Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
VAKSIN buatan Pfizer dan Moderna tetap efektif terhadap dua varian covid-19 yang pertama kali terindentifikasi di India. Hal itu terungkap dalam penelitian terbaru yang dilakukan ilmuwan Amerika Serikat (AS).
Penelitian di laboratorium itu dilakukan oleh Grossman School of Medicine dan Langone Center NYU dan dipandang sebagai penelitian pendahuluan karena belum diterbitkan dalam jurnal ilmiah.
"Kami menemukan bahwa antibodi yang dihasilkan vaksin itu sedikit lemah menghadapi varian itu, namun tidak cukup lemah sehingga kami meragukan kemampuannya untuk melindungi," ujar peneliti senior Nathaniel Landau, Senin (17/5).
Baca juga: India Pastikan Risiko Pengumpalan Darah AstraZeneca Minim
Penelitian itu dilakukan dengan mengambil darah dari orang yang divaksin dengan salah satu dari kedua vaksin yang banyak digunakan di AS itu dan telah diberikan kepada lebih dari 150 juta warga 'Negeri Paman Sam'.
Sampel darah itu kemudian diberi partikel pseudovirus yang berisi bagian mutasi dari covid-19, terutama yang berasal dari varian B.1.617 atau B.1.618, yang pertama kali ditemukan di India.
Kemudian, campuran itu ditempatkan dengan sel yang ditumbuhkan di laboratorium untuk mengetahui berapa banyak yang akan terinfeksi.
Partikel pseudovirus yang digunakan diisikan enzim luciferase, yang biasa digunakan kunang-kunang untuk bersinar. Hal itu bertujuan untuk mengetahui berapa sel yang terinfeksi berdasarkan pencahayaannya.
Hasilnya, pada varian B.1.617, terjadi penurunan empat kali lipat dari antibodi sementara pada varian B.1.618 terjadi penurunan sebanyak tiga kali lipat.
"Artinya, meski antibodi tidak bekerja lagi terhadap varian itu, Anda masih melihat adanya antibodi yang melakukan aktivitasnya," ujar Landau.
"Jumlah antibodi yang bekerja masih memadai sehingga kami menganggap vaksin covid-19 masih efektif," lanjutnya.
Meski begitu, imbuhnya, penelitian di laboratorium seperti ini tidak bisa meramalkan efikasi di dunia nyata. Karenanya, harus dilakukan penelitian lanjutan. (AFP/OL-1)
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mencatatkan jumlah kasus covid-19 secara global mengalami peningkatan 52% dari periode 20 November hingga 17 Desember 2023.
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) menjadi keharusan.
PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau warga tetap waspada dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan menyusul dua kasus positif covid-19 ditemukan di kota itu.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Batam mengonfirmasi bahwa telah terdapat 9 kasus baru terpapar Covid-19 di kota tersebut,
KEMENTERIAN Kesehatan menyebut tidak ada potensi mutasi virus covid-19 pada libur Natal dan Tahun Baru 2024 nanti. Saat ini, yang terbaru masih berasal dari varian omikron, yaitu JN.1.
Prof. Hinky juga menampik klaim keliru yang beredar di media sosial, yaitu anak yang tidak divaksinasi bebas dari infeksi telinga dan pengobatan antibiotik.
Dikuatirkan informasi sequence genomic pathogen dari indonesia dikapitalisasi oleh pengembang vaksin negara maju dan kita tidak dapat benefit yang setara.
Di samping PABS hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pendanaan dan transfer teknologi.
Isu efek samping vaksin covid-19 AstraZeneca. Ia mengatakan peringatan soal efek sampik dari roduk vaksin itu sudah diumumkan sejak 2021.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menanggapi kehebohan soal efek samping vaksin covid-19 AstraZeneca. Menurut Budi, efek samping vaksin tersebut telah diketahui sejak lama.
Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi memastikan sampai saat ini tidak ada kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved