Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
MILITER Korea Selatan menyebut Korea Utara telah menembakkan sejumlah proyektil tidak dikenal. Hal itu terungkap ketika utusan Amerika Serikat (AS) mengunjungi Seoul untuk berdiskusi mengenai upaya memecah kebuntuan nuklir.
"Korea Utara menembakkan sejumlah proyektil yang tidak teridentifikasi ke arah timur, yang berasal dari situs Sino-ri di Pyongyang Utara," bunyi pernyataan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS).
Peluncuran itu terjadi hanya beberapa hari setelah Korea Utara melakukan latihan militer, serta menembakkan beberapa proyektil yang salah satunya diyakini rudal jarak pendek.
Beberapa jam sebelum peluncuran, Perwakilan Khusus AS untuk Korea Utara, Stephen Biegun, tiba di Seoul pada Rabu malam. Kedatangannya bertujuan untuk berdiskusi dengan pejabat Korea Selatan terkait dengan pendekatan sekutu terhadap Pyongyang. Itu merupakan kunjungan pertama Biegun ke Seoul, sejak KTT putaran kedua antara AS dan Korea Utara berakhir tanpa kesepakatan.
"Sejauh ini kami masih menganalisis apakah (tembakan) mencakup satu atau beberapa proyektil," ujar juru bicara JCS kepada AFP.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan, peluncuran Korea Utara atas apa yang tampak sebagai rudal jarak pendek mengancam untuk memperumit negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat.
"Apa pun niat Korea Utara mungkin kami memperingatkan bahwa itu bisa membuat negosiasi lebih sulit," katanya dalam sebuah wawancara televisi.
Hingga Sabtu kemarin, Pyongyang, Seoul, dan Washington berusaha menahan diri dari tindakan peluncuran rudal, yang dapat membahayakan diplomasi yang tengah berlangsung. Pun, langkah itu berpotensi melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta janji Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, atas pembekuan tes rudal jarak jauh.
Mirip rudal Iskander
Korut menyatakan, latihan pada Sabtu lalu, melibatkan banyak peluncur roket jarak jauh dan senjata pemandu taktis. Akan tetapi, para ahli memandang Korut setidaknya meluncurkan satu rudal jarak pendek selama latihan.
Sebuah laporan dalam situs website 38 North menyebut, rudal itu merupakan Iskander yang diproduksi Rusia.
"Puing-puing yang dihasilkan aktivitas peluncuran di Korea Utara secara virtual hampir cocok dengan Iskander buatan Rusia," kata laporan tersebut.
Apabila Korut mengimpor rudal balistik Iskander dari Rusia, negara itu memiliki kapasitas untuk mengirimkan hulu ledak ke target di Korea Selatan dengan sangat tepat.
Pertemuan puncak antara Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, pada tahun lalu, memicu pencairan diplomatik di wilayah semenanjung. Hal itu sekaligus membuka jalan pertemuan pertama bersejarah antara pemimpin dua Korea.
Seorang juru bicara delegasi Korea Utara untuk perundingan militer mengatakan, latihan rutin pada Sabtu kemarin, dilakukan di wilayah perairan domestik. Dia menambahkan, proyektil yang beterbangan tidak menimbulkan ancaman bagi AS, Korea Selatan, maupun Jepang.
"Dalam penembakan rudal menengah dan jarak jauh, tidak mencakup peluru kendali balistik antarbenua (ICBM)," ujarnya. (AFP/I-1)
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan 50 negara di Eropa membutuhkan perlindungan dari senjata nuklir secara mandiri.
Bulan lalu ia memperingatkan negara-negara Barat bahwa ada risiko nyata terjadinya bencana nuklir jika mereka ikut campur pada konflik di Ukraina.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan negara-negara Barat untuk tidak mengirimkan pasukan ke Ukraina, mengatakan konsekuensinya akan tragis.
Menlu Retno Marsudi mendorong dunia untuk bersama-sama mendesak pemilik senjata nuklir mengikuti protokol pelucutan.
Badan pengawas nuklir PBB, IAEA, mengungkapkan kekhawatiran yang semakin meningkat terkait kemampuan Iran dalam membangun senjata nuklir.
Tiongkok belum berencana untuk menghentikan larangan impor produk hasil laut dari Jepang
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved