Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SEJALAN dengan tema Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) Tahun 2023 “Terus Melaju untuk Indonesia Maju”, Universitas Indonesia (UI) terus melakukan berbagai upaya demi kemajuan negeri.
Beragam inovasi dilahirkan oleh sivitas akademika UI sebagai wujud kontribusi bagi masyarakat. Baru-baru ini, UI melalui Fakultas Kedokteran melahirkan dua inovasi baru, yaitu Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp dan Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler.
Penciptaan kedua alat tersebut dilatarbelakangi adanya trauma yang merupakan penyebab tertinggi ketiga kematian pada semua kelompok umur di dunia.
Baca juga: FKUI dan Tim Truncate Upayakan Pengobatan TB Dua Bulan
Fraktur pelvis merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi akibat trauma dan merupakan cedera orthopaedi yang paling sering merenggut nyawa dengan angka kematian setinggi 6–35%.
Untuk mencegah kejadian kematian pada pasien fraktur tulang pelvis dan tulang panjang di tungkai, dokter orthopaedi perlu mengoreksi kelainan bentuk tulang pasien dengan menggunakan alat bantu fiksasi.
Sayangnya, alat dengan modifikasi model C-Clamp invensi Ganz yang selama ini umum digunakan memiliki keterbatasan, antara lain pemasangan tidak praktis, ukuran tidak bisa diatur sehingga sulit digunakan pada pasien dengan lingkar perut besar, serta memiliki harga yang sangat mahal.
Pemasangannya cepat dan manual
Melihat kondisi ini, Guru Besar Orthopaedi dan Traumatologi FKUI–Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT(K) beserta tim bekerja sama dengan PT Eka Ormed Indonesia memproduksi Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp dan Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Gangguan Saluran Kemih Turunkan Kualitas Hidup
Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp diciptakan digunakan untuk fiksasi patah tulang pelvis bagian posterior yang sering menimbulkan kematian akibat kehilangan banyak darah, dengan pemberian fiksasi dari dua buah paku kanan dan kiri di daerah tulang pelvis.
Keunggulan produk ini adalah pemasangannya yang cepat dan manual atau tanpa membutuhkan alat bantu khusus.
Selain itu, alat ini bersifat fleksibel karena ketinggian dan lebarnya dapat diatur sesuai bentuk atau ukuran badan pasien, serta memiliki harga yang terjangkau.
Ide pemecahan masalah ini menggunakan beberapa konsep di mekanika struktur dan pengembangan konsep produk dari produk referensi dan produk yang ada. Pengembangannya disesuaikan dengan kemampuan manufaktur yang tersedia.
Baca juga: UI Dorong Penyempurnaan Sistem Kesehatan Nasional RI
Artinya, bahan dan alat dari dalam negeri dan proses pembuatannya pun dilakukan di dalam negeri.
Bahan untuk alat ini menggunakan stainless steel 304 dan aluminium untuk meminimalisasi efek karat akibat cairan kimia dan tubuh. Komponen penyusunnya terdiri atas rod, nut, holder clamp, dan shanz screw.
Alat Fiksasi Telah Digunakan di Sejumlah Daerah
Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp telah digunakan di beberapa daerah dan terbukti efektif. Beberapa daerah yang telah menggunakan alat ini, yaitu Jakarta, Pekalongan, Semarang, Surabaya, Malang, dan Klaten.
Sejak memperoleh paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI tahun 2011, alat ini terus dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Mengatasi kelemahan alat fiksasi eksterna periartikuler terdahulu
Sementara itu, Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler merupakan alat bantu fiksasi yang digunakan untuk masalah patah tulang kompleks di tulang panjang dekat sendi dan rekonstruksi tulang panjang yang mengalami kelainan.
Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah tingginya kasus neglected fracture (patah tulang yang tidak ditangani atau mendapat penanganan yang tidak sesuai) yang dapat berujung pada kecacatan.
Hal ini terkait dengan tingkat pengetahuan yang rendah dan perawatan di dukun patah tulang.
Alat fiksasi ini dapat digunakan untuk kasus infeksi lutut yang diindikasikan. Invensi Fiksasi Eksterna Periartikuler ini juga dapat mengatasi kelemahan-kelemahan beberapa alat fiksasi eksterna periartikuler yang telah ada sebelumnya.
Alat ini mampu memfiksasi pada fraktur di dekat sendi (keterbatasan alat sebelumnya) dan dapat memberikan stabilitas yang lebih baik pada fraktur yang sangat kompleks.
Baca juga: Gaya Hidup dan Farmakoterapi Efektif Turunkan Risiko Prediabetes dan Diabetes
Selain itu, alat ini baik digunakan untuk terapi kasus fraktur terbuka yang kompleks, neglected fracture yang butuh rekonstruksi, serta pada tulang yang mengalami pemendekan atau pergeseran berat.
Pada kasus lutut yang terinfeksi, alat ini dapat digunakan sebagai alat arthrodesis (fusi sendi) agar lutut pasien tidak nyeri dan infeksi hilang.
Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler terdiri atas poros yang akan berfungsi sebagai chasis dan 2 jenis pemegang paku yang akan ditanam di tulang.
Jenis pemegang paku 1 secara berjajar dapat dipakai pada saat luas permukaan tulang cukup lebar untuk menanam paku dengan kondisi yang lebih stabil. Jenis pemegang paku 2 dapat digunakan pada luas permukaan tulang yang sedikit.
Baca juga: Radjak Group dan FKUI Beri Apresiasi Peneliti Bidang Kesehatan
Alat tersebut terbuat dari stainless stell 304 (poros dan pemegang paku) serta alumunium (untuk poros dan pemegang yang lebih besar). Bahan ini dipilih karena mampu meminimalisasi efek karat akibat paparan cairan kimia dan tubuh.
Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler mendapat sertifikat paten sejak 2013 dan telah didistribusikan kepada pasien di beberapa kota, antara lain Jakarta, Medan, Sampang, Pekalongan, Klaten, dan Solo.
Kedua alat ini sejatinya merupakan salah satu bentuk dari transformasi kesehatan pilar ketiga, yaitu transformasi sistem ketahanan kesehatan. Inovasi ini diharapkan dapat mendorong UI untuk terus menghasilkan karya-karya baru, tidak hanya di bidang kesehatan, tetapi juga bidang sosial-humaniora dan sains-teknologi. (RO/S-4)
50% pasien kanker prostat di Indonesia baru melakukan deteksi ketika kondisi penyakitnya telah berada pada stadium lanjut.
Pada dasarnya, terlalu banyak mengonsumsi garam dapat memicu darah tinggi atau hipertensi, sementara hipertensi merupakan pemicu utama penyakit ginjal kronis.
Walapun sudah ada InPres No. 67 tahun 2021 untuk TB, tetapi target eliminasi tuberkulosis di 2030 masih merupakan tantangan amat besar.
Apabila seseorang memiliki gaya hidup sedenter, organ-organ di dalam tubuh harus bekerja lebih keras untuk melakukan metabolisme, tidak terkecuali pankreas.
Diare merupakan satu dari sejumlah penyakit yang sering muncul saat musim hujan, seperti demam berdarah dengue, influenza, dan leptospirosis.
Penularan leptospirosis paling sering terjadi melalui kencing tikus yang terbawa air banjir.
LLumar Pinnacle memiliki kemampuan tolak panas yang superior dengan kemampuan Infra-Red Rejection (IRR) hingga 90%.
Dengan filosofi The Perfect Jinba-Ittai, Mazda CX-60 Pro menyajikan kesatuan antara pengemudi dan kendaraan.
Kendaraan terbaru ini dihadirkan sebagai ikon SUV berkapasitas 7 penumpang
Produk ini merupakan wireless router, untuk memberikan pengalaman internet rumah yang mudah, kuota besar dan hemat.
Hadirnya Bus Mercedes-Benz Euro 4 dan Euro 5 ini melengkapi daftar unit kendaraan niaga Mercedes-Benz rendah emisi yang sudah hadir sebelumnya.
The All New CLE 300 4MATIC Coupé AMG Line diperkenalkan pertama kalinya untuk umum pada acara BCA Expoversary yang diadakan di ICE BSD pada 29 Februari hingga 3 Maret 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved