Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

PJJ Monoton dan Membosankan Siswa

Atikah Ishmah Winahyu
04/11/2020 03:55
PJJ Monoton dan Membosankan Siswa
Pelajar SD mengikuti pembelajaran jarak jauh secara daring di rumah khas Toraja atau Tongkanan di Desa Lembang Lolai, Kecamatan Kapalapitu.(MI/USMAN ISKANDAR)

SUDAH sekitar tujuh bulan lamanya, Raisah, siswi di salah satu SMP negeri di Kabupaten Malang, melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi covid-19. Setiap hari dia belajar pukul 07.00-12.00 WIB untuk dua mata pelajaran dari rumah.

Para guru memberikan materi pelajaran dan memberikan soal-soal melalui aplikasi Whatsapp dan Google Clasroom. Semua berjalan normal.

Saat menginjak bulan keempat, Raisah mengaku mulai bosan. Alasannya, pembelajaran berlangsung monoton. Selain itu, dia tidak bisa berinteraksi dan bermain dengan temantemannya.

“Setiap hari cuma absen, dikasih materi, habis itu soal, gitu aja,” kata Raisah kepada Media Indonesia. Belum lagi dia juga harus memahami materi pelajaran yang disampaikan satu arah oleh gurunya.

Meski guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya melalui pesan pribadi WA, Raisah merasa hal itu belum cukup karena keterangan yang diberikan guru hanya berupa teks.

“Kalau dijelasin kayak gitu sulit, sih, kan enggak bisa nanya, juga materi yang dikasih rasanya kurang lengkap,” tuturnya polos.

Tidak jarang guru memberikan tugas berupa 20 soal cerita dan harus dikumpulkan melalui Google Clasroom. Tentu butuh waktu karena jawabannya pun harus dijelaskan secara panjang lebar. Ini juga dikeluhkan temantemannya.

Raisah mengaku tetap berusaha mengerjakan tugas-tugas tersebut. Setiap bulan guru akan mengirimkan daftar siapa saja yang tidak mengumpulkan tugas harian kepada siswa dan orangtua.

Raisah pun berharap gurunya bisa menggelar pembelajaran tatap muka seperti menggunakan Zoom Meeting. “Pengin-nya sih belajar seperti di kelas karena bisa dijelaskan dengan jelas,” ujarnya.

Direktur Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Praptono mengakui bahwa sebagian guru masih mengalami kendala dalam melakukan PJJ. “Hasil survei yang dilakukan Kemendikbud, sebanyak 60% guru mengalami permasalahan dalam pembelajaran yang melibatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK),” jelasnya.

Rasa jenuh atau bosan yang dialami siswa saat PJJ, menurut psikolog Ifa Hanifah Misbach, merupakan hal yang wajar, tetapi harus dicarikan solusinya. “Artinya, kuantitas jumlah beban tugas pada murid bukan menjadi ukuran guru berhasil menyelesaikan materi, tetapi yang terpenting justru memastikan proses pembelajaran memiliki makna untuk siswa dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.(Atikah Ishmah Winahyu/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya