Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Tiongkok kembali Alami Deflasi pada Oktober

Wisnu Arto Subari
09/11/2023 13:47
Tiongkok kembali Alami Deflasi pada Oktober
Seorang pelanggan berbelanja buah-buahan dan sayuran di sebuah pasar di Beijing pada 9 Agustus 2023.(AFP/Pedro Pardo.)

TIONGKOK kembali mengalami deflasi pada Oktober. Data menunjukkan itu pada Kamis (9/11). Ini menyoroti upaya para pejabat dalam menghidupkan kembali permintaan yang masih lesu di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.

Angka-angka tersebut muncul setelah angka-angka pada awal minggu ini menunjukkan peningkatan impor yang melampaui perkiraan. Ini mengangkat harapan bahwa sejumlah besar konsumen di negara tersebut mulai bangkit.

Indeks harga konsumen, ukuran utama inflasi, turun 0,2% dalam setahun, menurut Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS). Angka yang diperoleh pada Kamis ini dua kali lebih besar dari perkiraan survei Bloomberg dan menandai kembalinya deflasi, setelah sedikit pulih pada September dan Agustus dari penurunan sebesar 0,3% pada bulan Juli.

Baca juga: Gairahkan Pasar Keuangan, Anak Jerman akan Diberi Uang untuk Investasi

Pejabat NBS Dong Lijuan mengatakan dalam suatu pernyataan bahwa penurunan tersebut terkait dengan penurunan permintaan konsumen setelah liburan pertengahan musim gugur serta faktor-faktor lain termasuk tingginya pasokan produk pertanian. Meskipun deflasi menunjukkan harga barang-barang menjadi lebih murah, hal ini menimbulkan ancaman bagi perekonomian yang lebih luas karena konsumen cenderung menunda pembelian dengan harapan terjadi penurunan harga lebih lanjut.

Kurangnya permintaan kemudian dapat memaksa perusahaan untuk memangkas produksi, membekukan perekrutan atau memberhentikan pekerja, dan menyetujui diskon baru untuk menjual saham mereka. Ini mengurangi profitabilitas meskipun biaya tetap sama.

Baca juga: Minyak Merosot di Bawah US$80 Perdana sejak Juli

Harga makanan, tembakau, dan alkohol mencatat penurunan terbesar di Oktober. NBS mengatakan harga daging babi khususnya anjlok 30,1%.

Tiongkok mengalami deflasi dalam waktu singkat pada akhir 2020 dan awal 2021. Sebagian besar ini disebabkanjatuhnya harga daging babi, daging yang paling banyak dikonsumsi di negara tersebut. Sebelumnya, periode deflasi terakhir terjadi pada 2009.

NBS juga mengatakan harga produsen merosot selama 13 bulan berturut-turut, anjlok 2,6. Ini lebih rendah dibandingkan perkiraan survei Bloomberg sebesar 2,7%. Ini menunjukkan pelemahan lebih lanjut di masa mendatang.

Data pada Senin menunjukkan impor mengalami kenaikan yang mengejutkan di Oktober. Hal itu berlawanan dengan perkiraan penurunan dan pertumbuhan bulan pertama dalam setahun sejak akhir tahun lalu. Peningkatan impor bisa menjadi sinyal bahwa permintaan domestik di Tiongkok mulai pulih dari pelemahan selama berbulan-bulan. Data terbaru kemungkinan akan memberi tekanan pada pihak berwenang untuk menargetkan permintaan konsumen dengan stimulus baru. 

Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, mengatakan data menunjukkan bahwa permintaan domestik masih lesu. Namun dia menunjuk pada tanda-tanda bahwa Beijing meningkatkan dukungan terhadap perekonomian yang sedang lesu.

"Dengan meningkatnya defisit anggaran dan pengembang properti mendapatkan dukungan dari pemerintah, permintaan domestik kemungkinan akan meningkat tahun depan," kata Zhang. Pemerintah telah bereaksi dalam beberapa bulan terakhir dengan meluncurkan serangkaian langkah, khususnya yang ditujukan pada sektor properti, dan mengumumkan rencana belanja infrastruktur yang besar. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu
Berita Lainnya