Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MASKAPAI penerbangan global dipredikasi akan kehilangan sekitar US$51,8 miliar atau sekitar Rp739 triliun pada 2021 ini di tengah pandemi, menurut data yang dirilis Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Senin (4/10).
Hal yang sama juga diperkirakan terjadi pada 2022 dengan kerugian mencapai US$11,6 miliar. Data IATA juga menunjukkan penurunan yang lebih dalam dari perkiraan sebelumnya pada April tahun ini dengan kerugian sebesar US$47,7 miliar. Asosiasi itu juga meningkatkan estimasi kerugian 2020 menjadi US$137,7 miliar dari US$126,4 miliar.
"Kita telah melewati bagian terdalam dari krisis. Namun, masalah serius (penularan pandemi) tetap ada, jalan menuju pemulihan mulai terlihat," kata Direktur Jenderal IATA Willie Walsh.
Pemulihan pandemi dikatakab bervariasi menurut wilayah atau negara belahan dunia. Amerika Utara misalnya, dilaporkan menjadi satu-satunya wilayah yang diproyeksikan menghasilkan keuntungan positif pada 2022 soal penerbangan internasional.
Namun, negara-negara di Eropa, diperkirakan akan tetap berada di zona merah, dengan kerugian sebesar US$9,2 miliar pada tahun depan, dibandingkan kerugian sebesar US$20,9 miliar yang diproyeksikan terjadi di tahun ini. Operator penerbangan di kawasan-kawasan negara akan melihat pemulihan dalam perjalanan intra-Eropa, tetapi perjalanan jarak jauh akan tetap ada dengan terbatas, kata IATA.
Operator di kawasan Asia-Pasifik, Amerika Latin, Timur Tengah dan Afrika semuanya diperkirakan akan mengalami kerugian yang lebih kecil di 2022 dibandingkan dengan tahun ini. IATA memproyeksikan jumlah total penumpang mencapai 3,4 miliar pada 2022, mirip dengan level 2014, tetapi di bawah 4,5 miliar pada 2019.
"Orang-orang tidak kehilangan keinginan mereka untuk bepergian, seperti yang kita lihat dalam ketahanan pasar domestik yang solid. Tetapi mereka ditahan dari perjalanan internasional oleh pembatasan," terang Walsh.
Dia menambahkan bahwa lebih banyak pemerintah dunia melihat vaksinasi sebagai jalan keluar atas permasalahan pelik penerbangan internasional. "Kami sepenuhnya setuju bahwa orang yang divaksinasi tidak boleh membatasi kebebasan bergerak mereka dengan cara apa pun," tutup Walsh. (Channel News Asia/OL-8)
Kerja sama ini akan menjadikan Garuda Indonesia sebagai official carrier yang mendukung aksesibilitas transportasi udara menuju Nusantara.
AirAsia dan Garuda minta penetapan tarif batas atas dan bawah dikaji ulang
Penerbangan Garuda Indonesia yang memulangkan jemaah haji kelompok terbang (kloter) 31 Embarkasi Makassar (UPG 31) dari Tanah Suci mengalami penundaan alias delay hingga 39 jam.
Dengan kejadian ini, Kementerian Agama akan mempertimbangkan kembali keterlibatan Garuda Indonesia pada penerbangan jemaah haji di tahun mendatang.
Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia memastikan siap mengirimkan pesawat pengganti menyusul peristiwa Return to Base (RTB) pada penerbangan GA-6239 rute Solo-Jeddah
JEMAAH haji kloter 5 dari Debarkasi Makassar tiba dari Arab Saudi Kamis (27/6), menggunakan Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GIA 1204.
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Dari pemilihan Donald Trump hingga Pandemi global Covid-19, berikut adalah beberapa prediksi kartun The Simpson yang sudah lama tayang dan jadi ada di dunia nyata.
TINGGINYA nilai jatuh tempo utang di 2025 disebabkan dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) untuk memenuhi kebutuhan yang menggelembung saat Indonesia dilanda pandemi covid-19
SAYA mengikuti Global Health Security Conference (Konferensi Ketahanan Kesehatan Global) di Sydney, Australia, 18 sampai 21 Juni 2024
Jika terjadi pandemi terjadi atau wabah besar di suatu negara maka pemerintah negara tersebut harus menyerahkan patogen yang menjadi penyebab pandemi ke WHO.
Di samping PABS hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pendanaan dan transfer teknologi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved