Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
EMPAT proyek film Indonesia didukung kolaborasi pembiayaan dari Adhya Group dan Bizhare melalui kegiatan Fintech Securities Crowfunding Indonesia (FinsCoin), Jumat (24/2). Nilai pembiayaan perdana untuk pembuatan empat film itu senilai Rp50 miliar.
Beberapa film yang akan mendapatkan pembiayaan ialah Mantra Surugana (horor) dengan sutradara Dyan Sunu Prastowo, The Hole/Bolong (horor) dengan sutradara Hanung Bramantyo, Tulang Belulang Tulang (drama/komedi) dengan sutradara Sammaria Sari Simanjuntak, dan Romeo Ingkar Janji (drama/romance) dengan sutradara Emil Heradi. "Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif senantiasa mendukung industri perfilman Indonesia serta memberikan apresiasi kepada Adhya Group dan Bizhare atas inovasinya dalam hal akses pembiayaan alternatif melalui Fintech Securities Crowfunding. Mekanisme pembiayaan empat proyek film ini merupakan pertama kali dilaksanakan di Indonesia," ujar Sandiaga Uno, Menparekraf/Kabaparekraf, Jakarta.
Selain itu, Rizky Handayani selaku Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf menyampaikan bahwa salah satu tantangan yang cukup berat yang dialami industri perfilman Indonesia ialah pembiayaan produksi film, mulai dari praproduksi, produksi, hingga pemasaran, dan distribusi film. "Meskipun permintaan pasar untuk film lokal semakin meningkat, tetapi masih terdapat kendala dalam hal mendapatkan sumber pembiayaan yang memadai," ujar Rizky.
Peluncuran empat poyek Film Indonesia tersebut dihadiri oleh 120 peserta yang terdiri dari beberapa organisasi/asosiasi insan perfilman Indonesia antara lain Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi), Badan Perfilman Indonesia (BPI), Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), Indonesian Film Directors Club (IFDC), dan organisasi perfilman lain. Acara dilanjutkan dengan diskusi panel dengan tema Tantangan dan Strategi Pembiayaan Film Indonesia dengan beberapa panelis ialah Anggara Hayun Anujuprana (Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf), Heinrich Vincent (CEO Bizhare), Ricky Wijaya (CEO Adhya Group), Hanung Bramantyo (Sutradara film Bolong/The Hole), Dwi Heriyanto (Dirut Perum Produksi Film Negara), Gunawan Paggaru (Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia/BPI), dan Edwin Nazir (Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia/Aprofi).
Baca juga: Setiawan Djodi dan Rhoma Irama Cerita tentang Pengalaman Mati Suri
Anggara Hayun Anujuprana menyampaikan terkait program pendukungan pihaknya bagi industri perfilman Indonesia yaitu Akatara dan Docs By The Sea. Dalam sesi ini, Anggara Hayun menyampaikan bahwa diharapkan seluruh pelaku kreatif dan penggiat film dapat terus berkomitmen mendukung subsektor perfilman dan berharap melalui kegiatan Fintech Securities Crowfunding Indonesia (FinsCoin) dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah produksi dan penonton film Indonesia.
Ricky Wijaya juga mengungkapkan bahwa tujuan dari kolaborasi pembiayaan empat proyek film tersebut yaitu mendukung melalui akses pembiayaan alternatif Fintech Securities Crowdfunding (SCF). Harapannya, semakin banyak proyek film Indonesia yang terdanai dan masyarakat dapat berperan serta dalam industri perfilman Indonesia secara finansial melalui penawaran efek berbasis teknologi finansial.
Di sisi lain, Heinrich Vincent mengatakan bahwa Bizhare sangat bangga bisa turut berkontribusi memeriahkan industri perfilman Indonesia melalui layanan urun dana yang dihadirkan pihaknya. Dengan demikian memungkinkan masyarakat di seluruh Indonesia untuk menjadi investor dan ikut merasakan kesuksesan berinvestasi di film-film melalui aplikasi Bizhare. (RO/OL-14)
Di 2020, karyawan pada usaha ini sebanyak 30 orang. Empat tahun kemudian usahanya meningkat menjadi 100 karyawan yang bekerja sebagai pemotong kain, penjahit, dan petugas di bagian penjualan.
Bank Sumsel Babel terus berinovasi di sektor teknologi finansial (fintech) dengan memaksimalkan layanan Kartu Kredit Pemerintah Daerah (KKPD).
Penggunaan aplikasi teknologi keuangan (financial technology) semakin meluas. Selain berfungsi sebagai alat pembayaran, fintech juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas keuangan
Masyarakat yang unbankable atau underserved lebih memilih pembiayaan digital alternatif seperti fintech P2P Lending
Langkah-langkah preventif sangat penting untuk mencegah dan mengantisipasi praktik judi online dalam ekosistem fintech.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan untuk turut serta memberantas aktivitas judi online atau daring yang kian marak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved