Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KASUS alergi susu sapi (ASS) pada anak sangat penting untuk menjadi perhatian bagi orangtua. ASS terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, Prof. Dr. Budi Setiabudiawan mengatakan bahwa ASS adalah alergi makanan yang paling umum pada awal masa kanak-kanak, dengan insidensi 2-3% pada tahun pertama kehidupan. Dikatakan bahwa 1,9% sampai 4,9% anak-anak di dunia alergi protein susu sapi menurut WHO.
“Protein susu sapi merupakan makanan penyebab alergi yang terbesar kedua setelah telur pada anak-anak di Asia Seperti yang dilaporkan di RSCM Jakarta tahun 2012 menunjukkan bahwa 31% dari pasien anak alergi terhadap putih telur dan 23,8% alergi terhadap susu sapi,” ungkapnya dalam webinar bertajuk “Tangani Alergi Susu Sapi (ASS) pada Anak dengan Cepat dan Tepat sebelum Terlambat” yang diselenggarakan Nutricia dan PrimaKu pada Selasa (25/6).
Baca juga : Protein Soya Dukung Tumbuh Kembang Optimal Anak yang Alergi Susu Sapi
Melihat persentase alergi tersebut, Budi menjelaskan bahwa faktor peningkatan risiko alergi dapat terjadi oleh beberapa hal seperti riwayat alergi pada keluarga, kelahiran sesar dan asap rokok juga polusi udara, sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya dampak jangka panjang ASS dan memastikan pertumbuhan serta perkembangan anak tidak terganggu.
“40% sampai 60% dapat terjadi alergi ketika kedua orang tua memiliki riwayat alergi. Lalu 20 sampai 40% berpotensi ketika salah satu orang tua memiliki riwayat alergi. Selain itu 25% sampai 30% terjadi ketika saudara memiliki riwayat alergi. Dan 5% sampai 15% jika orang tua tidak memiliki riwayat alergi. Namun yang tertinggi adalah 60 sampai 80% berpotensi jika kedua orang tua memiliki manifes yang sama,” jelasnya.
Budi mengungkapkan bahaya dampak ASS dapat bervariasi dari ringan hingga berat, dan dapat mempengaruhi berbagai sistem dalam tubuh. Dalam jangka pendek, ASS dapat menyebabkan ketidaknyamanan, serta kesulitan makan dan tidur sementra dampak jangka panjangnya dapat mencakup berat badan yang tidak optimal, malnutrisi, dan keterlambatan pertumbuhan.
Baca juga : Amankah Susu Kambing untuk Bayi?
“Sifat alergi yang persisten dapat meningkatkan risiko perkembangan kondisi atopik lain, seperti asma atau eksim, di kemudian hari. Gejala ASS pada anak dapat berbeda, tapi beberapa yang paling umum meliputi ruam pada kulit, gatal-gatal, bahkan diare. Selain itu, ASS juga dapat menyebabkan masalah pernapasan yang serius, seperti anafilaksis,” ungkapnya.
Selain itu, Budi menjelaskan pada umumnya, anak yang mengalami alergi susu sapi dapat mengatasi alergi (mengalami remisi) seiring bertambahnya usia, biasanya antara usia tiga hingga lima tahun.
“Namun, ada sebagian kecil anak yang mungkin tetap memiliki alergi hingga dewasa. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah dampak buruk yang lebih serius dan memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal,” paparnya.
Baca juga : Festival Soya Dukung Tumbuh Kembang Anak-anak yang Alergi Susu Sapi
Prof. Budi juga menekankan pentingnya mengenali gejala-gejala tersebut sejak dini dan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat baik pada waktu masa kehamilan dan sesudah kehamilan. Dikatakan bahwa orang tua harus mencari sumber nutrisi alternatif yang memiliki kandungan zat gizi sebagai tata laksana dan langkah penting pencegahan alergi.
“Orang tua harus menghilangkan susu sapi dari diet anak, mencari sumber nutrisi alternatif yang memiliki kandungan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta kandungan gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam fase pertumbuhan anak,” ujarnya.
Langkah selanjutnya dijelaskan Budi, termasuk membaca label makanan dengan cermat, dan memantau pertumbuhan anak secara rutin. Strategi penanganan ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat untuk mengurangi dampak negatif ASS, sehingga anak-anak dengan ASS dapat menjalani kehidupan yang lebih sehat dan bekembang secara optimal.
Baca juga : Formula Isolat Protein Soya Penuhi Nutrisi Anak yang Alergi Susu Sapi
Budi lebih lanjut menyarankan para orang tua untuk mengenali sedini mungkin gejala terjadinya kasus anak alergi susu. Dijelaskan bahwa apabila sudah muncul gejala penyakit penyakit alergi susu sapi maka harus segera diperiksa ke fasilitas kesehatan.
“Biasanya yang sering muncul adalah diare sebanyak 53% dan mengalami mules atau kolik sebanyak 27%. Sedangkan gejala yang muncul di kulit yaitu berupa urtikaria atau biduran sebanyak 18%. Tapi yang sering banyak gejalanya adalah dermatix sebanyak 35% dan gejala yang muncul di seluruh nafas berupa asma sebanyak 21% serta rhinitis sebanyak 20%,” ungkapnya.
Mom influencer dan Ibu dengan anak alergi susu sapi, Bunga Lenanta berbagi pengalamannya saat menghadapi dan mengatasi anak dengan alergi susu sapi. Menurutnya, orang tua harus antisipasi berbagai potensi penyakit anak alergi susu sapi, sehingga ia mengajak para orang tua untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan, dan tidak mendiagnosa sendiri alergi pada anak.
“Sebagai seorang ibu dengan anak yang memiliki ASS, tentunya saya ingin anak saya tumbuh dan berkembang dengan optimal sesuai usianya. Ketika muncul gejala-gejala alergi, saya segera berkonsultasi dengan dokter anak. Setelah menjalani beberapa tes, dokter memastikan bahwa anak saya memang alergi susu sapi. Sejak saat itu, kami rutin berkonsultasi dengan dokter, melakukan manajemen diet harian yang tepat, dan memastikan anak saya mendapatkan nutrisi yang cukup dan diperlukan untuk tumbuh kembangnya.”
Lebih lanjut, Bunga Lenanta juga mengajak para orang tua untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan, dan tidak mendiagnosa sendiri alergi pada anak. Menurutnya, alergi makanan adalah masalah serius yang memerlukan perhatian khusus dari profesional.
“Peran orang tua sangat penting karena selain kita wajib penting konsultasi ke dokter, kita juga harus merubah gaya hidup ketika belanja seperti lebih cermat dalam memilih makanan dengan cek label produk apakah mengandung makanan-makanan yang tidak cocok untuk anak kita khususnya susu sapi, dan pastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup. Selain itu harus perbanyak informasi untuk mencari alternatif gizi tambahan protein bagi anak,” jelasnya.
Sementara itu, perwakilan dari Nutricia dan Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin menjelaskan bahwa pihaknya telah berinvestasi dalam riset dan pengembangan dengan berbagai mitra global, termasuk orang tua, praktisi kesehatan, universitas, dan lembaga pemerintah, salah satunya mengenai kasus anak yang alergi susu sapi.
“Sebagai perusahaan yang berfokus pada nutrisi di Indonesia, Nutricia menyadari bahwa alergi susu pada anak menjadi alergen makanan kedua dan paling umum yang dialami oleh anak Indonesia, sehingga penanganannya harus dilakukan secepat dan setepat mungkin untuk menghindari dampak yang terjadi di kemudian hari,” tandasnya. (Dev/Z-7)
Apabila orangtua tidak biasa mengenalkan variasi makanan kepada anak maka anak akan cenderung memilih mengonsumsi makanan tertentu.
Orangtua mestinya sejak dini membiasakan diri untuk memenuhi kebutuhan anak, secara fisik maupun emosi, dengan berkomunikasi di dalam pengasuhan.
Orangtua disarankan melarang anak usia di bawah satu tahun menatap layar gawai serta membatasi waktu layar anak usia satu sampai tiga tahun maksimal satu jam.
Dengan memberikan banyak pilihan aktivitas selama mengisi liburan akan membuat tamu semakin betah tinggal di Midtown Residence Jakarta.
Anak-anak lebih rentan terhadap hipotermia karena tubuh mereka yang lebih kecil kehilangan panas lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Usia remaja itu kan masa-masa ingin tahu yang tinggi. Kalau kita larang, mereka malah akan semakin penasaran dan mencari tahu sendiri.
Anak-anak mungkin membenci sebuah lelucon yang basi, namun lelucon buruk yang sama mungkin menjadi kunci untuk membuat mereka selamanya mencintai Anda
SOSIOLOG dari Universitas Indonesia (UI), Rissalwan Habdy Lubis mengatakan pemerintah harus lebih serius mencegah dan menangani kasus kekerasan seksual pada anak
Sejumlah dampak negatif yang mungkin terjadi pada anak yang masuk Sekolah Dasar (SD) sebelum usia yang tepat.
Mengajarkan kesabaran kepada anak adalah proses yang penting dalam perkembangan emosional dan sosial mereka.
Penggunaan teknologi layar atau screen time oleh anak-anak telah menjadi topik hangat yang memicu berbagai pandangan di kalangan orang tua dan ahli.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved