Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KOTA itu sempat sekarat. Lalu diselamatkan dan dijadikan sebagai tempat paling hijau di bumi. Begitulah Eskilstuna bermetamorfosis.
Pada 1970-an, kota di Swedia tersebut terkenal dengan industri baja. Semua berubah ketika industri baja tumbang. Kini yang tersisa hanya tingkat pengangguran yang hampir dua kali lipat dari 8% rata-rata nasional.
Sejak 2012, Eskilstuna menerapkan serangkaian inisiatif hijau. Kota itu berusaha untuk menjadi kota yang paling ramah lingkungan di negara tersebut. Bus dan mobil umum dioperasikan dengan biogas dan listrik. Warga kota juga menggunakan listrik dari energi termal rendah karbon.
Sejak 4 tahun lalu, warga memilah sampah rumah tangga menjadi tujuh kategori. Masing-masing dibedakan dengan warna, yakni hijau untuk makanan, merah muda untuk tekstil, abu-abu untuk logam, kuning untuk kertas, biru untuk koran, oranye untuk plastik, dan hitam untuk sampah campuran.
Untuk menjalankan ekonomi daur ulang, pemerintah mendirikan Retuna yang merupakan pusat perbelanjaan yang menjual barang-barang daur ulang.
Investasi untuk proyek mal itu mencapai 19,5 juta kronor Swedia atau sekitar Rp29 miliar. Dana itu digunakan untuk membangun mal dan subsidi para pemilik toko. Setelah 3 tahun, mal bisa beroperasi tanpa subsidi pada 2018.
Dengan mal itu pula Eskilstuna bisa menjalankan gaya hidup yang baru, yakni hampir sepenuhnya tanpa menggunakan barang baru. Mereka pun layak disebut ibu kota daur ulang dunia.
"Orang mengenal Eskilstuna sebagai tempat tanpa barang baru," kata manajer mal Anna Bergstrom. Ia pindah ke Eskilstuna pada 2012, setelah menjadi kecewa dengan limbah yang ditemui selama bergelut dalam dunia mode.
Bergstrom menceritakan jika awalnya warga tidak suka dengan upaya ramah lingkungan itu. "Di kota seperti ini, yang menderita, orang curiga terhadap perubahan, terutama sesuatu yang radikal seperti pusat perbelanjaan yang menjual kembali barang sumbangan," terusnya.
Namun, pemikiran masyarakat mulai berubah ketika skema daur ulang dimulai dan Retuna dibuka. Sebabnya, timbunan limbah rumah tangga menjadi benar-benar berkurang.
Skema itu juga memberikan kesempatan hidup kedua bagi kota baja. Kini kota itu hampir setiap hari ramai dikunjungi pelancong ataupun pemburu barang daur ulang. Banyak barang bekas dijual, dari furnitur hingga mainan anak-anak, bunga, dan pakaian.
"Pikiran semua orang mulai berubah pada hari kami dibuka. Sebanyak 6.000 pengunjung datang hari itu. Sejak itu kami menerima rata-rata 700 pengunjung setiap hari dan 300 grup wisata setahun," imbuh Bergstrom.
Kini, warga mengantar sendiri barang-barang bekas ke bagian penyortiran yang dijalankan 12 staf.
Destinasi wisata
Tak hanya warga sekitar, Retuna mampu menarik perhatian dari masyarakat dunia. Banyak pengunjung dari luar negeri, seperti Prancis, Jepang, dan Australia, datang ke kota yang bisa ditempuh 1,5 jam dari ibu kota Stockholm dengan menggunakan kereta.
Salah satunya ialah Sonia Khambete yang begitu tertarik setelah mengetahui tentang Retuna di media sosial. Ia mengajak murid-muridnya menempuh perjalanan jauh dari Pune India.
"Ini ialah tempat yang sangat menginspirasi. Di India, kami memiliki masalah besar dalam pengelolaan limbah. Seiring bertambahnya populasi, kami hidup dalam kebiasaan buang sampah (tanpa daur ulang). Kami membawa murid-murid ke sini karena kami bisa belajar banyak dari tempat seperti Retuna," terang Sonia Khambete.
Begitu pula yang terjadi pada Bjorn Gutenberg, ia rela menempuh jarak 50 km. Sekali dalam seminggu, ia berburu barang daur ulang di Retuna.
"Kami benar-benar mengatasi masalah ini. Ini menciptakan peluang kerja dan sangat bagus bagi orang-orang untuk melihat seluruh rantai daur ulang dan konsumsi," terang Gutenberg.
Salah satu pemilik toko Maria Larsson bekerja 70 jam seminggu. Tokonya menjual barang bekas dalam bentuk utuh maupun potongan. Ia berharap tahun ini bisa menghasilkan untung dari barang dagangannya.
"Saya telah menginvestasikan semua uang saya ke toko ini. Saya berharap ini ialah tahun pertama saya menghasilkan uang," katanya.
Seperti pemilik toko lainnya, Larsson juga punya masalah untuk menentukan harga barang yang mereka terima tanpa biaya. Ia juga harus mendapat untung.
"Orang-orang menganggap produk kami harus murah, tetapi sangat sulit untuk menentukan harga jika melihat yang telah kami lakukan," katanya. "Eskilstuna ialah kota pekerja, jadi orang-orang di sini biasa berprasangka. Mereka peduli dengan fungsi dibanding keberlanjutan," sambungnya.
Para pekerja sortir juga tak sepi masalah. Matti Koskela bekerja selama 10 jam. Ia bertugas mengangkut sampah dari mobil ke gudang Retuna.
"Kita bekerja keras karena orang-orang di sini tidak punya banyak uang. Tapi ini jauh lebih baik daripada pekerjaan saya sebelumnya di pabrik pembakaran. Saya hanya berharap mal ini akan bertahan lama," ucapnya.
Tidak semua barang daur ulang bisa dijual di Retuna, apalagi sampah organik yang cepat membusuk dan menimbulkan bau.
Limbah organik diterima di pusat penyortiran Lilla Nyby. Sampah organik dikomposkan di Lilla Nyby lalu dijual kembali. "Ini sangat berkualitas tinggi, terjual habis," kata manajer Lilla Nyby Mattias Hellstrom.
Memilah sampah rumah tangga ala warga Eskilstuna mungkin tidak mudah, tapi mereka berhasil melakukannya. Selain itu, mereka juga bisa berhemat. Karena jika tidak dilakukan mandiri, mereka butuh biaya berlipat untuk biaya pembuangan limbah rumah tangga tahunan sebesar 2.894 kronor atau Rp4,3 juta.
Kini bagi warga Eskilstuna, mendaur ulang limbah ialah kewajiban moral. Mereka ingin dunia yang ramah untuk anak-anak mereka di masa depan. (The Guardian/Zuq/M-1)
PARA ilmuwan mengembangkan metode inovatif untuk mendaur ulang baterai ion litium. Caranya, mereka menggunakan teknik pemisahan magnetik yang memurnikan bahan baterai.
Alifiah Azzahrah menampilkan karya desain interior Payabo House: Scavenger House. Karya itu menggunakan lebih dari 1.000 botol plastik daur ulang.
Jakarta Fair Kemayoran menjadi ajang untuk memperkenalkan inisiatif daur ulang botol plastik yang inovatif
Bank sampah menghadapi sejumlah tantangan. Antara lain, kurangnya kurangnya pembeli tetap bahan daur ulang serta keterbatasan kapasitas pengelolaan sampah dan keterampilan bisnis.
Upaya Alba Tridi mendukung proses daur ulang dan pengelolaan sampah disebut sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Indonesia.
Perusahaan mampu memangkas jejak karbon hingga 60% pada setiap kemasan cat berukuran 2,5-liter atas pengurangan rangkaian produksi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved