Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Setiap pergantian tahun atau malam tahun baru, langit malam selalu diwarnai atraksi kembang api yang memukau, memberikan sebuah tontonan indah dan mempesona bagi masyarakat di seluruh dunia. Namun, di balik keindahan sinar warna-warni itu, ternyata tersembunyi ancaman serius bagi lingkungan.
Waktunya bagi kita menghadapi kenyataan pahit yang menyertai keindahan sementara ini, serta merenungkan kembali penggunaannya dalam merayakan momen-momen spesial.
Kembang api, selain menawarkan pertunjukan visual yang menakjubkan, juga mengeluarkan sejumlah besar polutan yang merugikan kualitas udara. Senyawa seperti sulfur dioksida, logam berat, dan partikel mikroskopis dapat dilepaskan ke atmosfer, menciptakan risiko kesehatan yang serius bagi manusia dan hewan. Udara yang tercemar ini tidak hanya berdampak pada manusia yang merayakan, tetapi juga pada lingkungan sekitar yang tak bersuara.
Tidak hanya itu, debu kimia yang jatuh ke tanah atau air dapat mencemari ekosistem lokal. Perairan yang terkena dampak dapat mengalami pencemaran air yang serius, merugikan kehidupan ikan dan organisme air lainnya.
Baca juga: Masyarakat Diimbau Pakai Transportasi Publik saat Rayakan Malam Tahun Baru
Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan dampak kembang api terhadap satwa liar. Hewan-hewan, terutama burung dan mamalia kecil, dapat terkejut dan stres akibat suara keras dan kilatan cahaya yang tiba-tiba. Pada beberapa kasus, hewan-hewan ini bahkan dapat meninggalkan habitat alaminya untuk menghindari gangguan yang terus-menerus.
Berdasarkan laporan yang dikutip dari Forbes, sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 mengevaluasi dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh polusi akibat kembang api. Temuan dari penelitian ini menghadirkan gambaran yang mengkhawatirkan, di mana risiko kematian kardiovaskular meningkat secara signifikan selama periode tertentu.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa risiko relatif kematian akibat penyakit kardiovaskular meningkat drastis hingga mencapai 125,11%. Lebih lanjut, risiko relatif morbiditas kardiovaskular juga menunjukkan peningkatan mencolok sebesar 175,16% selama hari musim dingin biasa. Temuan ini mencerminkan dampak serius dari paparan polutan yang dihasilkan oleh kembang api terhadap kesehatan manusia, khususnya pada sistem kardiovaskular.
Baca juga: Malam Tahun Baru di Jakarta, Akan Ada 11 Panggung Hiburan di Lokasi Ini
Selain itu, konsekuensi kesehatan yang timbul dari pertunjukan kembang api turut tercermin dalam lonjakan penerimaan rumah sakit. Data menunjukkan bahwa rumah sakit melaporkan peningkatan signifikan dalam jumlah pasien yang datang dengan kasus asma dan masalah pernapasan lainnya pada hari setelah pertunjukan kembang api. Hal ini menandakan bahwa paparan asap dan partikel berbahaya selama pertunjukan dapat secara langsung memengaruhi kesehatan saluran pernapasan masyarakat, terutama individu yang rentan terhadap masalah pernapasan.
Maka dari itu, pertanyaan etis muncul tentang sejauh mana kita berhak mengorbankan keberlanjutan lingkungan demi momen kilau dan gemerlap yang singkat. Mungkin saatnya bagi kita untuk mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam merayakan kegembiraan kita, seperti pertunjukan laser atau proyeksi cahaya yang tidak meninggalkan dampak negatif yang bersifat permanen.
Seiring kita memasuki era kepedulian lingkungan, penting bagi kita untuk mempertimbangkan keputusan kita dalam merayakan momen-momen istimewa. Kembang api yang begitu diidamkan sebagai simbol kebahagiaan dan kegembiraan, rupanya menyimpan kisah yang lebih kompleks dan serius. Apakah kita bersedia membuat perubahan untuk melindungi planet ini sambil tetap merayakan keindahan? Itulah pertanyaan yang harus kita jawab saat kita menatap langit malam yang penuh dengan warna dan kilau kembang api di malam tahun baru nanti. (Z-11)
KEBAKARAN hebat melanda kawasan Blok A Pasar Raya Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (7/5) sekitar pukul 13.44 WIB. Kobaran api masih melahap sejumlah bangunan.
POLRES Metro Jakarta Pusat kembali mengamankan remaja yng melakukan konvoi dan menyalakan petasan dengan dalih bagi-bagi takjil pada Kamis (4/4) kemarin.
POLISI berhasil mengamankan sekelompok remaja yang berkonvoi dengan kendaraan motor sambil membawa bendera dan menyalakan petasan, hingga terlibat bentrok dengan warga.
DUA orang warga Desa Palang Besi Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, hangus terbakar usai terkena ledakan petasan.
Patroli subuh dalam rangka pencegahan kriminalitas dan penyakit masyarakat digencarkan Polres Klaten di bulan Ramadan 1445 Hijriah.
SALAH satu korban ledakan petasan di Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Slamet, merupakan ketua RT 07 di dusun itu.
Tahun baru Islam diharapkan dapat meningkatkan opmisme umat
TAHUN Baru umat Islam dimulai pada bulan Muharam. Ada sejumlah keutamaan atau kemuliaan di bulan ini. Bulan ini setelah Zulhijah dan sebelum Safar.
ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Serian Wijatno mengajak umat Islam menjadikan tahun baru 1446 H sebagai momentum membawa kemajuan lebih baik untuk Indonesia
Pada tahun ini, awal Muharam berbeda antara Muhammadiyah dengan NU. Bagaimana bacaan doa akhir tahun dan awal tahun yang diajarkan para ulama?
Mama Wihelmia Wakum yang merupakan pedagang anyaman ketupat di Pasar Youtefa, meraup keuntungan ketika berjualan ketupat memanfaatkan momen Idul Fitri.
Angpao adalah tradisi pemberian amplop merah berisi uang yang diberikan kepada anak-anak, anggota keluarga, atau teman-teman selama perayaan tahun baru Imlek.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved