Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SETELAH negara maju bersiap dengan kenaikan suku bunga bank sentralnya, beberapa investor asing tampaknya mulai menghindari obligasi pemerintah di kawasan Asia dan mencoba mencari obligasi dari negara berkembang kawasan lainnya.
"Pelaku pasar dan investor melihat bahwa tampaknya kawasan Asia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa (8/2).
"Berbeda dengan kawasan Amerika Latin yang justru lebih banyak bergerak head of the curve untuk menciptakan risk premium agar ada ruang antara tingkat suku bunga negara maju dan berkembang," kat Nico.
Saat ini bagi pelaku pasar dan investor asing berharap negara-negara di EMEA atau Eropa, Timur Tengah, dan Afrika untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter terlebih dahulu sebelum Asia.
Alasannya, harga obligasi pemerintah di kawasan Asia mengalami penurunan paling dalam di antara negara-negara berkembang, bahkan sebelum tingkat suku bunga dinaikkan.
Baca juga: Akhir Tahun Saham Asia Lesu Dibayangi Penyebaran Omikron
Apalagi kawasan Amerika Latin dan Eropa justru memberikan pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat daripada wilayah Asia, yang cenderung lebih mempertahankan kebijakan moneter.
Bahkan Tiongkok melonggarkan kebijakanny pada bulan Januari kemarin.
Pasar mengkhawatirkan kemampuan negara-negara berkembang untuk menjaga risk premiumnya dengan tingkat Fed Fund Rate, di saat The Fed mulai menaikan tingkat suku bunga.
Sebab apabila mereka tidak menjaga risk premium dengan baik, ada kemungkinan capital outflow akan cenderung kembali keluar dari negara Asia dan kembali ke negara asalnya.
"Kami melihat yang efektif adalah bahwa setiap negara, menjaga risk premiumnya agar mampu untuk menjaga stabilitas pergerakan pasar," kata Nico.
Ada kemungkinan berbagai Bank Sentral di wilayah Asia akan mulai menaikan tingkat suku bunganya pada kuartal III 2022 tahun ini. Namun Brasil sudah menaikan tingkat suku bunga sebanyak 8,75%.
Kenaikan suku bunga bank sentral Brasil telah dimulai sejak Maret 2021 dan terus naik hingga saat ini berada di 10,75% dari sebelumnya 2%.
Namun ada kemungkinan bagi Brasil setelah terjadi kenaikan tingkat suku bunga negara maju nanti, mereka akan kembali turun menyesuaikan pada kuartal I 2023.
Pada negara-negara seperti Rusia, Republik Ceko, Brasil, dan Chili diperkirakan pengetatan justru akan berhenti pada semester pertama tahun ini. Mereka terlihat lebih bersiap untuk menghadapi kenaikan tingkat suku bunga.
Sedangkan Indonesia dan Malaysia masih mempertahankan tingkat suku bunganya. Di lain sisi, negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Pakistan, dan Srilanka telah menaikan tingkat suku bunga.
Tentu hal ini menjadi ujian bagi stabilitas pasar di kawasan tersebut. Sejauh ini fundamen ekonomi Indonesia yang kuat diharapkan mampu dapat menahan gelombang kenaikan Fed Fund Rate, yang diharapkan setiap tingkat kenaikan FFR merupakan 1:1 dengan kenaikkan tingkat suku bunga Bank Indonesia.
"Tidak lagi seperti dahulu yang perbandingannya terlihat jauh. Permasalahan dari tingkat suku bunga adalah, ketika para regulator menaikan tingkat suku bunga mereka, otomatis akan mendorong imbal hasil juga naik. Akibatnya harga mengalami penurunan," kata Nico.
Hal ini membuat pasar di kawasan Amerika Latin, dan EMEA menjadi terlihat menarik, dibandingkan obligasi kawasan Asia yang kenaikan imbal hasil obligasinya masih tertahan, meskipun sebelumnya hanya menunggu waktu hingga imbal hasil obligasi menemukan titik keseimbangan baru.
Hal ini membuat para pelaku pasar dan investor lebih menyukai obligasi di kawasan Amerika Latin dan EMEA karena harganya yang turun lebih dalam, karena adanya kenaikan tingkat suku bunga sehingga memberikan imbal hasil yang lebih menarik, serta dianggap mampu menjaga stabilitas pasar tatkala volatilitas meningkat akibat kenaikan tingkat Fed Fund Rate nantinya.
"Selain pasar obligasi,pasar saham juga akan merasakan dampak terdalam dari kenaikan tingkat suku bunga nantinya," ucapnya.
"Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa seberapa cepat dan seberapa banyak tingkat suku bunga dinaikkan akan menjadi penentu kemana pasar akan bergerak," kata Nico. (Try/OL-09)
PENGAMAT energi dari UGM Deendarlianto menilai pemerintah tidak perlu membentuk satuan tugas (satgas) untuk memperbaiki investasi hulu minyak dan gas (migas) di Indonesia.
Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi cadangan penyimpanan karbon hingga 630 giga ton.
Stok lahan matang di empat kota mandiri milik PT Jababeka Tbk (KIJA) akan dijual untuk mencapai target penjualan properti minimal Rp2 triliun pada 2024.
Jumlah investor saham di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun perlu didukung lebih lanjut oleh penguatan ekosistem pasar modal.
Prioritas strategis utama bagi bisnis di Indonesia dalam dua tahun ke depan ialah meningkatkan produktivitas dan kinerja operasional (83%) serta kepuasan dan retensi pelanggan (77%).
Presiden Joko Widodo menyebut sejumlah negara telah memberikan fasilitas Golden Visa untuk investor. Indonesia akan tertinggal dan merugi jika tidak segera meluncurkan fasilitas tersebut
Harus diakui kita berada di grup yang berat. Cuma saya minta kepada pelatih dan timnas kita agar jangan kasih kendor. Ingat, bola itu bundar dan banyak sejarah bagaimana tim tidak diunggulkan
Sore ini, klasemen medali menampilkan dominasi tiga negara Asia yang menunjukkan performa luar biasa di berbagai cabang olahraga.
Media Jepang Hochi News menyoroti pemain muda Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Untuk melihat proses undian Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia, anda bisa cek di sini
INDEKS saham Asia yang menguat dapat menahan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Faktor pencetus melasma beragam, yakni faktor genetik, hormonal, paparan sinar matahari, hingga inflamasi pembuluh darah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved