Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
SALAH satu makanan kaleng yang kerap ditemui di pasaran adalah daging ikan tuna. Biasanya orang suka menggunakan ikan tuna sebagai bahan campuran isi roti isi, campuran salad, atau sekadar mengkonsumsi secara mentah dengan sedikit bumbu dan mayo.
Di beberapa negara, biasanya tuna dijadikan menu makanan utama secara luas karena dagingnya memiliki tekstur yang begitu lembut serta mengandung beragam gizi yang baik untuk tubuh. Kelebihan tuna itu dapat membangkitkan selera makan bagi para pecinta seafood.
Seperti dilansir dari Tasting Table pada Jum'at (10/2), ikan tuna adalah ikan air asin yang sangat populer dan banyak diolah menjadi berbagai hidangan. Ikan ini sangat bergizi dan merupakan sumber protein, asam lemak omega-3, serta a vitamin B. Akan tetapi, ikan tuna bisa mengandung merkuri tingkat tinggi, yang merupakan logam berat beracun.
Proses alami, seperti letusan gunung berapi, atau aktivitas industri, seperti pembakaran batu bara, dapat menyebarkan merkuri ke atmosfer atau langsung ke laut, yang menyebabkan merkuri mulai menumpuk di laut. Meski aman dikonsumsi, ikan tuna tidak boleh dikonsumsi setiap hari.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menjelaskan bahwa merkuri adalah racun yang terkenal karena efek neurologis. Orang dewasa yang terpapar merkuri dalam jangka panjang dapat mengalami gejala seperti depresi, kehilangan ingatan, mati rasa, hingga merusak beberapa organ dan panca indra seperti kemampuan bicara, mendengar dan melihat. Merkuri akan lebih membahayakan jika dikonsumsi oleh anak-anak.
Menurut Healthline tingginya kadar merkuri yang dikonsumsi selama kehamilan dapat menyebabkan masalah pertumbuhan dan perkembangan kognitif pada janin. Sejalan dengan hal tersebut, sebuah studi baru menemukan bahwa produk tuna dalam kemasan kaleng terkadang mengandung jumlah merkuri yang jauh lebih tinggi daripada rata-rata tuna alami. Terlalu sering mengkonsumsi tuna kaleng secara rutin dapat menimbulkan efek yang serius pada kesehatan tubuh.
Penelitian dari Consumer Reports mengungkapkan bahwa kadar merkuri dalam tuna kaleng tidak konsisten bahkan dalam merek yang sama. Menurut tim peneliti, rata-rata tuna kalengan (terutama varietas ringan) memiliki kadar merkuri yang rendah, tetapi dalam kaleng jenis individu, kadar merkuri terkadang melonjak ke tingkat yang jauh lebih tinggi. "Satu dari lima kaleng tuna mengandung merkuri yang cukup tinggi," ujar peneliti.
FDA menganjurkan sebaiknya konsumsi tuna harus diminimalisir khususnya bagi perempuan hamil. Laporan terbaru ini juga menunjukkan bahwa merkuri di setiap kaleng tuna sangat bervariasi,
Konsumen disarankan untuk menghindari tuna albakora (albacore) lebih dari sekali seminggu. Sementara untuk tuna mata besar (bigeye), sebisa mungkin hindari mengonsumsinya. Hal tersebut karena dua jenis ikan tuna itu diyakini memiliki kadar merkuri yang lebih tinggi dibanding lainnya. (M-1)
Salah satu fungsi yang sangat berguna adalah pelacakan langkah. Penelitian menunjukkan bahwa menetapkan target langkah harian dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan kematian dini.
Penerbitan PP Kesehatan ini akan mengancam keberlangsungan hidup 9 juta pedagang di pasar rakyat yang menyebar di seluruh Indonesia
Maka dari itu, kalian perlu menghilangkannya dengan beberapa cara di bawah ini. Cara mengatasinya pun tidak sulit dan bisa dilakukan sendiri.
Biasanya oatmeal ini dikonsumsi saat pagi hari untuk sarapan. Tidak heran oatmeal dikonsumsi sebelum memulai aktivitas, karena dalam kandungannya makanan ini memiliki nutrisi tinggi.
Dokter spesialis penyakit dalam Rudy Kurniawan mengatakan sarapan dengan karbohidrat tetap diperlukan untuk membantu mempersiapkan metabolisme tubuh.
Terlepas dari kemajuan dalam sektor kesehatan, masalah over treatment atau perawatan berlebihan tetap menjadi isu signifikan di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved