Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Prof dr Ari Fahrial Syam mengatakan secara langsung stres tidak bisa menyebabkan kanker usus besar. Namun secara tidak langsung kemungkinan besar bisa terjadi karena ketika seseorang mengalami stres bisa meningkatkan keinginan makan yang tak teratur.
"Kalau stres makan jadi nggak beres, tidur tak cukup, berpikir tak normal, olahraga malas, sehingga ujung-ujungnya bisa saja kalau ada bakat cancer dan stres berkelanjutan ini membawa dampak ke hal tersebut," kata Prof Ari dalam dialog daring 'Kanker Usus Besar: Pentingnya Pencegahan dan Deteksi Dini', Jumat (4/3).
Terdapat beberapa studi yang menyebutkan bahwa seseorang dengan tingkat stres tinggi bisa merangsang sel kanker yang tenang bisa meningkat. Namun Prof Ari menilai hal itu bukan penyebab tunggal munculnya kanker usus besar.
Secara prinsipnya seseorang mengalami kanker usus besar terjadi karena multifaktor mulai dari faktor genetik, konsumsi makanan daging yang berlebihan tanpa diimbangi sayuran, obesitas, malas olahraga, merokok, dan riwayat keluarga.
"Prinsipnya kan begini kalau kita happy dan tidak ada faktor stres makan kita enak, tidur enak, interaksi enak, olahraga nyaman saja. Tapi kalau stres jadinya malas makan, dan malas bergerak. Ujung-ujungnya sel kanker yang tenang jadinya muncul," ungkapnya.
Jadi poinnya adalah tidak secara langsung tapi stres bisa jadi bagian yang mencetuskan berbagai macam faktor terjadi kanker usus besar. (Iam)
Tak jarang kanker usus tidak langsung menimbulkan gejala sehingga banyak kasus terdeteksi ketika kanker sudah menyebar.
Kanker kolorektal menyerang jaringan usus besar (kolon) dan usus paling bawah sampai anus (rektum). Biasanya masyarakat lebih mengenak kanker kolorektal dengan sebutan kanker usus.
Di Indonesia, kanker kolorektal menduduki kasus tertinggi kedua pada pria setelah kanker paru dengan jumlah kasus baru pada kanker kolorektal mencapai 34.189 (8.6%) .
Susanti termotivasi mencari terobosan untuk penyintas kanker yang senasib dengan dirinya
Sembelit merupakan gangguan buang air besar (BAB) sehingga frekuensi BAB kurang dari hitungan normal. Frekuensi BAB normal adalah setiap hari atau setidaknya tiga kali dalam seminggu.
Berdasarkan data WHO tahun 2020, kanker usus besar adalah kanker terbanyak keempat di Indonesia, setelah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker paru.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved