Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Hindari Strooke, Pasien Jantung Rutin Kontrol dan Minum Obat

Atalya Puspa
16/6/2020 13:38
Hindari Strooke, Pasien Jantung Rutin Kontrol dan Minum Obat
r. Utoyo Lubiantoro, SpJP (kiri) bersiap melakukan tindakan pemasangan stent di pembuluh darah jantung.(ANTARA)

DATA WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (39,5 juta dari 56,4 kematian). 

Dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% nya disebabkan oleh Penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu 17,7 juta dari 39,5 juta kematian.

Adapun, Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%, dengan peringkat prevalensi tertinggi Provinsi Kalimantan Utara 2,2%,DIY 2%, Gorontalo 2%.

Berkaitan dengan itu, di masa pandemi covid-19, orang yang menderita penyakit jantung diimbau agar terus melakukan pemeriksaan rutin ke dokter dan tidak putus minum obat.

"Sampai saat ini tidak ada perubahan tata laksana terapi penyakit jantung yang berubah. Semua pedoman penatalaksanaan penyakit jantung dan obat-obatan tidak berubah. Obat yang dikonsumsi rutin, pola hidup sehat tetap dilaksanakan. Tidak berubah," kata Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Pondok Indah Sari Sri Mumpuni, Selasa (16/6).

Baca juga: Operasi Jantung, Pasien Perlu Tes Covid-19 dahulu

Berdasarkan pengalamannya di lapangan, banyak pasien jantung yang takut untuk pergi ke fasilitas layanan kesehatan hingga putus minum obat. Akhirnya, kondisi pasien tersebut malah semakin memburuk.

"Kalau putus obat berpotensi strooke. Ada kasus, 1 bulan tidak minum obat. Beberapa hari lalu datang dengan keluhan kelemahan anggota badan sebelah kiri," ungkapnya.

Dirinya juga mengimbau kepada pasien penyakit jantung agar jangan memercayai isu bahwa obat hipertensi dapat menyebabkan covid-19. Pasalnya, hal itu terbukti tidak benar.

"Jangan percaya hal-hal seperti itu. Pasien hipertensi tetap haruz minum obat. Obat ARB ridak menyebabkab kita terinfeksi covid-19. Malahan kalau kita hentikan obat tersebut malah memperberat kondisi kesehatan," bebernya.

Di masa pandemi ini, Sari juga menyarankan agar pasien penyakit jantung tetap menjaga kesehatannya dengan cara stop merokok dan hindari menjadi perokok pasif, kontrol tekanan darah, konsumsi makanan sehat, rutin olahraga intensitas sedang 150 menit per minggu.

"Juga hindari stres. Jangan banyak baca pesan yang tidak betul. Nanti stres," tadasnya. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya