Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Peran teknologi digital yang merambah segala bidang, termasuk film, berdampak besar bagi industri pariwisata. Itulah yang terjadi di Desa Isetwald, di kaki pegunungan Alpen, Swiss. Berkat serial drama Korea Crash Landing on You, yang ditayangkan di Netflix, desa itu kini populer dan banyak dikunjungi wisatawan.
"Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan," kata turis Filipina Isabel Palijon, menatap takjub ke dermaga kayu yang dikelilingi jernihnya danau Swiss dan Pegunungan Alpen yang menjulang tinggi di belakangnya. Tentu saja dia tidak sendirian. Ada ratusan wisatawan lainnya, terutama dari Asia, yang ingin melihat dari dekat keindahan dermaga yang menjadi setting salah satu adegan romantis di serial tersebut.
Dalam serial Crash Landing on You, sang pemeran utama pria memainkan piano yang bergema di air saat gadis yang nantinya akan dia cintai, tiba dengan feri di dermaga itu. "Saya berharap suatu hari nanti seseorang akan melakukan itu untuk saya," kata Jiah Hni Gwee, 35, turis dari Malaysia."Itu akan luar biasa dan romantis.," imbuhnya. Dia berada di antara ratusan turis lainnya di sekitar tepi danau pada hari yang cerah minggu lalu, saat kapal uap besar berbendera Swiss raksasa berhenti di dermaga terdekat, penuh dengan wisatawan.
Baca juga : Tren Konsep Co-Living Meningkat, Bali kini Jadi Episentrum Pekerja Digital
Pemandangan menakjubkan dan suasana romantis membuat dermaga ini wajib dikunjungi oleh penggemar serial ini yang datang ke Eropa. Serial ini mulai ditayangkan tepat saat Covid-19 dimulai dan menjadi tontonan wajib di sebagian besar Asia selama penguncian pandemi. Sebuah survei kementerian kebudayaan Korea Selatan menyatakan serial ini merupakan drama korea terpopuler kedua di antara penonton asing pada tahun 2021 setelah "Squid Game".
Popularitas serial itu tentu saja membawa berkah bagi Desa Iseltwald, terutama sejak tahun lalu ketika pembatasan perjalanan dicabut di sebagian besar Asia. Mereka pun mengaku cukup kewalahan. "Jumlahnya (wisatawan) cukup banyak," kata manajer kantor pariwisata setempat Titia Weiland kepada AFP. Dia mengatakan sulit untuk menghitung berapa banyak turis yang datang tetapi memperkirakan bahwa untuk setiap orang lokal yang tinggal di sini, ada 1.000 pengunjung.
Dia menekankan bahwa hampir semua warga di Iseltwald yang populasinya hanya sekitar 400 orang, senang melihat kedatangan turis ini. Musim panas lalu, ada sekitar 20 rombongan turis mulai berdatangan setiap hari, sehingga memacetkan lalu lintas dan terkadang memblokir akses ke desa. Penduduk setempat mengeluh bahwa penggemar serial korea ini biasanya bergegas ke dermaga untuk berfoto sebelum melanjutkan perjalanan, namun sedikit berbelanja di desa itu.
Baca juga : Bali Dideklarasikan Sebagai 'Fab Island' Pertama di Dunia
Dalam upaya untuk menangani arus kedatangan wisatawan ini, bulan lalu pemerintah setempat mengumumkan hanya wisatawan yang telah memesan parkir lebih dulu yang akan diizinkan masuk. Mereka yang hendak berswafoto di dermaga juga dikenai tarif lima franc Swiss atau US$ 5,50.
Sonja Hornung, manajer Strand Hotel yang menghadap ke dermaga, mengatakan tindakan tersebut cukup bagus untuk mengatur agar lebih tertib. "Tahun lalu, sangat buruk, (tetapi) kini menjadi jauh lebih baik," katanya, memuji sistem slot yang secara dramatis mengurangi jumlah pengunjung. Namun, beberapa turis agak kecewa dengan sistem parkir dan harganya. "Oh, lima franc!" Florita Lichtensteiger, perempuan Filipina berusia 64 tahun yang tinggal di Swiss, saat megantar beberapa kerabatnya berkunjung. “Harganya tidak sepadan," kata Nayeon Park, 21 tahun dari Korea Selatan.
Weiland bersikeras bahwa aturan pembayaran itu diperlukan untuk pemeliharaan dermaga karena jumlah orang yang berjalan di atasnya melonjak akhir-akhir ini. (AFP/M-3)
DTI-CX 2024, konferensi dan pameran transformasi digital terbesar di Indonesia, resmi dibuka hari ini. Acara ini digelar di JCC selama dua hari sejak 31 Juli hingga 1 Agustus 2024
Sekjen Kemnaker Anwar Sanusi, ungkap tren dunia kerja saat ini cenderung menuju hubungan kerja yang lebih fleksibel, seiring pertumbuhan tenaga kerja muda yang lebih menguasai teknologi.
Digitalisasi sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) mendesak untuk segera dilakukan agar menjawab tantangan produksi yang maksimal namun tetap efisien.
Yang menjadi target dari inovasi VCDLN adalah yang sudah memiliki kerangka kerja berbasis artificial intelligence (AI).
Disparekraf DKI Jakarta diminta meningkatkan kualitas pekerja di sektor wisata sesuai standar internasional. Hal ini terkait Jakarta yang bakal menyandang status Kota Global.
Momentum Hari Anak Nasional juga diharapkan dapat melahirkan aksi-aksi nyata yang berkelanjutan dalam melindungi anak di dunia digital.
Dengan tema “i”, IdeaFest 2024 menggambarkan karakter setiap individu dari berbagai generasi, yang haus akan wawasan dan ide inovatif, dalam upaya mendorong perkembangan industri kreatif.
Tiktok Ad Awards merupakan ajang penghargaan pertama di Indonesia yang diikuti oleh beberapa negara di Asia Tenggara
Duta Besar RI tersebut yakni Sukmo Harsono (Dubes RI untuk Panama, Honduras, Kosta Rika, dan Nikaragua) dan Iwan Bogananta (Dubes RI untuk Bulgaria, Albania, dan Makedonia Utara).
Melalui pameran AKI, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berupaya meningkatkan kolaborasi antarpelaku industri kreatif.
Pelaku pasar kreatif mengaku antusiasme warga tinggi.
CPX 2024 hadir dengan rangkaian kegiatan seperti pameran dan job fair untuk menjalin koneksi bisnis dan menjajaki potensi kolaborasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved