) mengabulkan penarikan kembali permohonan pengujian perkara persamaan batas usia perkawinan.
Di Sulawesi Selatan, jumlah dispensasi perkawinan anak yang disetujui mencapai ribuan orang dalam setahun saja.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah perkawinan anak.
UPAYA konsisten menekan angka pernikahan dini harus dengan berbagai cara dan didukung semua pihak untuk mewujudkan generasi penerus yang tangguh dan berdaya saing.
ORGANISASI Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menggambarkan pembunuhan tiga anak akibat serangan udara sebagai sesuatu yang mengerikan.
Penyaluran vaksin polio itu dilakukan melalui kerja sama antara Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) atau Indonesian AID dengan United Nations Children's Fund (UNICEF).
Seorang pejabat UNICEF, James Elder, menyuarakan keprihatinan atas serangan terhadap anak-anak di Gaza yang sering diabaikan, meski Israel mengumumkan jeda taktis untuk distribusi bantuan.
Hari Anak Korban Perang Internasional didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran tentang penderitaan anak-anak yang menjadi korban agresi di seluruh dunia.
Israel telah membunuh lebih dari 13.000 anak di Gaza, Palestina, sejak 7 Oktober 2023 silam. Di sisi lain, anak-anak yang masih hidup dihadapkan pada kondisi kekurangan gizi.
SEKERTARIS Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Kamis (8/2) menegaskan bahwa Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mustahil dibubarkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved