Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Wisata Alam Punya Andil Besar untuk Capai Target Penurunan Emisi Karbon

Atalya Puspa
02/9/2022 12:43
Wisata Alam Punya Andil Besar untuk Capai Target Penurunan Emisi Karbon
Dusun bambu.(Antara/Raisan)

Wisata alam memiliki kontribusi yang besar untuk mencapai target pengurangan emisi karbon di Indonesia. Pasalnya, kawasan wisata alam sebagian besar berada di wilayah konservasi yang seluas 27,14 juta hektare atau 21% dari kawasan hutan Indonesia.

"Manfaat wisata alam tidak hanya konservasi, tapi dengan menjaga konservasi alam yang begitu kuat dan semakin bagus akan menyadi penyerapan emisi gas karbondioksida. Dengan penyerapan emisi itu ada keuntungan lain yang kita manfaatkan ke depan," kata Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2022, Jumat (2/9).

Seperti diketahui, dalam dokumen nationally determined contribution (NDC), Indonesia memasang target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan internasional pada 2030. Adapun, sektor forest and land use (FOLU) akan memberikan sebanyak 60% kontribusi dari target tersebut.

Wahyu mengungkapkan bahwa wisata alam bisa menjadi salah satu yang didorong untuk mencapai target-target itu. Adapun, Wahyu menyebut pemerintah tengah merancang strategi kebijakan untuk memperkuat manfaat yang lebih lanjut di sketor wisata berkelanjutan.

"Salah satunya adalah yang mungkin bisa dibandingkan nanti adalah bagaimana, seberapa besar penyerapan karbon itu, pengembangan wisata alam, aktivitas pengelolaan limbah yang bagus menjadi satu basis wisata alam," ucap dia.

"Kedua adalah penguatan emisi gas rumah kaca yang nanti bisa dihitung dari nilai karbonnya. Itu yang kita harap. Salah satu perdagangan karbon salah satunya, adalah satu potensi yang bisa kita berikan benefit jauh lebih besar dibanding hanya sekadar menjaga konservasi. Ini rangakian panjang yang membutuhkan keterlibatan seluruh stakeholder," imbuh Wahyu.

Pada kesempatan itu Direktur Penanganan Sampah KLHK Novrizal Tahar mengungkapkan bahwa wisata alam memiliki korelasi yang kuat dengan kualitas lingkungan. Untuk itu, diperlukan pengelolaan sampah secara berkelanjutan di tempat wisata.

"Jadi ini penting menurut saya. Apalagi kita ingin mengembangkan wisata alam dan konservasi alam. Pertumbuhan wisata alam dan konservasi alam itu sangat in line dengan kualitas lingkungan," ucapnya.

Untuk itu, Novrizal mendorong kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga masyarakat untuk sama-sama memiliki kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah.

"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2018 ditemukan bahwa 72% orang Indonesia tidak peduli terhadap persoalan sampah. Ini persoalan mendasarnya," ungkap Novrzal.

"Mudah-mudahan lima tahun ke depan ini mengalami perubahan karena kita masif melakukan kampanye, edukasi publik dan lain-lain sehingga kita dapat keluar dari persoalan mendasar kita," pungkas dia. (OL-12)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya