Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PENELITIAN baru dalam jurnal Nature Climate Change menemukan pencairan ekstrem gletser di Selandia Baru. Pada 2018, setidaknya terjadi sepuluh kali pencairan akibat pemanasan global yang disebabkan manusia.
Hilangnya es di seluruh gletser Selandia Baru pada 2011, yang disebut sebagai tahun pencairan terekstrem, disebut akibat akumulasi gas rumah kaca di atmosfer yang sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
"Sebagai ilmuwan, kita tahu bahwa suhu yang secara teori hangat mencairkan es, tetapi tujuan dari penelitian ini adalah secara formal menunjukkan hubungan antara pencairan dan perubahan iklim," kata penulis utama studi yang merupakan ahli glasiologi Lauren Vargo.
Dilansir dari the guardian, studi ini melihat perubahan pada 10 gletser di Selandia Baru yang disaksikan Vargo dan rekannya pada pemantauan penerbangan di 2018.
"Pada tahun-tahun sebelumnya selalu ada salju di gletser tetapi pada tahun 2018, sekitar setengahnya tidak ada salju sama sekali," ujar Vargo.
Penerbangan pemantauan tahunan itu mencatat lebih dari 50 gletser telah terjadi di Selandia Baru sejak 1977 dan mencatat posisi garis salju serta ketebalan dan aliran es.
Baca juga: Gletser di Alpen Cair pada 2100
Para ilmuwan mengambil gambar garis salju di sekitar gletser di pulau selatan Selandia Baru. Antara 2016 dan 2019, luas gletser di pulau selatan Selandia Baru telah hilang 13 juta meter kubik es.
Perhitungan Vargo menunjukkan, tahun 2018, gletser kehilangan 8 juta meter kubik es. Tahun itu merupakan rekor terpanas kedua Selandia Baru, setelah 2016.
Pencairan yang terlihat di gletser Rolleston pada tahun 2011 mungkin terjadi setiap 100 tahun sekali di bawah kondisi iklim yang belum diubah oleh manusia, tetapi pengaruh manusia sekarang akan memberi imbas setiap delapan tahun sekali.
Vargo mengatakan gletser di negara itu penting bagi pariwisata dan sumber daya air.
"Saya harap penelitian ini bisa mendorong dan meyakinkan orang di seluruh dunia, bahwa kita perlu mengambil tindakan yang lebih kuat untuk menghentikan perubahan iklim," ungkapnya.(theguardian/OL-5)
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
Bencana hidrometeorologi itu juga menyebabkan lebih dari dua juta orang terkena dampaknya,
Perubahan iklim harus mendapat perhatian serius karena mengancam keberlangsungan kehidupan umat manusia.
ORGANISASI Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan tahun 2023 sebagai tahun terpanas dan memperingatkan potensi peningkatan kejadian banjir, kebakaran hutan, pencairan hingga gletser di 2024.
Objek sebesar A23a harus terus dilacak setelah putus karena dapat menimbulkan ancaman bagi kapal dan satwa liar.
Bentang alam ini dapat memainkan peran besar dalam mitigasi perubahan iklim, baik dengan menyaring air, menyimpan karbon, atau meningkatkan keanekaragaman hayati.
Pemanasan ekstrem selama dua tahun berturut-turut di Pegunungan Alpen melenyapkan 10% volume gletser di Swiss. Ini sama besar dengan yang hilang dalam tiga dekade sebelum 1990.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved