Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BADAN Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) menjalin kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Japan Agency for Medical Research and Development (AMED) dalam program Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS) selama lima tahun yakni pada 2015-2020.
Program ini dilaksanakan guna mendorong pengembangan ekosistem terkait produksi obat di Indonesia.
Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Soni Solistia Wirawan mengatakan program SATREPS telah berjalan baik dan lancar. Saat ini, program itu tengah memasuki tahap akhir.
"BPPT mendapatkan banyak manfaat dari SATREPS. Tidak hanya meningkatkan kapasitas lab berupa peralatan, program ini juga membantu meningkatkan kualitas SDM, terutama dalam kemampuan mendesign dan mengembangkan penelitian dari penemuan obat," kata Soni di Hotel Sari Pacific, Jakarta, Rabu (9/10).
Baca juga: Badan POM Tarik Obat Ranitidin
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Balai Bioteknologi Agung Eru Wibowo mengatakan, hal utama yang perlu dibangun yakni kesiapan infrastruktur baik dari segi SDM hingga fasilitas.
"Jadi program SATREP untuk lima tahun ini arah utamanya adalah capacity building. Pertama fasilitas risetnya dilengkapi, beberapa peralatan kita dapatkan dari JICA dan AMED. SDM dilatih dan disiapkan bagaimana mampu meng-handle resources kemudian memanfaatkan melakukan isolasi senyawa," tuturnya.
Dalam program ini, resources yang dikembangkan BPPT yakni mikroba. Terdapat sekitar 25 ribu mikroba yang dimanfaatkan sebagai sumber bahan obat-obatan yang melimpah.
"Sehingga teman-teman dilatih bagaimana memelihara mikroba, mengoleksi, mengkarakterisasi mengidentifikasi, kemudian nanti mencari senyawanya," imbuhnya.
Agung mengatakan, dalam lima tahun ini terdapat beberapa senyawa yang sudah terkarakterisasi. Salah satunya yakni penemuan obat untuk mencari kandidat obat antimalaria atau Searching Lead Compound of Anti-Malarial and Anti-Amoebic Agents by Utilizing Diversity of Indonesian Bio-resources (SleCAMA project).
"Dari 20 senyawa sudah diisolasi, mungkin sekitar 10 potensinya sudah cukup kuat. Ini yang terus akan dilanjutkan," ujarnya.
Namun, Soni mengungkapkan, program selama lima tahun ini belum dapat menghasilkan produk jadi. Sebab, dibutuhkan waktu 10 hingga 15 tahun untuk dapat menghasilkan produk obat yang siap pakai.
"Program lima tahun ini nggak selesai, nggak sampai output keluar bahan, itu baru persiapan-persiapannya karena kalau selesai mungkin butuh waktu 10-15 tahun," tandas Soni. (OL-2)
Memasuki musim pancaroba, daya tahan tubuh anak kerap menurun. Hal ini perlu diwaspadai karena pancaroba identik dengan penyakit demam berdarah.
Malaria akan sangat berbahaya bagi anak-anak. Pasalnya, imunitas anak-anak belum cukup kuat sehingga terkena malaria akan membahayakan nyawa.
Diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu dari 9 negara endemik malaria di wilayah Asia Tenggara yang menyumbang sekitar 2% dari beban negara malaria secara global.
Ada satu titik di Kalimantan juga dalam kondisi endemis malaria yakni di daerah Kabupaten Penajam Paser Utara.
Eliminasi malaria hingga Mei 2024 baru mencapai 396 kabupaten/kota dari target 405 wilayah di akhir tahun nanti.
Gerakan pencegahan penyakit malaria harus konsisten dilakukan dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang cara penanggulangan penyakit yang disebarkan nyamuk Anopheles itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved