Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
GURU Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengungkapkan bahwa fenomena gelombang panas tidak akan berdampak signifikan terhadap iklim di Indonesia.
"Nggak lah, terjadi di Indonesia nggak. Kalau pun terjadi paling hanya beberapa hari saja. Jadi tidak akan ada dampak yang signifikan terkait gelombang panas," ujarnya kepada Media Indonesia, Kamis (2/5).
Andreas menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang daratannya dikelilingi lautan. Lantas gelombang panas tidak akan terjadi di Indonesia dan dampaknya pun tidak signifikan. Gelombang panas hanya terjadi di negara-negara daratan seperti Amerika Serikat.
Baca juga : BRIN Sebut Indonesia tidak Alami Fenomena Heat Wave
"Gelombang panas itu biasanya memberi dampak yang signifikan di wilayah-wilayah dataran seperti di Amerika, pokoknya daratan besar seperti benua gitu. Indonesia kan laut semua sehingga itu tidak akan memberi dampak yang signifikan," ucapnya.
Terkait potensi kekeringan, krisis air bersih atau pun kebakaran hutan, kata Andreas, bisa terjadi karena saat ini sudah memasuki musim kemarau. Kekeringan dikhawatirkan akan terjadi sebab ada pergeseran musim tanam. Seharusnya musim tanam dimulai pada bulan April karena masih turun hujan. Namun karena pergeseran tersebut, musim tanam baru dimulai di bulan Mei.
"Ya kalau terkait musim kemarau jelas lah terutama untuk pangan. Karena musim tanam kita kemarin kan sudah mundur sekitar satu bulan. Sehingga puncak panen raya itu bergeser dari Maret ke April dan Mei baru mulai tanam," jelasnya.
Baca juga : Puncak Musim Kemarau Mulai Juli, Gelombang Panas Ekstrem tidak Terjadi
"Para petani untuk tanam kedua di bulan Mei. Padahal Mei kan sudah musim kemarau. Jadi itu masalahnya, ini bisa berdampak pada produksi padi kita di tahun 2024," sambungnya.
Di sisi lain, Andreas menyebut ada prediksi datangnya La Nina. Akan tetapi hal itu baru terjadi pada September nanti sehingga hanya bisa berdampak pada musim tanam berikutnya.
"Pangan ini nanti. Kalau secara masif tidak dilakukan produktivitas bisa turun lagi karena ya mungkin September masuk La Nina ya efeknya paling tahun depan," tandasnya. (Van/Z-7)
PETANI padi yang beralih ke semangka untuk mewaspadai fenomena El Nino dan menghindari musim kekeringan di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, kini riang gembira.
Kemitraan antara pemerintah, perusahaan dan petani dinilai seperti gayung bersambut karena adanya bantuan bagi kebutuhan petani.
PUPUK bersubsidi di kabupaten Sragen, Jawa Tengah terus memunculkan permasalahan pada musim tanam (MT) II yang saat ini sedang digelar di lahan sawah seluas 39 ribu hektar.
Pengaruh El-Nino membuat masa panen di Kabupaten Kuningan yang seharusnya dilakukan Maret mundur sebulan.
Lahan sawah hendak yang ditanami palawija di kawasan Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, terancam gagal tanam karena banjir.
Tim Indonesia berusaha mengantisipasi cuaca ekstrem selama berlangsungnya Olimpiade Paris 2024 dengan memasang Air Conditioner atau AC di kamar Olympic Village
Gelombang panas melanda Paris saat penyelenggaraan Olimpiade 2024 berlangsung. Atlet-atlet yang berlaga bahkan ada yang mengenakan rompi es.
Gelombang panas dengan suhu mencapai 35 derajat Celsius atau lebih telah tiba di Jepang, meningkatkan konsumsi pada beberapa produk seperti semangka, es krim, dan minuman.
Sebanyak 9.105 orang dilarikan ke rumah sakit karena sengatan panas di Jepang melonjak empat kali lipat selama minggu terakhir
DATA dari layanan iklim Eropa Copernicus menyebut bahwa suhu global berada dalam rekor tertinggi pada Juni selama 13 bulan berturut-turut.
GELOMBANG panas yang tak henti-hentinya melanda India utara telah menewaskan sedikitnya 52 orang di New Delhi. Times of India melaporkan hal itu pada Kamis, 20 Juni 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved