Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
SUPERMARKET Rimping di Chiangmai, Thailand punya cara cerdas untuk mengurangi kemasan plastik. Mereka menggunakan daun pisang sebagai bungkus produk yang dijual.
Cara cerdas ala Supermarket Rimping itu mendadak menjadi perhatian warganet ketika perusahaan real estat Perfect Homes mengunggah foto kemasan daun pisang ke laman media sosial mereka.
Sampah plastik bekas kemasan menjadi masalah serius di semua negara. Dari 9 miliar ton plastik yang pernah diproduksi, hanya 9% yang berhasil didaur ulang.
Masalah itu nampaknya akan terus berlanjut seiring dengan proyeksi pembuatan plastik yang terus meningkat pesat. Persoalan sampah plastik sekali pakai mendapat perhatian serius dari masyarakat global.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa pada tahun 2050 akan ada 12 miliar ton plastik di tempat pembuangan sampah, lingkungan, dan lautan. Sebagian besar didominasi oleh puntung rokok, botol minum plastik, bungkus makanan, dan kantong belanja plastik.
Penggunaan daun pisang sebagai pengganti plastik untuk kemasan sayuran dianggap sebagai cara tepat untuk mengurangi plastik sekali pakai. Meski tidak seluruhnya karena masih ada plastik untuk label. Metode itu secara signifikan mengurangi jumlah plastik yang dibutuhkan.
Produk sayuran hanya dibungkus dengan daun pisang dan diikat dengan sayatan bambu lentur. Daun pisang adalah kemasan alternatif yang bagus untuk menggantikan plastik karena daunnya besar, tebal, dan mudah dilipat.
Ada yang perlu dipertimbangkan dari penggunaan daun pisang yakni biaya produksi. Mungkin biaya produksi tidak akan menjadi masalah besar ketika di wilayah tropis dengan daun pisang berlimpah. Namun di wilayah dengan subtropis, penggunaan daun pisang bisa jadi lebih mahal daripada plastik. Tapi hal itu tidak patut menjadi alasan untuk kembali menggunakan plastik.
Supermarket di wilayah subtropis bisa mencari alternatif kemasan dari produk yang bisa terdegradasi secara alami. Tidak harus pisang.
Penggunaan daun pisang untuk membungkus makanan memiliki sejarah panjang. Di beberapa daerah tropis Meksiko, tamale dibungkus dengan daun pisang. Orang Hawaii menggunakan daun pisang selama memanggang babi untuk melindungi babi dari batu lava panas. Mereka juga digunakan untuk membungkus nasi ketan di Asia Tenggara.
Apalagi di Indonesia yang kaya dengan daunan. Tidak hanya daun pisang untuk bungkus makanan, banyak daunan yang bisa digunakan. Salah satunya adalah daun jati yang bisa digunakan untuk membungkus daging. Hal itu sudah berlaku sejak lama di wilayah perdesaan. (M-4)
Wirausaha kecil dan menengah terus didukung untuk mengembangkan bisnis mereka secara berkelanjutan yaitu dengan turut mengurangi kemiskinan dan polusi plastik di Indonesia.
Hal Itu diketahui setelah IWP melakukan studi yang didanai oleh Food and Agriculture Organization (FAO) atau organisasi khusus bentukan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di tahun 2021.
Aphindo meminta pemerintah melakukan pengetatan impor produk barang jadi plastik dari negara lain untuk memproteksi industri hilir plastik dalam negeri.
Alifiah Azzahrah menampilkan karya desain interior Payabo House: Scavenger House. Karya itu menggunakan lebih dari 1.000 botol plastik daur ulang.
Tujuan dari peringatan ini adalah untuk mengingatkan kita akan dampak buruk penggunaan kantong plastik sekali pakai terhadap lingkungan
Gerakan Sekolah Sehat menghadirkan rangkaian kegiatan guna memaksimalkan terciptanya sinergi lingkungan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved