Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DOKTER spesialis Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI) Danti Filiadini menjelaskan perbedaan baby blues dengan depresi post partum atau depresi pascamelahirkan, yang bisa dilihat dari lamanya durasi kesedihan yang dialami.
"Kalau baby blues itu kurang dari dua minggu jadi sifatnya lebih sementara, sedangkan depresi post partum durasinya harus lebih dari dua minggu jadi kesedihan dan suasana hati yang depresi itu menetap nggak mudah mereda," ucap Danti, dikutip Selasa (2/1).
Danti mengatakan depresi post partum sering kali tidak terdiagnosis karena ibu yang baru melahirkan ada kecenderungan untuk menutupi gejala yang dialami karena khawatir terlihat lemah dan tidak mensyukuri memiliki keturunan.
Baca juga: Ingin Bahagia? Pastikan Waktu Tidur Mencukupi
Selain itu, ibu baru juga khawatir akan komentar orang-orang sekitarnya yang membandingkan anaknya dengan yang lain serta mengkritik keadaannya setelah melahirkan.
Padahal, setelah melahirkan, hormon-hormon dalam tubuh ibu sedang tidak stabil dan rentan mengalami depresi jika memendam perasaan tersebut hingga akhirnya dapat berdampak negatif tidak hanya pada diri sendiri namun juga bisa pada anak dan orang sekitarnya.
"Kalau depresi juga motivasi untuk beraktivitas jadi turun, emosinya meledak-ledak dan sulit dikendalikan, akhirnya dia nggak fokus untuk mengurus anaknya, tidak bisa memberikan ASI, tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari bahkan perawatan dirinya kurang otomatis kesehatan anaknya bisa terdampak," tambah Danti.
Baca juga: Antisipasi Caleg Depresi, Rumah Sakit Daerah di Jateng Buka Poli Jiwa
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengatakan mulainya kejadian pada depresi post partum juga terbilang tidak tiba-tiba, depresi bisa terjadi mulai dari satu bulan setelah persalinan hingga satu tahun pertama.
Sementara baby blues munculnya langsung yakni sekitar dua sampai tiga hari setelah persalinan.
Gejalanya sendiri pada depresi post partum adalah hilangnya minat pada kegiatan sehari-hari, gangguan tidur atau terlalu banyak tidur, gerakan yang lebih lambat atau lebih gelisah, lesu sepanjang hari, gangguan konsentrasi dan adanya pikiran untuk mengakhiri hidup berulang kali.
"Kalau ada minimal lima gejala dalam dua minggu serta ada distress dan disfungsi dalam sehari-hari itu bisa dibilang mengalami depresi," ucap Danti.
Danti juga menjelaskan stress dan depresi yang dialami orang biasa dan ibu melahirkan juga terdapat perbedaan. Umumnya pada masa persalinan waktu kejadiannya dimulai dari selama kehamilan dan sudah bisa ada tanda gejalanya 4 Minggu dari persalinan dan bertahan enam sampai delapan minggu atau bisa bertahun-tahun jika tidak dapat penanganan yang sesuai.
Sementara itu, prevalensi ibu yang mengalami depresi post partum juga lebih sedikit karena kondisinya yang lebih berat dan penanganan yang menyeluruh dibandingkan dengan baby blues yang bersifat sementara dengan gejala yang lebih ringan dan tidak berpotensi menyakiti diri.
"Angka kejadian depresi post partum ini satu dari tujuh perempuan dapat mengalami depresi post partum dan dari data WHO sebesar 50% sampai 70% Ibu pascamelahirkan di Indonesia mengalami baby blues, sementara sebesar 22,3% itu mengalami depresi postpartum," jelas Danti.
Untuk mengetahui kondisi orang terdekat apakah mengarah pada depresi postpartum bisa melakukan skrining secara online melalui Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS).
Ia berharap ibu yang baru melahirkan atau keluarga tidak melakukan diagnosis mandiri, dan tetap melakukan konsultasi dengan tenaga profesional dan jangan ragu untuk bercerita. (Ant/Z-1)
ORANG dengan gangguan kepribadian narsisistik dapat mengalami komplikasi berupa gangguan kejiwaan, seperti depresi. Hal itu diungkap oleh dokter spesialis kesehatan jiwa
DIREKTUR Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Maria Endang Sumiwi mengatakan layanan kesehatan jiwa di Indonesia saat ini sudah bisa diakses di berbagai fasilitas kesehatan
Buat tulisan tentang hal-hal yang kita syukuri, hal yang sederhana saja pun perlu kita syukuri. Ketika itu dilakukan secara rutin, itu bisa membantu kita menyirnakan rasa tidak bahagia.
PB IDI mengusulkan 3 rekomendasi untuk mencegah gejala depresi pada peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) sehingga pelayanan kesehatan tetap berjalan.
IAKMI menilai metode skrining kesehatan jiwa pada 12.121 peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) oleh Kementerian Kesehatan perlu ditinjau ulang.
PKJN RSMM akan dijadikan sebagai 10th Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) Hub, yakni inisiatif layanan biomedis berbasis genom terintegrasi.
Ibu yang mengalami baby blues diminta berusaha mengungkapkan emosi yang dirasakan kepada pasangan maupun orang-orang terdekat agar bisa segera mengatasi masalah tersebut.
Ibu yang mengalami baby blues bisa mengalami perubahan emosi seperti menjadi mudah marah, gampang menangis, mudah cemas, dan cepat kelelahan.
Baby blues merupakan sebuah kondisi mental yang umum terjadi pada hampir 80% perempuan yang baru saja melahirkan.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian depresi pascamelahirkan sebesar 25,4%.
Seorang ibu yang baru mengalami perubahan proses itu, secara mental atau psikisnya mengalami beban yang bisa mengganggu orang di lingkungan, termasuk anaknya.
Kerja sama PKJN RS Marzoeki Mahdi (PKJN RSMM) dengan King’s College London ini diharapkan bisa menjadi tempat bertukar ilmu, bertukar pengalaman dalam penanganan kesehatan mental.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved