Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Optimalisasi Serapan Dana PEN Dinilai Sulit

M. Ilham Ramadhan Avisena
26/10/2021 20:26
Optimalisasi Serapan Dana PEN Dinilai Sulit
Pembangunan gedung-gedung bertingkat berlangsung di Jakarta( ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

EKONOM dari Bank Permata Josua Pardede menilai sulit bagi pemerintah untuk memaksimalkan serapan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021. Sebab sisa waktu tahun anggaran hanya tersisa dua bulan.

"Dengan sisa waktu kurang dari dua bulan, diperkirakan sulit bagi pemerintah untuk mengoptimalkan realisasi anggaran PEN di tahun ini," tuturnya kepada Media Indonesia, Selasa (26/10).

Josua menyebutkan, bidang krusial seperti kesehatan dan dukungan UMKM justru menjadi yang paling rendah serapannya. Padahal dua bidang tersebut memiliki peranan penting dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.

Pemerintah menurutnya mesti bisa mengoptimalisasi serapan anggaran bidang kesehatan dengan baik. Hal yang dapat dilakukan salah satunya dengan membenahi pendistribusian vaksin ke seluruh Indonesia.

"Berdasarkan data terbaru, baru sekitar 41,04% penduduk sudah di vaksin, dengan hanya sekitar 24,7% sudah divaksin secara penuh. Pemerintah mungkin perlu mengalokasikan dana lebih untuk sosialisasi dan pendanaan vaksinasi di luar Jawa," kata Josua.

Baca juga: PT Pembangkitan Jawa Bali Bantu Pesantren Terdampak Pandemi

Sedangkan pada anggaran dukungan UMKM, pemerintah dinilai perlu memperluas cakupan penerima manfaat bantuan sosial. Hal itu juga dianggap mampu memacu perekonomian dari level terbawah.

Josua menuturkan, bila dilihat menyeluruh, realisasi serapan anggaran program PEN tahun ini lebih rendah dari yang sebelumnya diekspektasikan. Kemungkinan, imbuh dia, karena adanya peningkatan mobilitas sehingga penyaluran ragam bansos menjadi lebih rendah.

"Mungkin disebabkan oleh peningkatan mobilitas masyarakat yang selanjutnya mengindikasikan peningkatan produktivitas sedemikian sehingga serapan bantuan sosial lebih rendah dibandingkan dengan 2020," kata dia.

"Namun, serapan kesehatan untuk PEN masih jadi kekhawatiran utama sejak tahun lalu, dikarenakan serapan yang sangat rendah," sambungnya.

Karena itu, dia berharap pemerintah bisa fokus dalam mendorong serapan anggaran PEN, khususnya pada anggaran kesehatan, perlindungan sosial serta pembiaayan pada pelaku UMKM, dan mendorong pembiayaan pada sektor-sektor strategis guna mengakselerasi pemulihan ekonomi pada tahun 2022.

Diketahui sebelumnya, hingga 22 Oktober realisasi anggaran PEN 2021 baru mencapai Rp433,91 triliun, atau 58,3% dari pagu sebesar Rp744,77 triliun. Namun Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara optimistis serapan anggaran akan maksimal hingga akhir tahun.

"Kami yakin bahwa ini bisa diselesaikan, dan Rp744,77 triliun akan mencukupi untuk menanggulangi pemulihan ekonomi nasional 2021," tuturnya dalam konferensi pers evaluasi program Penanganan Covid dan Pemulihan Ekonomi Nasional secara daring, Selasa (26/10). (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya