Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KAWASAN Jakarta dan sekitarnya, Senin (9/10), mengalami fenomena langka yang disebut sebagai Hari Tanpa Bayangan tahun 2023, atau Kulminasi Utama Matahari. Hal ini akan menjadi peristiwa langka kedua dalam tahun ini di Jakarta, yang sebelumnya terjadi pada 5 Maret 2023.
Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Hari Tanpa Bayangan pada 2023 di DKI Jakarta terjadi pukul 11.40 WIB. Fenomena ini terjadi karena posisi Matahari dan Bumi selalu berubah sepanjang tahun akibat perbedaan antara bidang ekuator (atau bidang rotasi Bumi) dan bidang ekliptika (atau bidang revolusi Bumi). Posisi Matahari yang berubah ini menciptakan apa yang dikenal sebagai gerak semu harian Matahari.
Tahun ini, Matahari tepat berada di khatulistiwa pada 21 Maret 2023, pukul 04.24 WIB, dan pada 23 September 2023, pukul 13.50 WIB. Selain itu, pada tanggal 21 Juni 2023, pukul 21.57 WIB, Matahari berada di titik balik Utara, dan pada tanggal 22 Desember 2023, pukul 10.27 WIB, Matahari berada di titik balik Selatan.
Baca juga: Ini Tips Menjaga Kebugaran Tubuh Saat Cuaca Panas
Indonesia berada dalam posisi yang dekat dengan ekuator, sehingga fenomena Kulminasi Utama terjadi dua kali dalam satu tahun. Di mana waktunya tidak jauh dari saat Matahari berada di khatulistiwa. BMKG menjelaskan hari tanpa bayangan adalah fenomena alam yang terjadi karena peristiwa kulminasi atau transit atau istiwa, yaitu saat Matahari berada di posisi tertinggi di langit.
Pada saat posisi deklinasi Matahari sama dengan posisi pengamat di lintang Bumi, fenomena Kulminasi Utama terjadi, yaitu Matahari tepat berada di atas kepala pengamat. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang" sekitar 30 detik sebelum dan setelah waktu puncak di masing-masing wilayah, karena bayangan tersebut bertumpuk dengan benda itu sendiri. Inilah mengapa Hari Kulminasi Utama juga dikenal sebagai Hari Tanpa Bayangan.
Baca juga: Ini Tips Melindungi Kulit di Tengah Cuaca Panas Terik
Pada hari tanpa bayangan, sinar Matahari terasa lebih terik dan panas karena posisi yang tegak lurus membuat wilayah pancaran sinar lebih sempit sehingga lebih terkonsentrasi. Jadi, selama fenomena ini, penting untuk tetap terhidrasi dan menjaga diri dari panas yang meningkat. Apakah Anda merasakan fenomena Hari Tanpa Bayangan kali ini? (Z-3)
Pindah ke Pulau Jawa, di wilayah Yogyakarta diprakirakan akan berawan. Sedangkan untuk wilayah Serang, Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya berpotensi hujan ringan.
STASIUN Meteorologi Maritim Belawan, Sumatra Utara (Sumut), menyebutkan gelombang setinggi 2,0 meter hingga 2,5 meter diprakirakan berpeluang terjadi perairan Sumatra.
Suhu udara umumnya berkisar antara 16 hingga 35 derajat Celcius dan kelembaban berkisar antara 47% hingga 99%.
Dalam tiga hari ke depan, mulai Rabu (31/7), tinggi gelombang laut terutama di perairan selatan Bali berpotensi mencapai 3 meter.
Pengamatan cuaca pukul 05.30 WIB melihat adanya perubahan cuaca Rabu (31/7) ini, yakni potensi hujan ringan hingga sedang terjadi di sebagian besar daerah daerah di kawasan pegunungan
BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved