Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SEBAGAI negara pemilik hutan tropis luas di dunia, Indonesia, Brasil dan Republik Demokratik Congo (IBC), menyamakan persepsi dan menyatukan sumber daya menuju gelaran Konferensi Perubahan Iklim COP26 UNFCCC di Glasgow bulan November mendatang.
Inisiatif untuk mengusung agenda Forest Power mulai diinisiasi Menteri LHK, Siti Nurbaya melalui korespondensi langsung bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Republik Demokratik Congo Eve Bazaiba Masudi, dan Menteri Lingkungan Hidup Brazil Joaquim Alvaro Pereira Leite.
Inisiasi Forest Power for Climate Actions lewat kolaborasi tiga negara bertujuan menyatukan terobosan dan solusi dari sektor kehutanan untuk pengendalian perubahan iklim.
Kolaborasi ini memungkinkan ketiga negara akan bertindak sebagai pemimpin di wilayahnya masing-masing, bersama negara-negara tropis lainnya, dalam mempengaruhi negosiasi iklim.
Baca juga: Ini Isi dan Tujuan Gajah Mada Mengucapkan Sumpah Palapa
Kolaborasi tiga negara ini juga merupakan rintisan dan akan membuka ruang bersama negara hutan tropis lainnya, dan juga membuka diri untuk bergabungnya negara-negara hutan temperate sebagai observer.
"Agenda ini sekaligus dalam rangka memperkuat pengaruh negara-negara pemilik hutan tropis luas dalam negosiasi iklim, terutama pada agenda paling dekat yaitu Konferensi Para Pihak COP26 UNFCCC di Glasgow," tutur Siti di Jakarta, Selasa (26/10).
Siti menegaskan jika kolaborasi ini akan mendengungkan kekuatan hutan dalam aksi iklim, sebagaimana layaknya tiga permata dunia yang diberkahi hutan tropis melimpah.
Kolaborasi ini semakin memperkuat posisi tiga negara tersebut, di mana ketiganya terus memperjuangkan solusi efektif dalam aksi-aksi iklim terutama dari sektor kehutanan.
Tentu saja kolaborasi ini juga sebagai ajang mempromosikan solidaritas yang dibingkai dalam upaya bersama menuju pencapaian tujuan global di bawah Perjanjian Paris, yaitu menjaga peningkatan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius dari suhu dimasa praindustri.
Area potensial untuk kerjasama antara negara-negara hutan yang dipimpin oleh Indonesia-Brasil-Republik Demokratik Kongo akan mencakup, isu-isu seperti pengurangan deforestasi, manajemen pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla), perhutanan sosial dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat, pengelolaan dana iklim, administrasi pertanahan berkelanjutan, keanekaragaman hayati dan bioprospeksi, serta rehabilitasi dan konservasi mangrove.
Semua area potensial yang didorong untuk dikolaborasikan oleh IBC, Indonesia sendiri telah memiliki rekam jejak yang nyata. Indonesia sudah menunjukkan kepemimpinan dengan contoh/Leading by Example yang cukup baik, bahkan salah satu yang terbaik di dunia. Pada isu penurunan deforestasi, kombinasi yang efektif antara kebijakan, pemberdayaan, dan penegakan hukum telah berhasil menurunkan laju deforestasi Indonesia ke tingkat terendah sepanjang sejarah.
Kebijakan Presiden Indonesia Joko Widodo melalui Peraturan Presiden pada tahun 2019 untuk menghentikan konversi hutan alam primer dan lahan gambut yang mencakup lebih dari 66 juta hektar, dimana luasnya melebihi luas gabungan negara Inggris dan Norwegia.
Peta moratorium ini memungkinkan Indonesia untuk terus mengurangi emisi dari deforestasi, serta degradasi hutan yang melibatkan hutan primer besar dan lahan gambut. Peta moratorium juga mencakup bentangan habitat yang signifikan untuk beberapa spesies unggulan seperti orangutan sumatera, harimau, gajah dan badak, serta spesies orangutan Tapanuli yang baru ditemukan.
Kemudian pada isu manajemen karhutla, Indonesia memamerkan pendekatan pengendalian karhutla terpadu yang telah berhasil mengurangi kebakaran hutan dan lahan hingga 82%.
Sementara pada saat yang sama beberapa wilayah di Amerika, Australia dan Eropa mengalami peningkatan signifikan kejadian karhutla. Indonesia juga berhasil menghindari apa yang disebut bencana ganda, yaitu kebakaran hutan yang menyebabkan asap terjadi secara paralel dengan wabah covid-19, selama dua tahun pandemi (2020-2021).
"Indonesia juga terus fokus pada pekerjaan menakjubkan yang telah dilakukan terkait dengan perlindungan lahan gambut, yang bertujuan untuk mencegah dan menghindari kebakaran gambut. Brasil dapat memamerkan teknologi mutakhir untuk deteksi dan pencegahan kebakaran yang dimilikinya, sementara Kongo dapat berbagi pelajaran tentang inventarisasi hutan di antara isu-isu terkait lainnya," jelas Siti.
Selanjutnya Siti juga menyatakan jika pengalaman Indonesia dalam menerapkan perhutanan sosial sangat bermanfaat, begitu pula dengan pengalaman Brasil dalam mengelola cagar alam ekstraktif dan wilayah adatnya. Tidak diragukan lagi, Kongo juga memiliki pengalaman uniknya sendiri yang dapat dibagikan dan yang dapat kita semua pelajari.
Sementara dalam isu pengelolaan dana iklim, dari diskusi Siti dengan Menteri Lingkungan Hidup Brazil, kedua negara telah mendapat banyak pengalaman dari kerja sama-kerja sama yang telah terjadi sebelumnya. Indonesia akan mengambil manfaat dari pengalaman Brasil dengan Dana Amazon yang digunakan untuk mengelola keuangan iklim skala besar.
Kemudian juga dalam isu pertanian berkelanjutan. Indonesia juga dapat mengambil manfaat dari pengalaman Brasil dalam penerapan rencana 'pertanian rendah karbon', serta teknik pertanian baru yang mendukung jutaan petani skala kecil & menengah, juga pada isu administrasi pertanahan berkelanjutan dimana Indonesia juga akan manfaatkan pengalaman Brasil dalam mengembangkan 'Environmental Registry' untuk mendorong pengelolaan lahan pribadi yang berkelanjutan, serta pengalaman Indonesia sendiri dalam mengelola daerah untuk penggunaan lahan alternatif untuk tujuan keberlanjutan.
"Pengalaman-pengalaman serupa dari Kongo tentu akan sangat menarik dan berguna juga untuk dapat saling dipelajari," imbuh Siti.
Yang tak kalah penting yaitu pada isu keanekaragaman hayati dan bioprospeksi. Negara-negara IBC tentu sangat kaya akan keanekaragaman hayati dan spesies unggulan, khususnya bioprospeksi sangat penting, tentunya ini perlu perhatian khusus agar dapat diangkat menjadi aksi-aksi iklim yang bermanfaat global.
Terakhir pada isu yang sedang hangat, yaitu rehabilitasi dan konservasi mangrove. Indonesia mengajak Brazil dan Kongo untuk belajar dari pengalaman-pengalaman Indonesia melindungi hutan mangrove, yang ternyata dibuktikan secara ilmiah mempunyai kemampuan berkali lipat dalam menyerap dan menyimpan karbon dibandingkan hutan tropis di daratan. Indonesia pun telah mengumumkan prakarsa baru untuk memulihkan 600 ribu hektare hutan mangrove yang rusak selama tiga tahun ke depan hingga 2024.
"Kami percaya bahwa peningkatan kolaborasi kami dalam bentuk inisiatif IBC tentang Forest Power for Climate Actions akan sangat bermanfaat bagi kami semua, dan kami berharap dapat menyambut Anda dalam kemitraan ini, khususnya dalam gelaran COP 26 di Glasgow nanti," pungkas Siti. (H-3)
Deklarasi Menteri Keuangan G-20 menyerukan penerapan perpajakan progresif. Mereka menekankan agar orang superkaya memenuhi kewajiban pajak secara adil.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali mengeluarkan epidemiological alert atau kewaspadaan epidemiologik akibat virus oropouche (OROV).
Kematian pertama akibat virus Oropouche, penyakit kurang dikenal yang disebarkan melalui gigitan nyamuk dan agas yang terinfeksi ini, telah dicatat di Brasil.
PSS Sleman menambah kekuatan lini belakang jelang bergulirnya Liga 1 Indonesia musim 2024/202524. Manajemen PSS secara resmi menggaet Cleberson Martins de Souza.
Brasil memiliki keunggulan satu pemain setelah kartu merah diberikan kepada pemain Uruguay Nahitan Nandez pada menit ke-74. Namun, mereka gagal memecah kebuntuan.
Endrick akan masuk ke dalam starting line-up untuk menggantikan Vinicius Junior, yang terkena larangan bermain, setelah mendapatkan kartu kuning keduanya di ajang Copa America.
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved