Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

LIPI Ajak Semua Pihak Kolaborasi Atasi Limbah Medis

Faustinus Nua
16/2/2021 12:00
LIPI Ajak Semua Pihak Kolaborasi Atasi Limbah Medis
KAMPANYE PEMBUANGAN SAMPAH MASKER: Warga menggunting masker bekas pakai ditukarkan dengan masker baru pada Bank Masker Polres Blitar Kota.(ANTARA/Irfan Anshori)

LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengajak semua pihak atau stakeholders untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam upaya penanganan limbah medis secara khusus makser sekali pakai yang digunakan masyarakat. Pasalnya, sejak awal pandemi covid-19 di Indonesia pada Maret 2020 hingga kini, limbah medis menjadi tantangan baru dalam masalah lingkungan dan kesehatan.

Deputi Bidan Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Agus Haryono mengatakan bahwa limbah masker menjadi permasalahan baru. Setiap hari sampah masker selalu ditemukan di tempat-tempat pembuangan sampah dengan jumlah yang terus meningkat.

"Masker ini polemik ya, mau kita buang ini adalah plastik yang mana terurainya pasti membutuhkan waktu 50 sampai 100 tahun. Tapi kalau dikumpulkan bagaimana menghindari infeksi virusnya?," ujarnya dalam Webinar Pengelolaan Limbah Masker di Masa Pandemi Covid-19, Selasa (16/2).

Dia menjelaskan bahwa peningkatan limbah medis tidak hanya terjadi di tempat pembuangan sampah. Justru yang lebih mengancam adalah limbah yang dibuang di sembarang tempat.

LIPI telah menemukan limbah yang dibuang di teluk Jakarta yakni di Marunda dan Cilincing. Berdasarkan penelitian, pihaknya menemukan adanya peningkatan sampah hingga 5% dibandingkan sebelum masa pandemi, tapi beratnya menurun atau lebih banyak limbah plastik yang ringan.

"Mulai ada pembuangan limbah APD di muara dari sungai dan jumlahnya sekitar 15% sampai 16% dari sampah yang ada di teluk Jakarta atau di muara di Cilincing dan di Marunda tadi sekitar 0,13 ton," jelasnya.

Agus pun mendorong sinergi semua pihak mulai dari pemerintah, pemda, peneliti, industri hingga masyarakat untuk berkolaborasi dalam mencari solusi. Menurutnya, peneliti akan terus mengupayakan untuk menemukan teknologi terbaik. Sementara, pemerintah bisa mendukung dengan regulasinya, sehingga hilirisasi riset ke industri bisa berjalan dengan baik.

"Untuk mengatasi limbah masker ini terutama LIPI mengajak ya terus berdiskusi dengan dengan Kemenkes dengan BNPB dengan Ristek/BRIN dan juga pemerintah daerah dan ini sebenarnya juga masuk di dalamnya adalah stakeholder nanti yang menggunakan teknologi yaitu badan usaha atau industri yang akan memecahkan permasalahannya menuju ke komersialisasi yang akan digunakan oleh masyarakat," paparnya.

Disampaikannya bahwa fasilitas penelitian LIPI saat ini telah dibuka bagi semua peneliti. Untuk mendukung penanganan Covid-19 LIPI siap berkolaborasi dengan semua pihak.

Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Aries Suestiningtyas menjelaskan dengan meningkatnya angka penyebaran penyakit, hal itu juga berdampak pada limbah. Limbah medis tidak saja datang dari fasilitas kesehatan, tapi juga dari masyarakat seperti APD, masker dan face shield.

Jumlah timbunan limbah medis termasuk masker dan APD sekitar 1662,75 ton untuk periode Maret-September 2020. Hal itu merupakan perhatian bagi semua elemen khususnya para peneliti, penggiat dan juga sektor lingkungan.

"Itu akan bahaya dampak yang ditimbulkan dari limbah medis terhadap lingkungan khususnya yang akan berdampak buruk buat masyarakat kita," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI, Ajeng Arum Sari menyampaikan perlunya sinergi semua pihak dalam mengatasi limbah medis. Bila tidak ditangani dengan baik, limbah medis akan menjadi permasalahan baru dan berdampak buruk.

Ajeng menerangkan bahwa di tengah isu limbah medis, justru asa oknum yang tidak bertanggung jawab membuang limbah medis di sembarang tempat. Beberapa kasus sudah terjadi di Indonesia seperti di Bogor dan daerah lainnya.

"Masih minimnya pengetahuan dan sarana pengolahan limbah APD dari masyarakat akan beresiko menyebabkan pencemaran lingkungan dan tentunya juga bisa meningkatkan risiko penularan virus SARS CoV-2 itu," pungkasnya.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya