Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Dokter Tirta Anggap Yogyakarta Terburuk Tangani Covid-19

Ferdian Ananda Majni
02/7/2021 21:00
Dokter Tirta Anggap Yogyakarta Terburuk Tangani Covid-19
Relawan membangun tenda barak di RSUP Dr Sardjito, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (27/6/2021).(Antara)

INFLUENCER kesehatan dr Tirta Mandira Hudhi menganggap Yogyakarta sebagai daerah yang terburuk dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19.

"Jujur, saya salut dengan Depok. RS FKUI Depok memiliki tingkat vaksin dan sosialisasinya lumayan baik. Paling buruk, yang saya kaget adalah Yogyakarta," kata Tirta saat berdiskusi dalam program Journalist on Duty bertema Menakar PPKM Darurat Jawa Bali melalui akun Instagram @mediaindonesia, Jumat (2/7).

Baca juga: Tirta Sebut Penyangkalan Jerinx akibat Kondisi Tertekan

Menurut dia, Yogyakarta yang memiliki dana daerah istimewa tapi belum juga memiliki rumah sakit darurat, tingkat vaksinasi terbatas, kondisi Instalasi Gawat Darurat (IGD) penuh. Dan anehnya, kata Tirta, Yogyakarta justru membuka kawasan wisata bagi masyarakat yang sudah vaksin. "Soal Yogya kayaknya harus diselesaikan dengan detil," ujar Tirta.

Baca juga: Atasi Kelangkaan Oksigen DIY, Pemerintah Pasok 47,6 Ton Per Hari

Tirta menambahkan, daerah lain yang bermasalah adalah di Jakarta. Di mana tingkat antrean sudah bukan di IGD melainkan menguburkan jenazah covid-19.

"Jadi kalau meninggal karena covid-19, antre mengubur bisa empat hari. Kalau mau kubur sendiri, masyarakat diberi surat kematian dan difasilitasi pemulasaraannya. Tapi mesti cari sendiri ambulans dan peti matinya," lanjut Tirta.

Baca juga: Bantuan Datang, Oksigen di RSUP Sardjito Aman Sampai Lima Hari

Tirta mengaku mengkhawatirkan kondisi pasien covid-19 yang meninggal dunia di saat menjalani isolasi mandiri. "Yang menguburkan siapa? Bagaimana cara membawa ke rumah sakit? Dan selama tidak dibawa ke rumah sakit, ada potensi jenazah menularkan banyak orang. Ini tidak hanya terjadi di Jakarta," kata Tirta.

Adapun di Bandung, imbuh Tirta, stok oksigen yang menipis. "Harga 1 tabung oksigen dengan kapasitas 1 meter kubik ada yang jual Rp3,2 juta dari normalnya Rp600 ribu-Rp1,2 juta. Jadi problemnya adalah kelangkaan," kata Tirta. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya