Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Belakangan ini istilah playing victim makin populer di kalangan anak muda. Khususnya di dunia maya dan media sosial. Tak sedikit orang yang menggambarkan perilaku orang lain yang kurang mengenakkan dengan istilah playing victim. Istilah playing victim semakin populer salah satunya karena kesadaran akan kesehatan mental di kalangan masyarakat yang makin meningkat.
Playing victim memang lekat dengan sikap dan perilaku seseorang, yang umumnya tidak disukai. Pasalnya, orang yang playing victim percaya bahwa semua nasib buruk dalam hidup mereka disebabkan oleh orang lain.
Sebagai contoh, misalnya saja dalam kasus orang yang selingkuh. Dalam hal ini sebagian besar orang pasti setuju jika selingkuh adalah hal yang salah dan tidak pantas untuk dilakukan. Namun, orang manipulatif tidak akan pernah merasa bersalah meski telah kepergok melakukan hal tersebut.
Baca juga: Aktualisasi Diri: Pengertian, Tujuan, dan Cara Menerapkannya
Alih-alih merasa bersalah, seorang yang manipulatif justru melimpahkan kesalahan pada pasangannya yang telah menjadi korban sesungguhnya dalam hal ini. Biasanya, ketika kepergok telah melakukan hal yang salah, orang manipulatif akan mengatakan, "Aku begini gara-gara kamu juga."
Playing victim artinya bertindak seolah korban sebagai pembelaan diri, serta membuat korban yang sesungguhnya merasa bersalah. Playing victing dapat dilakukan seorang yang manipulatif, terutama ketika ketahuan telah melakukan kesalahan.
Baca juga: Sikap Bersyukur Terbukti Membantu Meredakan Stres
Untuk lebih memahami apa itu playing victim, berikut ulasan selengkapnya.
1. Pengertian Playing Victim
Melansir dari Public Library of Science, playing victim terjadi ketika seseorang melemparkan kesalahan kepada orang lain, meski kesalahan tersebut adalah perbuatannya sendiri. Pelaku playing victim biasanya dilakukan oleh orang yang tidak ingin bertanggung jawab karena sudah melakukan kesalahan tersebut.
Pada kondisi ini, pelakunya seakan memosisikan diri sebagai korban yang tidak mendapatkan keadilan. Singkatnya, playing victim adalah sebuah cara menghindari masalah yang diperbuat diri sendiri dengan melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Di saat yang sama, orang yang telah berbuat salah (pelaku) akan memosisikan diri sebagai korban.
Playing victim sering terjadi di dalam hubungan, pertemanan, keluarga, pekerjaan, hingga pernikahan. Dalam sebuah hubungan, sudah sepatutnya segala beban dan tanggung jawab dipikul bersama. Kalau ada salah satu yang playing victim, berarti dia melimpahkan beban dan tanggung jawab tersebut kepada pasangannya.
2. Ciri-ciri Orang Playing Victim
Salah satu ciri khas dari orang yang gemar playing victim adalah selalu merasa kasihan kepada diri sendiri. Mereka terus-menerus mengasihani diri mereka sendiri dan mencoba membuat orang lain merasakan hal yang sama. Mereka menganggap dunia ini kejam dan mereka terlalu lemah untuk mengubah apa pun tentangnya.
Mereka memproyeksikan emosi mereka ke seluruh dunia dan benar-benar percaya bahwa orang lain sama seperti mereka, tidak dapat dipercaya. Mereka juga umumnya tidak bisa berhenti membandingkan diri dengan orang lain dan merasa sakit hati ketika ada yang memberi saran.
Orang playing victim juga pesimistis dalam menghadapi berbagai hal dan menganggap semua masalah. Lebih parah lagi, mereka merasa bahwa hidup tidak pernah berpihak pada mereka. Mereka akan menganggao semua persoalan adalah kesalahan orang lain dan tidak mau ikut mencari solusi.
3. Penyebab Playing Victim
Terdapat berbagai hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki sikap playing victim. Di antaranya adalah trauma masa lalu. Trauma masa lalu kerap menjadi penyebab playing victim, karena membentuk pola pikir playing victim sebagai mekanisme penyelesaian dari trauma itu sendiri.
Selanjutnya adalah pengkhianatan kepercayaan, terutama pengkhianatan yang berulang, juga dapat membuat orang merasa seperti korban dan membuat mereka sulit untuk memercayai siapa pun.
Seseorang yang kodependen atau terlalu bergantung pada orang lain juga kerap menjadi pihak yang gemar playing victim. Mereka mungkin mengorbankan tujuan mereka untuk mendukung pasangannya. Akibatnya, mereka mungkin merasa frustrasi dan kesal karena tidak pernah mendapatkan apa yang mereka butuhkan, tanpa mengakui peran mereka sendiri dalam situasi tersebut.
Terakhir adalah manipulasi. Beberapa orang yang melakukan playing victim tampak senang menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka timbulkan. Ia akan menyerang dan membuat orang lain merasa bersalah, atau memanipulasi orang lain untuk simpati dan perhatian.
(Z-9)
Hanya sebagian orang yang tahu bahwa ada jenis batuk psikogenik (psikis) atau batuk yang disebabkan karena faktor psikologi.
Kebahagiaan adalah pilihan hidup yang melibatkan kondisi pikiran dan perasaan kesenangan serta ketentraman. Berikut 5 kiat tingkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan.
Mindfulness ternyata berhubungan dengan peningkatan regulasi emosi, perhatian, dan pengendalian diri.
PEMBANGUNAN Ibu Kota Nusantara (IKN) yang baru mencapai 15% sejak awal pembangunannya memunculkan ketidakpastian penugasan ASN
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) meminta Polri merawat psikis anggota. Hal ini menyusul banyaknya anggota yang mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
PAKAR psikologi forensik Reza Indragiri menyebut kasus bunuh diri dikalangan personel kepolisian memiliki tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat sipil.
Prevalensi depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dengan sebanyak 2 persen yang didominasi dari latar belakang ekonomi bawah.
Masalah kesehatan mental kini sudah mendunia. Diperkirakan satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki akan mengalami depresi berat dalam hidupnya.
Penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Jateng, banyak di antara siswa atau siswi jenjang SMA sederajat mengalami gejala gangguan mental.
PERMASALAHAN judi online tidak hanya terkait perspektif ekonomi. Masalah ini juga terkait perspektif kesehatan mental hingga problem sosial.
Meskipun orangtua mungkin merasa telah memberikan dukungan yang memadai, sering kali terdapat kesenjangan antara persepsi mereka dan kenyataan yang dirasakan oleh anak-anak mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved