Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KALI ini kita membahas tafsir Al-Qur'an terkait akidah yang terdapat pada penggalan Surat Asy-Syura ayat 11. Potongan ayat ini ditetapkan para ulama sebagai yang paling jelas di dalam Al-Qur'an tentang kesucian Allah dari menyerupai makhluk-Nya secara total.
Bagaimana tafsir dari sepotong ayat 11 dari Surat Asy-Syura itu? Berikut penjelasannya sebagaimana disampaikan Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri.
Laysa kamitslihi syai un wa huwas samii'ul bashiir.
Baca juga: Tafsir Al-Maidah Ayat 44 tentang Orang Berhukum selain dari Allah
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah (baik dari satu segi maupun semua segi), dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Potongan ayat itu akan menjadi fokus pembahasan terkait akidah kali ini. Namun, kami sertakan ayat itu secara lengkap.
فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا وَمِنَ ٱلْأَنْعَٰمِ أَزْوَٰجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Lafaz syai un (شىء) dalam ayat di atas berbentuk nakirah dan berada dalam struktur kalimat nafi (negatif). "Dalam ilmu balaghah berfaidah syumul (menyeluruh), tanpa ada pengecualian," ujar Asyari.
Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 23 Umat yang Satu hingga Nabi Idris
Karena itu, شيء dalam ayat ini berarti segala sesuatu selain Allah (alam/makhluk), tanpa ada pengecualian. Segala sesuatu selain Allah yaitu alam secara umum terklasifikasi menjadi dua bagian, yaitu benda (jauhar) dan sifat benda ('aradl).
Benda ada dua macam, yaitu:
1. Jauhar al-fard, yaitu benda yang tidak bisa dibagi-bagi, karena telah mencapai batas terkecil.
Baca juga: Bahagia Nabi Muhammad Lahir, Abu Lahab Dapat Keringanan Siksa
2. Jisim, yaitu benda yang tersusun dari dua jauhar al-fard atau lebih atau benda yang memiliki panjang, lebar, dan kedalaman.
Selanjutnya jisim ada dua macam, yaitu:
1. Jisim katsif, yaitu jisim yang bisa disentuh dengan tangan, seperti manusia, batu, pohon, dan semisalnya.
Baca juga: Ini 99 Asmaul Husna sebagai Wirid dan Doa serta Lantunannya
2. Jisim lathif, yaitu jisim yang tidak bisa disentuh dengan tangan, seperti udara, cahaya, kegelapan, dan semacamnya.
Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya. Berikut maknanya.
1. Allah bukan benda (jawhar) dan tidak disifati dengan sifat benda ('aradl).
Baca juga: Mengenal 20 Sifat Wajib Allah serta Arti, Dalil, dan Lagunya
2. Allah bukan jawhar al-fardl dan bukan jisim.
3. Allah bukan jisim katsif dan bukan jisim lathif.
4. Allah tidak disifati dengan sifat benda seperti berubah, berada pada arah dan tempat, memiliki bentuk dan ukuran, memiliki warna, dan sifat benda lain.
Baca juga: Asmaul Husna Allah Al-Muhshi Menghitung Makhluk dengan Detail
Telah ditegaskan sebelumnya bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk. Karenanya inilah makna Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.
1. Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran makhluk.
2. Allah mendengar segala sesuatu tanpa membutuhkan telinga atau piranti lain. Ini berbeda dengan pendengaran makhluk yang membutuhkan pada piranti-piranti tersebut dan terbatas.
3. Pengelihatan Allah tidak sama dengan penglihatan makhluk.
4. Allah melihat segala sesuatu tanpa membutuhkan mata, cahaya, dan piranti lain. Ini berbeda dengan penglihatan kita yang membutuhkan pada piranti-piranti tersebut dan terbatas.
Begitulah makna ayat 11 dari Surat Asy-Syura bahwa tidak ada sesuatu pun serupa dengan Allah atau Allah tidak menyerupai makhluk dalam satu segi maupun semua segi. Ini berarti Allah tidak dapat dicapai pikiran, khayalan, maupun gambaran manusia. Wallahu a'lam. (Z-2)
Bagaimana asbabun nuzul Surat Al-A'la, apa saja kandungan dan keutamaannya, serta teks sekaligus terjemahannya? Berikut uraiannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Surat Al-Buruj diturunkan setelah Surat Asy-Syams di Mekah sehingga tergolong Surat Makiyah. Ia diberi nama Al-Buruj, karena merujuk pada lafaz yang terdapat pada ayat pertama dari surat ini.
Al-Insyiqaq berarti terbelah/terbagi yang diambil dari ujung ayat pertama. Surat yang terdiri atas 25 ayat ini termasuk Surat Makiyah dan diturunkan sesudah Surat Al-Infithar.
AL-MUTHAFFIFIN merupakan surat ke-83 dalam juz 30 atau juz amma yang terakhir dalam Al-Qur'an. Surat ini terdiri atas 36 ayat dan termasuk dalam golongan Surat Makiyyah.
AL-INFITHAR berada di urutan surat nomor 82 pada kitab suci Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 19 ayat dan termasuk dalam juz ke-30 atau juz amma.
Salah satu surat dalam Juz 30 Al-Qur'an ialah At-Takwir. Artinya ialah menggulung. Surat yang terdiri atas 29 ayat ini termasuk dalam golongan surat Makiyah atau turun di Mekah.
Suryan meneliti fenomenologi dari sebuah rumah tahfiz di Yayasan Al-Qur’an Lima Benua.
Siapa sangka, ternyata RA Kartini haus dengan ilmu agama Islam, khususnya tentang tafsir Al-Qur'an. Kartini merupakan salah satu murid Kiai Sholeh Darat yang terkenal.
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya.
Bagaimana penjelasan tentang Baitullah yang terdapat di Surat Al-Baqarah ayat 125? Berikut tafsir Al-Qur'an surat tersebut oleh Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur.
Meski Al-Fatihah surat yang pendek nan ringkas, akan tetapi mencakup makna Al-Qur'an yang agung dan tujuan dasarnya secara global. Apa saja kandungan dalam surat Al-Fatihah?
Disampaikan bahwa umat manusia masih satu agama sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Idris AS. Kondisi umat yang satu itu diterangkan dalam tafsir Surat Al-Baqarah ayat 213.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved