Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KESEHATAN mental sedang hangat dibicarakan, Ringgo Agus Rahman merasa isu tersebut sesungguhnya sudah ada sejak dulu dan tidak bisa diremehkan.
"Kalau ngomongin isu soal mental health yang sekarang lagi banyak dibahas dimana-mana, kita nggak bisa ngeremehin itu ya. Itu memang ada dari dulu," kata Ringgo, dikutip Senin (26/9).
"Kadang kalau ngomongin isu yang ada di luaran kan sering generasi dulu ngomong kalau kok generasi sekarang banyak ya yang kayak gitu-gitu. Sebenarnya bukan cuma sekarang. Dari dulu juga sudah banyak," imbuhnya.
Baca juga: Ini Cara Nirina Zubir dan Ringgo Agus Atasi Kecemasan Soal Pertumbuhan Anak
Lebih lanjut, Ringgo juga bercerita bahwa dirinya dulu pun sempat di-bully. Hanya saja, kini sudah banyak referensi yang bisa dipelajari masyarakat sehingga dapat lebih mengantisipasi terkait kesehatan mental.
"Ngomongin bully, gue juga dulu di-bully kok. Cuma memang istilahnya sekarang lebih banyak lagi untuk kita pelajarin dan untuk kita antisipasi," ujar Ringgo.
Di sisi lain, Nirina Zubir pun menyampaikan pendapatnya terkait isu kesehatan mental.
Menurutnya, kini sudah banyak sumber yang bisa mendatangkan serangan yang bisa mengganggu kesehatan mental. Misalnya seperti hadirnya media sosial.
"Menurutku, sekarang ruang atau arahnya lebih banyak untuk ada 'serangan' gitu ya. Kalau dulu kan di lingkaran itu saja. Kalau sekarang kan di rumah, pertemanan, sosial media juga. Informasinya luas," jelas Nirina.
Selain itu, Ringgo pun mengaku keberatan jika generasi masa kini dikatakan sebagai generasi dengan mental yang lembek. Menurutnya, setiap generasi tidak bisa dibandingkan siapa yang lebih kuat.
"Nggak bisa dibandingin siapa yang lebih kuat mentalnya. Generasi sekarang katanya lembek (mentalnya). Nggak gitu juga. Generasi yang dulu juga tanpa kita tahu bukannya kuat atau gimana. Justru banyak hal-hal yang traumatis juga," tutur Ringgo.
"Betul. Tapi kan nggak terekspos dan tidak terangkat karena sosial media tidak seheboh sekarang. Ada enak nggak enaknya. Enak bisa dapat info cepat tapi nggak enaknya kadang tidak terukur dengan umur yang seharusnya belum tahu jadi tahu," timpal Nirina.
Ringgo pun kini mensyukuri bahwa sudah banyak lembaga bantuan yang bisa merangkul masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental. Terakhir, Nirina juga berpesan agar masyarakat tak perlu merasa sendiri dan mau meminta bantuan jika merasa mengalami gangguan kesehatan mental.
"Sekarang juga lembaga bantuannya sudah banyak kan. Maksudnya yang benar-benar profesional kayak dokter atau orang yang punya sertifikasi khusus untuk membantu orang-orang yang membutuhkan," kata Ringgo.
Jangan pernah takut untuk minta tolong sih. Kalau kita punya masalah atau segala macam, jangan pernah takut dan jangan pernah sungkan. Jangan pernah merasa bahwa Anda sendiri yang mengalami ini. Jadi kembali lagi, penting untuk ngobrol bersama keluarga," tutup Nirina. (Ant/OL-1)
"Jadi itu pengalaman tidak ada yang menyenangkan, dirawat di rumah sakit dengan kondisi badan yang enggak jelas, mau maksain kerja juga nggak bisa, kayak berdiri aja enggak bisa."
Bagi Ernest, persoalan warna tidak akan menjadi masalah asalkan terdapat penokohan yang kuat serta alur cerita yang menarik.
"Kalau cerita ke Yandy (cerita curhat) langsung jadi film. Keren! Pas lihat skenarionya pertama kali, 'Lah ini kan cerita gua'," kata Ringgo sambil tertawa.
JCSFF dinilai Ringgo sebagai film yang memiliki pemikiran dan atribusi sebagai aktor dihargai sang sutradara.
Jatuh Cinta Seperti di Film-Film akan tayang di bioskop mulai 30 November 2023.
"Semua yang gue punya, semua yang gue sayang, semua yang gue jaga, hilang pada saat itu. Sebagaimana terpuruknya, bingung aja gue mau menjalankan hidup ini bagaimana."
Nirina Zubir sangat bersemangat berdiskusi perihal apa saja yang bisa menjadi risiko untuk para pelari dan bagaimana cara-cara mencegah terjadinya risiko tersebut.
Keduanya berperan sebagai sepasang suami istri yang tinggal di sebuah permukiman TPST Bantargebang.
Setelah tiga tahun berjuang, Nirina Zubir akhirnya menang dalam sengketa lahan yang dirampas Riri Khasmita.
Nirina menambahkan dirinya juga tak menyangka bahwa perjuangannya berbuah hasil manis
Nirina Zubir mengatakan waktu yang tepat untuk mengajarkan bahasa asing ke anak ialah pada saat anak SMP.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved