Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Belasan Tahun Kami Menanti Pelita di Sebira

(Indriyani Astuti/H-2)
27/12/2019 07:20
Belasan Tahun Kami Menanti Pelita di Sebira
Petugas menunjukkan salah satu pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang tidak lagi berfungsi di Pulau Sebira, Kepulauan Seribu, Jakarta(MI/INDRI)

BERADA di kepulauan terluar DKI Jakarta membuat Pulau Sebira di Kepulauan Seribu, sulit dijangkau listrik. Salah satu pilihan bagi masyarakat ialah dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sejak 2007 silam.

Di Sebira, pada pukul 09.00 sampai 17.00 WIB masyarakat mendapat pasokan listrik dari PLTS dan disambung dengan suplai listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) mulai pukul 17.00 hingga 24.00 WIB malam.

Dalam perkembangannya, warga menemui sejumlah masalah. Dua PLTS bantuan Kementerian ESDM dan pemerintah tak bisa mencukupi kebutuhan listrik harian warga karena listrik hanya menyala 15 jam.

"Listrik sering sekali mati. Pemakaian listrik setiap keluarga dijatah hanya 300 kWh. Itu hanya bisa lampu dan mandi. Untuk televisi apalagi kipas angin tidak kuat," ujar Syamsudin, warga setempat, ketika ditemui Media Indonesia, Sabtu (14/12) lalu.

Ia menjelaskan, dua PLTS di Sebira berkekuatan masing-masing 15 kWp terpasang di Pulau Sebira. Saat ini kondisinya sudah rusak dan terbengkalai. "PLTS di sini hanya sebagai percobaan. Setelah dipasang tidak pernah ditengok lagi, walaupun kami melapor ada kerusakan. Tidak ada respons," ungkapnya.

Warga lain yang pernah menjadi operator PLTS, Supriadi, mengaku ada sekitar 150 kepala keluarga yang menggunakan listrik PLTS dan mereka membayar sebesar Rp5 ribu/bulan untuk biaya perawatannya.

PLTS berkekuatan 1.500 kWh juga terdapat di SDN Pulau Harapan 02 dan SMP Satu Atap 02 Pulau Sebira. Kepala Sekolah Jamil Fahmi bersyukur PLTS dari bantuan CSR sebuah perusahaan itu masih bisa digunakan, meski dengan keterbatasan waktu. "Sering mati," katanya.

Namun, untuk bisa merasakan listrik yang menyala sehari penuh 24 jam di Sebira, kini bukan sesuatu yang mustahil sebab pada Januari 2019, Pemprov DKI Jakarta memberikan PLTD ketiga berkekuatan 125 kWh sebagai sumber energi listrik di Pulau Sebira.

Plt Kadis Perindustrian dan Energi Pemprov DKI Jakarta Ricki Marojahan menyampaikan, saat ini Sebira dan 10 pulau lainnya di Kepulauan Seribu yang berpenghuni sudah dialiri listrik. Menurutnya, potensi energi terbarukan di wilayah kepulauan sangat besar karena tenaga angin tidak cukup besar. "Kalau energi surya tidak cukup, kita gabungkan dengan PLTD," ucapnya.

Hartuti, tokoh masyarakat Sebira, berharap listrik terus menyala di sana karena ia dan banyak ibu lainnya menggantungkan perekonomian dari hasil olahan ikan asin di sana.

"Sebab tanpa listrik dan lemari pendingin, hasil laut akan cepat busuk dan bahan baku untuk produksi tidak lagi segar," katanya. (Indriyani Astuti/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya