Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Kemenkes dan BPOM Diharapkan Buka Fakta Terkait Obat Sirop Penyebab Gangguan Ginjal Akut

M. Iqbal Al Machmudi
02/11/2022 13:15
Kemenkes dan BPOM Diharapkan Buka Fakta Terkait Obat Sirop Penyebab Gangguan Ginjal Akut
Ilustrasi(Lampost.co)

Kementerian Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) diharapkan bisa membuka fakta seluas-luasnya obat apa saja yang dikonsumsi pasien anak yang mengalami Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal pada Anak (GGAPA). Per 31 Oktober 2022 kasus GGAPA mencapai 304 kasus, sebanyak 159 kasus meninggal dunia, 46 pasien masih dirawat, dan 99 anak sembuh.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan ada beberapa obat sirop yang mengandung Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).

"Kalau memang semua atau sebagian amat besar pasien maka kita memang memakan obat yang resmi diumumkan tercemar itu maka kita dapat dengan lebih yakin menyebut bahwa lima obat atau lebih, inilah yang menjadi penyebab masalah sekarang ini," kata prof Tjandra dalam keterangannya, Rabu (2/11).

Tetapi, lanjut Prof Tjandra, jika anak-anak yang ternyata tetap jatuh sakit bahkan meninggal, dan ternyata mereka tidak meminum obat sirop yang dilarang, maka masalahnya tentu jadi makin kompleks.

Sehingga perlu diketahui obat sirop apa saja yang dikonsumsi oleh anak yang mengalami GGAPA.

"Kita jadi perlu tahu secara amat rinci tentang obat apa saja yang diminum oleh masing-masing dari 304 anak ini. Lalu tentu perlu dicek satu persatu obat-obat yang sudah diminum para pasien anak itu selama ini, apakah memang aman, atau ada yang kadar EG dan DEG melebihi batas aman juga," ujarnya.

Analisa yang juga perlu dilakukan adalah menilai apakah ada faktor lain di luar obat yang mungkin jadi penyebab, baik itu infeksi, faktor lingkungan, atau kebiasaan tertentu dan lainnya.

Untuk analisa ini maka tentu perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) yang ketat pada setiap dari 304 anak itu, termasuk bagaimana keadaan di rumahnya, tempat bermain, atau di sekolahnya.

"Akan baik kalau dikeluarkan analisa dalam bentuk semacam tabel lengkap dari 304 kasus ini. Masing-masing dituliskan informasi demografinya, informasi perjalanan penyakitnya, lalu obat-obat apa saja yang dikonsumsi sebelum sakit pada setiap anak itu dan juga berbagai faktor lain yang mungkin mempengaruhi terjadinya penyakit," pungkasnya. (OL-12)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya