Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

India Diharapkan Ubah Keputusan terkait RCEP

M Ilham Ramadhan Avisena
20/11/2019 19:30
India Diharapkan Ubah Keputusan terkait RCEP
Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman(ANTARA)

DEPUTI Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman, mengharapkan India mau mengubah keputusannya untuk mengundurkan diri dari Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) atau Kemitraan Ekonomi Komperehensif Regional.

"Kita berharap India bisa tetap menjadi bagian on board bagian dari RCEP, karena kan bagaimanapun kalau semakin banyak maka semakin daya tarik kawasan semakin menarik," kata Rizal dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 bertemakan 'RCEP: Berharap Investasi', di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Rabu (20/11).

Meski begitu, Rizal menambahkan, keberadaan India dalam RCEP tidak akan terlalu banyak memengaruhi laju perekonomian yang terjadi kepada negara-negara lain yang terlibat di dalamnya.

Berdasarkan catatan dan asumsinya, Rizal, menyebutkan, pertumbuhan ekonomi negara RCEP pada 2018 mencapai 32,2% dengan asumsi India turut serta. Bila India tidak ikut serta dan ambil bagian di RCEP, maka penurunan pertumbuhan hanya berkisar 3%.

Sementara pada tingkat perdagangan yang mencakup negara RCEP mencapai 29,2% dengan keterlibatan India. Tanpa India, angka tersebut hanya berkurang 2%.

"Tidak terlalu besar memang pengaruhnya, tapi kembali lagi, karena populasi mereka terbesar kedua di dunia, itu bisa membuat RCEP makin menarik," terang Rizal.

Ia menuturkan, esensi dari dirumuskannya RCEP ialah untuk meningkatkan daya saing tiap negara. Pasalnya, negara yang masuk dalam RCEP harus mau membuka diri pada investor dari negara lain.


Baca juga: Jokowi Berharap Parlemen Singapura Perkuat Kemitraan Regional


Mau tidak mau, imbuhnya, tiap anggota RCEP harus berbenah diri agar mampu bersaing dengan investor dari negara lain. Indonesia dalam lima tahun terakhir, telah menunjukkan hal itu.

"Berbenah diri itu sudah dilakukan dalam lima tahun terakhir melalui pembangunan infrastruktur. Memang belum sempurna, tapi itu jauh lebih baik," terang Rizal

"Kalau tidak memerbaiki diri ya rugi, karena investasi yang masuk besar, jangan sampai nanti malah masuknya ke negara tetangga. Itu kenapa kita berlomba-lomba memerbaiki iklim investasi," sambungnya.

Menyoal India yang menarik diri dari RCEP, Direktur Perundingan ASEAN Kementerian Perdagangan, Donna Gultom menyebutkan India merupakan negara yang terlalu melindungi kepentingannya sendiri.

"India itu dalam RCEP inginnya bikin komitmen rendah, tapi dia di dalam menikmati, ya gak bisa lah. Kita ini semua take and give," kata Donna.

Ia pun menuturkan, tidak menjadi masalah bila India bersikeras untuk mengundurkan diri dari RCEP.

"Kalau India tidak mau juga ya gak usah dibujuk-bujuk lah, nanti akan datang sendiri, dia akan melihat dulu, ini membawa manfaat atau tidak. Karena memang sulit mengakomodir maunya India. Saya lihat itu akan menghancurkan semua kalau kita turuti maunya dia. Terus 7 tahun ini kita buang percuma? Masa cuma gara-gara India, ya enggak lah," tandas Donna.

Diketahui pada awal pembahasan RCEP, sebanyak 16 negara terlibat didalamnya. 10 di antaranya yakni negara Asia Tenggara meliputi Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Sementara 6 negara mitra lainnya yakni Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India. Namun, India memutuskan keluar dengan alasan pertimbangan dampak yang akan ditimbulkan dari kesepakatan ini terhadap kehidupan dan mata pencaharian semua orang India, terutama bagi masyarakat yang lebih lemah. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya