Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Maskapai Penerbangan Global Diprediksi Rugi Rp730 Triliun Periode 2021

Insi Nantika Jelita
04/10/2021 23:19
Maskapai Penerbangan Global Diprediksi Rugi Rp730 Triliun Periode 2021
Maskapai nasional Garuda Indonesia(Antara)

MASKAPAI penerbangan global dipredikasi akan kehilangan sekitar US$51,8 miliar atau sekitar Rp739 triliun pada 2021 ini di tengah pandemi, menurut data yang dirilis Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Senin (4/10).

Hal yang sama juga diperkirakan terjadi pada 2022 dengan kerugian mencapai US$11,6 miliar. Data IATA juga menunjukkan penurunan yang lebih dalam dari perkiraan sebelumnya pada April tahun ini dengan kerugian sebesar US$47,7 miliar. Asosiasi itu juga meningkatkan estimasi kerugian 2020 menjadi US$137,7 miliar dari US$126,4 miliar.

"Kita telah melewati bagian terdalam dari krisis. Namun, masalah serius (penularan pandemi) tetap ada, jalan menuju pemulihan mulai terlihat," kata Direktur Jenderal IATA Willie Walsh.

Pemulihan pandemi dikatakab bervariasi menurut wilayah atau negara belahan dunia. Amerika Utara misalnya, dilaporkan menjadi satu-satunya wilayah yang diproyeksikan menghasilkan keuntungan positif pada 2022 soal penerbangan internasional.

Namun, negara-negara di Eropa, diperkirakan akan tetap berada di zona merah, dengan kerugian sebesar US$9,2 miliar pada tahun depan, dibandingkan kerugian sebesar US$20,9 miliar yang diproyeksikan terjadi di tahun ini. Operator penerbangan di kawasan-kawasan negara akan melihat pemulihan dalam perjalanan intra-Eropa, tetapi perjalanan jarak jauh akan tetap ada dengan terbatas, kata IATA.

Operator di kawasan Asia-Pasifik, Amerika Latin, Timur Tengah dan Afrika semuanya diperkirakan akan mengalami kerugian yang lebih kecil di 2022 dibandingkan dengan tahun ini. IATA memproyeksikan jumlah total penumpang mencapai 3,4 miliar pada 2022, mirip dengan level 2014, tetapi di bawah 4,5 miliar pada 2019.

"Orang-orang tidak kehilangan keinginan mereka untuk bepergian, seperti yang kita lihat dalam ketahanan pasar domestik yang solid. Tetapi mereka ditahan dari perjalanan internasional oleh pembatasan," terang Walsh.

Dia menambahkan bahwa lebih banyak pemerintah dunia melihat vaksinasi sebagai jalan keluar atas permasalahan pelik penerbangan internasional. "Kami sepenuhnya setuju bahwa orang yang divaksinasi tidak boleh membatasi kebebasan bergerak mereka dengan cara apa pun," tutup Walsh. (Channel News Asia/OL-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya