Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
EKSPOR minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya ke India kembali meroket.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) mencatat, pada September, penjualan ke Negeri Bollywood mencapai 481 ribu ton, melonjak 51% dari bulan sebelumnya yang hanya sekitar 320 ribu ton.
Ekspor minyak sawit ke India kembali terangkat karena negara tersebut telah mengubah kebijakan tarif bea masuk untuk komoditas unggulan Tanah Air itu.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya, India menaikkan bea masuk terhadap produk CPO Indonesia dari 30% menjadi 44% serta produk turunannya dari 40% menjadi 50%.
Hal serupa dilakukan India terhadap produk CPO Malaysia. Hanya saja, kenaikan yang ditetapkan hanya sampai 45% atau 5% lebih rendah dari Indonesia.
Baca juga : Lempung Jadi Katalis Mengolah Limbah Sawit Jadi Biofuel
"Sekarang, India menyamakan tarif bea masuk Indonesia dengan Malaysia. Sebelumnya, tarif bea masuk untuk minyak sawit Indonesia ditetapkan lebih tinggi. Dengan tarif yang sama, produk kita jadi bisa bersaing lebih kuat," ujar Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono melalui keterangan resmi, Rabu (19/11).
Selain ke India, peningkatan ekspor juga terjadi ke Afrika dan Tiongkok.
Pada September, Benua Hitam menjadi konsumen terbesar dengan pembelian hingga 687 ribu ton dan disusul Negeri Tirai Bambu sebesar 560 ribu ton.
Secara total, ekspor CPO dan turunannya pada September mencapai 3,26 juta ton, tumbuh cukup signifikan dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar 2,89 juta ton.
Secara akumulasi sepanjang Januari hingga September, penjualan sawit ke ranah global sudah menyentuh 26 juta ton.
Baca juga : Wapres: Sawit Komoditas Bernilai Strategis
Volume tersebut lebih tinggi 4% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kabar baik juga datang dari serapan dalam negeri. Konsumsi domestik minyak sawit sepanjang Januari-September mencapai 13,1 juta ton atau 38% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Penyerapan minyak sawit terbesar digunakan untuk biodiesel yang meningkat dua kali lipat," tandas Mukti. (OL-7)
HARGA komoditas energi Indonesia pada tahun ini terutama di kuartal kedua ini terlihat sudah mengalami rebound, namun terbatas. Hal Ini terlihat pada harga komoditas utama ekspor
IPB dan Untad kerja sama sosialisasikan tandan kosong sebagai pupuk organisasi sawit
Pemerintah dinilai gagal membangun tata produksi industri minyak kelapa sawit. Padahal, menurutnya Indonesia adalah negara penghasil CPO terbesar di dunia.
Dari 24 invensi yang divaluasi, 16 invelis di antaranya telah dinyatakan lolos seleksi Grant Riset Sawit 2021-2023
Kepala Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi, Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea Cukai (BC) Tipe B Batam, Evi Octavia, menargetkan penerimaan di tahun ini sebesar Rp659,45 miliar.
Neraca perdagangan barang Indonesia pada Maret 2024 diproyeksikan mengalami surplus senilai US$1,57 miliar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved