Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PAKAR Obstetri dan Ginekologi dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Beeleonie mengatakan berhubungan intim yang dipaksakan bisa mempengaruhi kualitas sperma sehingga kegiatan tersebut tidak disarankan bagi para pasangan.
"Frekuensi berhubungan yang disarankan itu setiap dua hingga tiga hari sekali. Berhubungan itu jangan dipaksa, misalkan banyak perempuan merasa waktu subur harus berhubungan padahal hal demikian bisa pengaruhi kualitas sperma," ujar Beeleonie, Sabtu (7/10).
Beeleonie merujuk sebuah studi menuturkan kualitas sperma seorang pria bisa sangat berbeda bila dia diminta mengeluarkannya dalam kondisi rileks dan suasana menyenangkan ketimbang dalam situasi lain.
"Ternyata kualitas sperma dari pria yang sama itu bisa berbeda. Jadi, sebenarnya tidak baik memaksa berhubungan di waktu yang kita pikir adalah masa subur," tutur dia.
Dia lalu membahas mengenai posisi saat berhubungan intim yang ternyata tidak menentukan peluang pembuahan, melainkan hanya sensasi yang ingin dicapai pasangan suami istri.
Menurut Beeleonie, asalkan sperma dalam kualitas baik mampu mencapai sel telur, maka ada kemungkinan terjadi kehamilan.
"Enggak perlu miring kiri miring kanan, nungging depan belakang, itu sama sekali enggak berpengaruh," kata dokter spesialis lulusan Universitas Indonesia itu.
Sebelumnya, terkait kehamilan, Kementerian Kesehatan mengingatkan pasangan suami istri tentang pentingnya perencanaan, salah satunya agar perempuan dapat menjalani kehamilan dan persalinan aman, sehingga ibu sehat, dan melahirkan bayi sehat dan dapat tumbuh berkembang menjadi anak yang berkualitas.
Perencanaan kehamilan juga bermanfaat untuk mendeteksi risiko atau masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu dan janin sedini mungkin.
Menurut Kementerian Kesehatan, beberapa hal harus diperhatikan sebelum merencanakan kehamilan, seperti kesehatan fisik dan mental dalam kondisi layak untuk hamil seperti usia (20-35 tahun), jarak kehamilan 2 tahun, jumlah anak kurang dari 3, serta tanpa penyakit penyerta.
Selain itu, status gizi baik serta kesiapan mental menjadi orangtua yang bertanggung jawab agar keluarga terhindar dari tindak kekerasan dalam rumah tangga juga hal penting yang perlu diperhatikan oleh pasangan sebelum memiliki anak.
Pasangan juga harus mudah mencapai dan mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, kesiapan keuangan (terpenuhinya kebutuhan dasar, memiliki jaminan kesehatan, dan kebutuhan transportasi ke fasilitas pelayanan kesehatan) serta dukungan suami, keluarga dan lingkungan masyarakat. (Ant/Z-1)
Hasil penelitian dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menemukan bahwa hubungan seksual yang baik ialah setiap empat malam sekali.
Gejala yang paling sering dirasakan adalah nyeri, keputihan dengan berbagai jenis seperti warnanya menjadi kuning, hijau berbau, atau konsistensi dari keputihannya serta lebih padat.
Setelah memiliki anak, hubungan dengan suaminya berubah dari yang penuh gairah menjadi lebih seperti kemitraan yang solid.
Perceraian dapat menjadi pengalaman yang penuh dengan rasa kehilangan dan duka, tetapi kesempatan membangun hubungan yang baru dengan mantan pasangan.
Pasangan muda di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat (Jabar), terekam layar monitor CCTV
Delapan dari 10 pria enggan menggunakan kondom dengan alasan ketidaknyamanan dan mengurangi kenikmatan sebagai alasan utama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved