Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) kembali menunjukkan inisiatif untuk mengurangi emisi karbon dengan mengukuhkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap) tahap II yang terpasang di area operasional perusahaan.
Tahap II dari PLTS atap ini diresmikan Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Mohamad Priharto Dwinugroho, beserta jajaran manajemen GRP, TotalEnergies ENEOS, PLN UPT Bekasi, dan PLN UP3 Cikarang, di Cikarang, Jabar, Kamis (22/2).
Pemasangan PLTS Atap ini menegaskan komitmen GRP sebagai bagian dari strategi net zero emission (NZE) yang diumumkan sebelumnya.
Baca juga : CKB Logistics Raih Dua Penghargaan Ajang ILA 2023
Dengan peresmian ini, total kapasitas listrik terpasang dari energi surya dari GRP mencapai 9,3 MWp (megawatt peak) sehingga menjadikannya salah satu PLTS Atap terbesar di Jawa Barat.
Tahap I memiliki kapasitas 0,9 MWp, sedangkan tahap kedua memiliki kapasitas 8,4 MWp. GRP menargetkan kapasitas PLTS Atap terpasang sebesar 33 MWp, yang direncanakan selesai pada 2025 serta diharapkan dapat mengurangi emisi karbon sekitar 47.400 ton per tahun.
Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Mohamad Priharto Dwinugroho mengapresiasi inisiatif GRP tersebut.
Baca juga : Dukung Industri Tenaga Surya, UOB Indonesia Luncurkan U-Solar 2.0
"Kementerian ESDM terus mendorong partisipasi aktif pelaku usaha dalam mendukung pencapaian target NZE pada 2060 atau lebih cepat dan pencapaian target bauran energi nasional sebesar 23% dari energi baru dan terbarukan (EBT) pada 2025."
"Salah satu program strategis dalam upaya ini adalah pengembangan PLTS Atap secara luas. Tindakan GRP adalah contoh nyata dari kepedulian lingkungan dan sebagai kontribusi swasta dalam mendukung tujuan pemerintah," ungkapnya, dalam siaran pers, Jumat (23/2).
Industri baja berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut data Kementerian Perindustrian, konsumsi baja dalam negeri selama lima tahun terakhir mencapai rata-rata 15,62 juta ton per tahun.
Baca juga : Instalasi PLTS Atap Kian Diminati Sektor Komersial dan Industri
Namun, tantangan baru muncul bagi industri baja akibat komitmen global untuk mencapai target NZE karbon pada pertengahan abad ini. Produksi baja secara global menyumbang sekitar 7% dari total emisi karbon.
Dengan permintaan baja yang diperkirakan meningkat sekitar 15%-20% antara 2030 dan 2050, produsen baja harus lebih proaktif mengelola risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) pada semua rantai nilai.
Presiden Direktur GRP Fedaus menyampaikan PLTS Atap yang terpasang di area operasinal tersebut sejalan dengan lima pilar ESG GRP, terutama pilar nomor tiga tentang transisi energi dan solusi rendah karbon.
Baca juga : Dirjen Migas ESDM Tanggapi Menperin Ingin HGBT untuk Semua Industri
"Perusahaan merespons serta mengelola risiko dan peluang terkait iklim sepanjang rantai nilai. Dengan terpasangnya PLTS Atap tahap II ini, secara total GRP mengurangi emisi karbon hingga sekitar 1.500 ton Co2e,” ujar Fedaus.
GRP bekerja sama dengan TotalEnergies ENEOS, yang bertanggung jawab dalam desain dan pemilihan mitra EPC (engineering, procurement, construction) terpercaya untuk pelaksanaan konstruksi setiap tahapan proyek PLTS Atap.
Dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, PLTS Atap ini dilengkapi sejumlah sensor untuk memantau radiasi, temperatur, kecepatan angin dan suhu sekitar.
Sistem juga akan bekerja dengan pemantauan jarak jauh yang mengirim data analisis performa dengan menampilkan jejak karbon. (S-2)
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) meraih penghargaan Anugerah Ekonomi Hijau untuk Infrastruktur Energi Baru Terbarukan (EBT) Ramah Lingkungan pada Selasa (30/7).
KPK puji pengelolaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Desa Mata Redi, Sumba Tengah, NTT. Pemerintah setempat berhasil mengoperasikan aset itu dan memberikan manfaat bagi masyarakat
PT Idec Abadi Wood Industries bersama SUN Energy selaku perusahaan pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) secara resmi mengoperasikan PLTS untuk mendukung kegiatan produksi.
PLN mengoperasikan PLTS Tanamalala dengan kapasitas 176 kWp yang terletak di Pulau Bembe, Desa Tanamalala, Kecamatan Pasimasunggu, Kabupaten Kepualuan Selayar, Sulawesi Selatan.
Seluruh kebutuhan listrik untuk perayaan HUT ke-79 RI pada 17 Agustus 2024 di Ibu Kota Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur, dipasok dari fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
PLN NP dan Masdar kerja sama untuk ekspansi kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Terapung Cirata yang terletak di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Penerapan teknologi ramah lingkungan menjadi kebutuhan mendesak saat ini, untuk menciptakan mobilitas yang berkelanjutan yang didukung dengan teknologi zero emission
Perusahaan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biogas di Kalimantan Selatan sejak 2021 untuk mendukung net zero emission.
Proposal ditargetkan selesai sebelum bulan Agustus 2024 dan selanjutnya akan diserahkan kepada Pemerintah untuk mendapatkan payung hukum dalam bentuk Program Strategis Nasional.
Pertamina Patra Niaga juga terus berinovasi mengembangkan produk serta layanan untuk menyambut berubahnya pola kebutuhan energi yang mengedepankan aspek sustainability.
PGN sebagai Subholding Gas Pertamina melakukan penandatanganan MoU dengan PT MRT Jakarta terkait rencana perluasan pemanfaatan jaringan gas kota di sepanjang jalur TOD MRT DKI Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved