Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Trump tidak Terima Disalahkan Terkait Penembakan di Christchurch

Willy Haryono
19/3/2019 14:15
Trump tidak Terima Disalahkan Terkait Penembakan di Christchurch
(Nicholas Kamm / AFP)

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump kembali berkomentar mengenai penembakan brutal yang menewaskan 50 orang dan melukai puluhan lainnya di Christchurch, Selandia Baru. Trump mengaku kesal karena dirinya disalahkan atas tragedi tersebut.

"Media Berita Palsu bekerja lembur hanya untuk menyalahkan saya atas serangan mengerikan di Selandia Baru," tulis Trump di Twitter, seperti dilansir dari laman AFP, Senin (18/3).

"Mereka semua harus bekerja ekstra keras untuk membuktikan tuduhan tersebut. Ini semua sangat konyol!" lanjutnya.

Kekesalan Trump diyakini terkait pandangan ekstrem dari pelaku penembakan di Christchurch, yakni Brenton Tarrant. Pria 28 tahun asal Australia itu memiliki pandangan ekstrem sayap kanan serta menjunjung tinggi supremasi kulit putih.

Sejumlah pihak menilai selama ini Trump terkesan kurang 'keras' jika mengomentari sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan sayap kanan atau supremasi kulit putih.

Baca juga: Dapat Dana dari Warganet, Egg Boy Sumbangkan untuk Korban Christchurch

Nama Trump muncul dalam manifesto yang ditulis Tarrant dan dirilis sebelum melancarkan aksi teror pada 15 Maret. Dalam manifesto disebutkan bahwa Trump adalah "simbol pembaruan kulit putih."

Merespons pertanyaan awak media mengenai manifesto, Trump menilai aksi kekerasan yang dilancarkan simpatisan supremasi kulit putih bukan sebuah ancaman yang sedang berkembang.

"Saya rasa tidak (ada indikasi tren berbahaya). Saya rasa mereka adalah sekelompok kecil orang dengan masalah yang sangat, sangat serius," tutur Trump kepada awak media di Gedung Putih beberapa hari lalu.

"Tapi jika melihat kasus di Selandia Baru, mungkin demikian (ada indikasi tren supremasi kulit putih). Saya belum tahu banyak mengenai hal tersebut," lanjut dia.

Sebelumnya, Trump mengaku telah berbicara dengan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern untuk mengekspresikan "solidaritas." Trump juga sempat mengatakan, "kami mencintai Selandia Baru."

Pada 2017, banyak pihak termasuk beberapa orang terdekat Trump terkejut karena sang presiden menolak mengecam aksi unjuk rasa neo-Nazi di Charlottesville, Virginia. Demonstrasi tersebut berujung bentrokan dengan gerakan sayap kiri. Trump menyalahkan keduanya. (Medcom/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya