Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
NERACA dagang Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Agustus 2023. Nilai surplus itu tercatat sebesar US$3,12 miliar. Hal tersebut sekaligus menjadi yang ke-40 kali secara beruntun.
Nilai surplus dagang Agustus 2023 itu naik 1,83% dari posisi Juli 2023 (month to month/mtm) yang tercatat US$1,31 miliar. Namun bila dibandingkan dengan Agustus 2022 (year on year/yoy) yang mencapai surplus US$5,78 miliar, maka terjadi penurunan 2,65%.
Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Jumat (15/9). Dia mengatakan surplus di bulan kedelapan tahun ini banyak ditopang oleh kinerja neraca perdagangan non migas.
Baca juga : BPS Catat Nilai Ekspor Agustus 2023 Capai US$22 Miliar
"Neraca perdagangan non migas mencatat surplus US$4,47 miliar dengan sumbangan utama berasal dari lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, dan besi dan baja," ujarnya.
Sedangkan neraca dagang migas Indonesia pada Agustus 2023 tercatat defisit US$1,34 miliar. Defisit pada neraca dagang migas banyak disebabkan dari komoditas minyak mentah dan hasil minyak.
Baca juga : BPS: Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 40 Bulan Beruntun
Surplus dagang Agustus 2023 diperoleh dari kinerja ekspor yang lebih baik ketimbang impor. BPS mencatat nilai ekspor Indonesia sebesar US$22 miliar, naik 5,47% (mtm) dan turun 21,21% (yoy).
Secara bulanan, kata Amalia, peningkatan ekspor banyak ditopang oleh kenaikan ekspor non migas seperti terak logam dan abu lainnya HS26, lemak dan minyak hewan nabati HS15, dan pakaian dan aksesoris, terutama rajutan HS61.
Sedangkan secara tahunan, penurunan nilai ekspor kembali melanjutkan tren perlemahan ssdari awal 2023. Kondisi tersebut banyak disebabkan oleh melemahnya harga-harga komoditas unggulan Indonesia di pasar internasional.
Sementara nilai impor secara bulanan tercatat turun 3,53% (mtm) dari Juli 2023 menjadi US$18,88 miliar. Penurunan impor bahkan lebih dalam bila dibandingkan Agustus 2022 yang turun hingga 14,77% (mtm).
"Total nilai ekspor hingga Agustus 2023 mengalami penurunan sebesar 11,85% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan terbesar terjadi pada pertambangan, yaitu sebesar 16,58%," jelas Amalia.
Secara kumulatif dalam periode Januari-Agustus 2023, nilai ekspor Indonesia tercatat US$171,52 miliar, turun 31,85% (yoy) dari periode yang sama. Sementara nilai impor kumlatif di tahun berjalan tercatat US$147,18 miliar, turun 7,83% dari periode yang sama di 2020 sebesar US$159,85 miliar.
Total nilai impor pada Januari-Agustus 2023 adalah sebesar US$147,18 miliar, turun 7,83% dari periode yang sama tahun lalu. Penyumbang utama penurunan adalah impor bahan baku/penolong yang turun 13%" lanjut dia.
Adapun nilai kumulatif neraca dagang Indonesia tercatat mencapai US$24,34 miliar, lebih rendah dari Januari-Agustus 2022 yang sebesar US$34,89 miliar, atau turun US$10,5 miliar.
Waspadai Potensi Defisit Dagang
Di kesempatan berbeda, periset dari Center of Reform on Economic (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mewanti-wanti agar pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya mewaspadai potensi defisit dagang dalam beberapa bulan ke depan. Hal itu dinilai perlu lantaran tren surplus dagang menunjukkan pelambatan setiap bulannya.
"Kemungkinan menurunnya surplus Indonesia itu masih akan terjadi, bahkan bukan tidak mungkin di akhir tahun neraca dagang akan kembali defisit," jelasnya saat dihubungi.
Defisit dagang potensial terjadi utamanya disebabkan oleh tren penurunan harga komoditas unggulan Indonesia yang terus tejadi. Di saat yang sama, data histori menunjukkan adanya pola lonjakan impor di tiap penghujung tahun.
Lonjakan impor tersebut, kata Yusuf, didorong oleh peningkatan impor bahan baku/penolong maupun impor barang konsumsi. Kondisi itu yang akan menyebabkan kemungkinan terjadinya defisit neraca dagang Indonesia.
Kemungkinan tersebut perlu diantisipasi. Sebab, dikhawatirkan defisit neraca dagang akan berimbas pada defisit neraca transaksi berjalan. Jika itu terjadi, maka mau tak mau instrumen kebijakan dari moneter akan digunakan sebagai respons dan itu bisa memengaruhi kondisi perekonomian.
"Yang bisa dilakukan untuk memastikan agar kinerja neraca dagang tidak mengalami penurunan, tentu bisa misalnya mendorong kinerja yang lebih tinggi atau lebih baik, terutama di pasar-pasar ekspor alternatif di luar negara tujuan ekspor utama saat ini," terang Yusuf. (Z-5)
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengumumkan bahwa negara ini kini tidak hanya mencapai swasembada pangan, tetapi juga mulai mengekspor surplus unggas dan telur
INDONESIA kembali mencatatkan surplus perdagangan pada Juni 2024. Namun nilai surplus di bulan keenam tahun ini menjadi yang paling rendah dalam empat bulan terakhir, yakni US$2,39 milar.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan kembali membanggakan neraca perdagangan nasional yang terus menunjukkan tren positif. Surplus selama 48 bulan menurutnya patut diapresiasi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga April 2024 masih mencatatkan surplus senilai Rp75,7 triliun, setara 0,33% dari PDB
Surplus akan sehat jika faktor pendorongnya dari peningkatan ekspor. Sekarang, ekspor kita justru turun dan bisa surplus karena impor turun lebih tajam.
Surplus neraca dagang tak selalu berdampak langsung pada kondisi perekonomian. Apalagi jika surplus tersebut terjadi karena penurunan kinerja baik dari sisi ekspor maupun impor.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis (16/5) ditutup menguat dipengaruhi oleh penurunan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) April 2024.
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus selama 48 bulan atau 4 tahun beruntun sejak Mei 2020.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kondisi yang baik karena terus menerus di kisaran 5% dalam beberapa tahun terakhir.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (15/5) dibuka menguat menjelang rilis data neraca perdagangan domestik April 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved