Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
HOLDING Migas Grup, PT PGN Tbk dan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) menandatangani Head of Agreement (HOA) kerja sama penyediaan gas bumi di Grass Root Refinery (GRR) Tuban.
Dengan ini, PGN siap menyediakan infrastruktur pendukung untuk penjualan gas ke PRPP. Baik melalui Land Based LNG Terminal maupun Pipeline & Stations.
Penandatanganan HOA dilaksanakan oleh CEO Subholding Gas PGN M. Haryo Yunianto, President Director PRPP Reizaldi Gustino dan Director of Finance & General Support PRPP Pavel Vagero. Acara itu disaksikan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, serta Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebut keberhasilan proyek GRR Tuban akan memiliki nilai strategis bagi Pertamina dan Indonesia. Serta, menjadi integrated refinery and petrochemical pertama di Tanah Air.
Baca juga: Pertamina Bakal Beli Minyak Mentah Rusia untuk Kilang Balongan
GRR Tuban akan menghasilkan produk petrokimia yang masih didominasi impor. Sehingga, menjadi salah satu langkah untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia, termasuk mengurangi impor petrochemical.
“Dengan kita memproduksi petrochemical, ini menjadi strategi bisnis Pertamina dalam menghadapi transisi energi ke depan,” ujar Nicke dalam keterangan resmi, Selasa (19/4).
Menurut Nicke, pembangunan integrated refinery petrochemical membutuhkan investasi yang besar. Pertamina berupaya menurunkan investasi melalui integrasi. Beberapa utilitas tidak perlu dibangun, karena mengoptimalkan aset Pertamina Group dan bisa menurunkan belanja modal.
“Dari sisi Pertamina Group, sinergi ini harus saling menguntungkan. Kita akan menggunakan market price sebagai dasar mengambil keputusan dan competitiveness. Kita juga tetap berharap dapat mendorong efisiensi," pungkas Nicke.
Lebih lanjut, Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono mengatakan pembangunan GRR Tuban mengedepankan efisiensi. “Ini sinergi yang luar biasa, sekaligus efisiensi dalam membangun pipa dari GRR Tuban ke TPPN sekitar 3 kilometer (km),” jelas Mulyono.
Baca juga: Indef: Pemerintah juga Untung dari Lonjakan Harga Minyak
“Kami akan menindaklanjuti dalam perjanjian definitif dan saling support antar Subholding di Pertamina. Untuk mengakselerasi penyelesaian on track proyek GRR Tuban. Sehingga, memberikan manfaat bagi energi nasional," imbuhnya.
Dengan volume kebutuhan gas sebesar 227 BBTUD pada 2027 dan 351 BBTUD pada 2028-2046, PGN berkomitmen penuh sebagai aggregator pemenuhan energi gas bumi ke GRR Tuban. Fasilitas tersebut berlokasi di ±55 km dari Pipa Transmisi Gresik-Semarang (Gresem).
Pipa Gresem terhubung dengan Pipa EJGP, Pipa Hulu di area Jatim dan Pipa Kalija di Jawa Tengah. Hal ini dapat dilakukan integrasi infrastruktur pipa dan LNG untuk menyalurkan gas ke Kilang Tuban.
Adapun pasokan gas di GRR Tuban nantinya dapat meningkatkan efisiensi kilang Pertamina. Serta, meningkatkan nilai keekonomian di Pertamina Group dalam menghadapi tantangan ekonomi dan geopolitik global.(RO/OL-11)
PENGAMAT energi dari UGM Deendarlianto menilai pemerintah tidak perlu membentuk satuan tugas (satgas) untuk memperbaiki investasi hulu minyak dan gas (migas) di Indonesia.
SKK Migas mendorong eksplorasi masif untuk mengejar target investasi hulu minyak dan gas sebesar US$15,7 miliar atau setara Rp254 triliun (kurs Rp16.195) di akhir tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia mencapai US$20,84 miliar pada Juni 2024. Angka tersebut turun 6,65% dibandingkan raihan Mei 2024.
Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian ESDM yaitu meminta KKKS Migas untuk segera mengusahakan Bagian Wilayah Kerja migas potensial yang tidak diusahakan (idle) atau mengembalikannya.
Riau merupakan provinsi besar dalam industri migas, dengan menghasilkan 180 ribu barel per hari atau 30 persen dari lifting nasional.
Incar Blok Baru, Pertamina Internasional EP Ekspansi ke Timur Tengah
Sumur-sumur di Indonesia sekarang sudah lebih banyak air dibandingkan dengan minyak.
Wilayah Kerja Hulu Migas yang dioperasikan Pertamina, produksi minyak pada 2022 337 ribu barel per hari, menjadi 339 ribu barel per hari pada 2023
Kinerja positif hulu migas Pertamina tersebut, tentu memiliki dampak besar. Tidak hanya pada pencapaian target lifting migas dalam APBN, tetapi juga terhadap indikator makro ekonomi.
PHR sudah menyerahkan kepada Pemprov Riau melalui PT Riau Petrolium Rokan (RPR) sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Desember 2023.
PT Pertamina melakukan pemantauan untuk memastikan bahwa warga yang tinggal di sekitar kilang tidak terdampak oleh insiden kebakaran yang terjadi di Kilang Pertamina Balikpapan
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menyebut telah berhasil meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) hampir dua kali lipat menjadi 160 ribu barel
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved